MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menghadiri Resepsi Milad ke-112 Muhammadiyah yang diadakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Bandung pada (20/11) di Komplek Pendidikan Muhammadiyah Antapani, Bandung.
Sekum PP Muhammadiyah sekaligus Mendikdasmen ini mengajak bersyukur atas anugerah yang diberikan Allah SWT sehingga Muhammadiyah bisa istikamah dalam dakwah memajukan umat dan bangsa hingga 112 tahun lamanya.
Pada Milad ke-112 Muhammadiyah mengambil tema “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua”, tema tersebut diharapkan Abdul Mu’ti menjadi panduan dan haluan dakwah. Dakwah menurutnya harus berdampak tidak hanya yang bersifat akhirat, tapi juga kehidupan di dunia.
Mu’ti menjelaskan, tema tersebut setidaknya berdiri di atas tiga argumen. Pertama adalah argumen teologis yang berdasar pada Surat Hud ayat 61, bahwa diciptakannya manusia di muka bumi bertugas untuk memakmurkannya. Tidak hanya itu, di awal ayat itu juga diperintahkan bermuhasabah atas kejadian-kejadian.
“(Manusia) sebagai makhluk yang asalnya dari tanah dan kemudian ditumbuhkan sebagai makhluk yang hidup di tanah itu, tetapi kamu punya tugas dan tanggung jawab yaitu menciptakan kemakmuran di bumi,” ungkapnya.
Tanggung jawab manusia sebagai khalifah di muka bumi, katanya, bertugas untuk memakmurkan dengan tidak melakukan kerusakan. Segala potensi yang ada perlu untuk dieksplorasi dengan baik tanpa merusak untuk memberikan kemanfaatan bagi umat manusia.
Argumen kedua pemilihan tema Milad ke-112 dan Tanwir Muhammadiyah ini adalah landasan konstitusional, yaitu pesan yang dikandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang menyebutkan tujuan dibentuknya negara Indonesia merdeka untuk bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Keragaman yang dimiliki Indonesia mulai dari jumlah pulau, banyaknya suku, bahasa, sampai luasnya wilayah namun bisa tetap bersatu dan damai merupakan mukjizat menurut Abdul Mu’ti. Sebab banyak negara-negara besar yang kemudian mereka berpecah belah menjadi negara-negara kecil.
“Kemudian adil dan makmur inilah dua hal yang memang harus kita perjuangkan dengan sangat sungguh-sungguh. Keadilan itu memang masih menjadi sesuatu yang sangat kita dambakan,” katanya.
Kemakmuran dan keadilan di Indonesia sampai sejauh ini masih terjadi ketimpangan. Oleh karena itu menurutnya tidak cukup hanya menyampaikan kritik destruktif, melainkan kritik yang diberikan harus bersifat konstruktif untuk membangun bangsa dan negara ini agar lebih makmur dan adil.
“Inilah yang menjadi alasan kenapa Muhammadiyah terpanggil untuk memenuhi panggilan konstitusi itu, dan berbuat bagaimana agar cita-cita kemerdekaan dan bagaimana agar tuntunan Al Qur’an agar kita menciptakan kemakmuran itu dijawab oleh Muhammadiyah,” ungkapnya.