MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) melalui Departemen Kerjasama dan Kehumasan gelar Webinar Diplomacy Day I bertajuk Membingkai Narasi Mempertajam Aksi pada Ahad (27/10).
Ariati Dina Puspitasari Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah menerangkan bahwa webinar ini bertujuan untuk memperkuat posisi NA dalam analisis kritis isu-isu perempuan dan anak. Ia juga mengungkapkan harapan agar kegiatan ini menjadi sarana mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk menguatkan nilai-nilai bersaing dalam ranah inklusivitas.
“Berangkat dari semangat Al-Ma’un dan nilai-nilai para pendahulu, kita memiliki potensi yang besar di pasar yang inklusif. PPNA perlu merumuskan strategi kerjasama yang berintegritas untuk terus memberikan manfaat yang luas,” ungkapnya.
Ariati juga menegaskan bahwa sejarah panjang sejak 1931, PPNA aktif merebut narasi isu sosial, khususnya dalam gerakan perempuan. Selain itu, PPNA jug akan terus bersuara dalam isu-isu nasional seperti kekerasan terhadap perempuan, demi mencapai satu langkah ke arah yang lebih baik.
Disisi lain, Norma Sari Wakil Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang juga merupakan Ketua Umum PPNA periode 2012-2016 menjelaskan pentingnya penguatan nilai gerakan Nasyiatul Aisyiyah (NA) dalam menghadapi tantangan global.
Norma mengungkap bahwa anggaran dasar PPNA telah memuat konsep mengenai daya mitra. Hal itu menurutnya sangatlah penting untuk mendorong internasionalisasi gerakan ini.
“Meski isu daya saing sudah sering dibahas, tapi daya mitra atau kolaborasi juga menjadi hal yang penting untuk kita pahami bersama. Mengignat bahwa kemampuan membangun kemitraan dengan berbagai pihak juga krusial,” jelasnya.
Norma juga mengungkapkan bahwa Islam berkemajuan dan konsep rahmatan lil alamin menjadi kekuatan nyata dalam misi kejayaan Islam yang dicita-citakan. Menurutnya pendidikan adalah pilar utama yang menjadi landasan berbagai sektor sosial dan ekonomi.
“Dalam menghadapi tantangan global, saya menekankan pentingnya tradisi keilmuan, pemberdayaan, dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Dengan hal tersebut diharapkan dapat menciptkan kader-kader NA yang actual,” pesannya.
Sementara itu, Nasrullah Praktisi Komunikasi Publik yang juga merupakan Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menegaskan bahwa penting bagi NA dalam membangun narasi yang kuat untuk membentuk identitas diplomasi NA berbasis isu sosial.
Mengutip dari Marty Neumeier yakni branding is the process of connecting good strategy with good creativity, Nasrullah menjelaskan bahwa branding bukan sekadar memasang logo atau slogan, melainkan menciptakan identitas yang kuat dan relevan dengan menggabungkan strategi yang tepat dengan kreativitas yang menarik.
Nasrullah dalam kesempatan tersebut mengajak peserta untuk menyusun strategi komunikasi yang tepat, dimulai dari menentukan why, who, what, how/when, hingga tindak lanjut (follow-up). Menurut Nasrullah, NA perlu memiliki narasi khusus untuk memperkuat branding yang mencerminkan nilai keislaman dan kebangsaan di tingkat nasional maupun internasional.
“Saya yakin, dengan strategi yang tepat, NA mampu menggaungkan isu-isu penting, membawa dampak nyata, dan menghidupkan cerita di dalamnya,” pungkasnya.