MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syakir Jamaludin menyampaikan keprihatinannya terhadap fenomena minuman keras (miras) yang semakin marak di kalangan remaja dan pemuda. Ia mengingatkan bahwa miras tidak hanya merusak kesehatan tetapi juga dapat menghancurkan masa depan generasi muda.
Pandangan Syakir di atas disampaikan dalam Kajian Rutin Ahad Pagi dengan tema ’Miras! Ancaman Generasi Muda dan Masyarakat’ pada Ahad (27/10) di Masjid KH Sudja, Yogyakarta. Syakir menjelaskan bahwa minuman keras memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi kesehatan fisik dan mental. Karenanya, Islam melarang konsumsi miras dengan tegas.
Syakir mengutip Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 219 yang menjelaskan bahwa khamar (miras) memiliki unsur dosa dan bahaya yang jauh lebih besar dibanding manfaatnya. Ia menekankan bahwa walaupun dalam dunia medis alkohol mungkin bermanfaat dalam kadar tertentu, namun penggunaannya tetap harus proporsional.
Menurut Syakir, penting bagi masyarakat untuk ikut berperan serta mendukung pemerintah dalam upaya mencegah dan mengendalikan konsumsi miras dan pornografi yang jelas dampaknya sudah merusak. Kejahatan beberapa tahun silam di beberapa wilayah Indonesia menunjukkan bagaimana pelaku yang masih remaja melakukan kekerasan yang brutal setelah terpengaruh miras dan video tak senonoh.
“Mengantisipasi agar peristiwa serupa tak terulang, masyarakat perlu lebih aktif dalam mengedukasi dan melarang segala bentuk tindakan negatif yang memicu kerusakan moral,” ucap Syakir.
Syakir berharap pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama dalam mengatasi permasalahan ini melalui pendekatan yang lebih serius dan komprehensif. Ia juga menyarankan agar keluarga, sekolah, dan masyarakat secara kolektif mengambil peran dalam membangun pemahaman yang benar kepada anak-anak dan remaja. Pendidikan yang baik serta pemahaman agama yang kuat, menurutnya, adalah kunci utama untuk menghindarkan generasi muda dari bahaya miras.
Selain itu, peran tokoh masyarakat dan aparat harus diperkuat untuk menyosialisasikan dampak buruk dari perilaku merusak ini. Khususnya dalam hal perdagangan minuman keras, larangan tegas sebenarnya sudah tertuang dalam peraturan agama maupun undang-undang negara. Namun, kenyataannya, masih ada oknum pejabat yang memberikan dukungan melalui ucapan atau karangan bunga kepada pihak-pihak yang memperdagangkannya.
Agar masyarakat tetap waspada, diperlukan lingkungan yang bersih dan mendukung akhlak baik bagi anak-anak. Ketika orang tua yang kecanduan miras ditanya apakah mereka ingin anaknya terlibat dalam kebiasaan buruk tersebut, banyak yang menjawab tidak. “Ini adalah bukti bahwa dalam lubuk hati, mereka tahu kebiasaan itu salah dan merusak,” ucap Syakir.
