MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) saat ini angka IQ nya sudah ada yang mencapai 140, jauh di atas rata-rata IQ orang Indonesia yang rata-rata 78. Kenyataan tersebut menjadi tantangan bagi umat manusia dan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir terus mendorong bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki tradisi membaca atau iqra. Terlebih bangsa Indonesia saat ini mayoritas adalah pemeluk agama Islam, di mana membaca menjadi perintah pertama.
Di sisi lain, Haedar juga mengatakan supaya umat manusia tidak lantas berkecil hati dan meminggirkan peran dari pesatnya kemajuan AI. Sebab, sebagai khalifatullah fil ardh, manusia dibekali dengan kekuatan yang niscaya melebihi AI. Terlebih AI merupakan produk dari manusia itu sendiri.
Guru Besar Ilmu Sosiologi ini menjelaskan, perkembangan teknologi sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia, dan perkembangan kebudayaan itu beriringan atau berbanding lurus dengan perkembangan pemikiran manusia. Maka, dalam fase sejarah peradaban dikenal istilah tradisional, modern, bahkan post-modern.
Dalam upaya mendorong peningkatan kecerdasan umat manusia, Muhammadiyah hadir melalui institusi pendidikan termasuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA). Kehadiran institusi pendidikan Muhammadiyah ini untuk mencerdaskan tidak hanya otak, tapi juga akal budi manusia.
“Pendidikan Muhammadiyah harus bisa menanamkan internalisasi nilai yang kokoh. Tapi juga harus ambil focus of interest nya,” ungkap Haedar Nashir pada Selasa (29/10) dalam Rapat Senat Terbuka dan Laporan Rektor Milad 3 Tahun Universitas Siber Muhammadiyah di SM Tower.
Selain itu, yang harus menjadi nilai distingsi atau pembeda antara institusi pendidikan Muhammadiyah dengan yang lain adalah karakter Islam Berkemajuan yang khas, karena kemajuan teknologi yang diajarkan dan dipelajari, namun tidak lepas dari nilai-nilai pokok yaitu iman, takwa, tauhid, ibadah, dan akhlak.
Nilai-nilai pokok tersebut, harap Haedar, jika diinternalisasikan pada setiap individu atau civitas akademika PTMA, bahkan umat Islam secara luas akan menimbulkan efek perubahan. Haedar Nashir percaya bahwa nilai-nilai pokok tersebut tidak hilang di tengah gelombang masyarakat sekuler.
Maka di institusi pendidikan Muhammadiyah tidak hanya mengajarkan instrumen-instrumen untuk menggapai kemajuan hidup, tapi juga tetap menanamkan nilai-nilai pokok yang membimbing manusia untuk tetap ber-Tuhan yang tidak dipahami secara sempit.