MUHAMMADIYAH.OR.ID, TEHERAN — Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syamsul Anwar, melakukan kunjungan resmi ke Iran pada Rabu (25/09) dalam rangka menghadiri Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-38.
Acara yang diselenggarakan di Teheran ini dihadiri oleh ulama lintas mazhab dari seluruh dunia sebagai bagian dari perayaan Pekan Persatuan Islam, yang memperingati Maulid Nabi Muhammad. Dalam tradisi Sunni, Maulid dirayakan pada 12 Rabiul Awwal, sementara Syiah merayakannya pada 17 Rabiul Awwal. Pemerintah Iran menjadikan rentang waktu ini sebagai momentum untuk memperkuat persatuan umat Islam di seluruh dunia.
Syamsul didampingi oleh Muhammad Ziyad, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang juga menjadi perwakilan dari MUI dalam konferensi tersebut. Agenda utama yang dibahas dalam pertemuan ini adalah isu-isu terkait persatuan Islam, dengan penekanan khusus pada perlawanan terhadap gerakan Zionisme yang selama ini dianggap sebagai ancaman bagi umat Muslim global.
Konferensi ini diharapkan dapat memperkuat hubungan lintas mazhab dengan membuka ruang dialog yang lebih luas di antara berbagai kelompok Islam dari seluruh dunia. Dengan kehadiran Syamsul Anwar di konferensi ini, Muhammadiyah turut menegaskan komitmennya untuk terlibat aktif dalam inisiatif-inisiatif yang memperkuat ukhuwah Islamiyah di tingkat global.
Dalam wawancaranya dengan Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Iran, Syahrul Ramadhan Yusuf, dijelaskan bahwa pertemuan ini juga menjadi kesempatan bagi Syamsul untuk berdiskusi bersama PCIM Iran.
“Kami berdiskusi tentang potensi kader Muhammadiyah yang sedang belajar di Iran, khususnya di bidang Irfan, yang memang perlu dikaji lebih dalam di lingkungan Muhammadiyah,” ungkap Syahrul. Ia menambahkan bahwa saat ini terdapat tiga mahasiswa Muhammadiyah yang sedang menempuh studi di jurusan Irfan di Iran.
Selain membahas aspek akademik, diskusi juga menyentuh tentang pengalaman ibadah kader Muhammadiyah selama berada di Iran. Menanggapi hal tersebut, Syahrul menegaskan bahwa masyarakat Iran sangat toleran terhadap perbedaan praktik ibadah.
“Syamsul berpesan agar para kader Muhammadiyah yang sedang belajar di Iran nantinya kembali ke tanah air dengan membawa hal-hal positif dari Iran, serta meninggalkan yang tidak baik,” ujar Syahrul.