MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Agama didorong menjadi institusi etika yang mendorong kehidupan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semakin lebih baik, menjauhkan dari perbuatan-perbuatan nir-etika.
Dorongan tersebut disampaikan oleh Dewan Pakar Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Amin Abdullah pada Kamis (26/9) dalam Kajian Kamisan Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah.
Amin Abdullah berharap, agama yang dianut akan berdampak baik, sebab agama tidak hanya berhenti pada ritual-ritual semata, tapi juga menjelma pada laku hidup manusia yang lebih konkrit dalam kehidupan sehari-hari.
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga ini merasa kecewa terhadap perilaku umat beragama di Indonesia, sebab meski mayoritas penduduknya taat beragama, tapi tingkat korupsi masih tinggi.
“Kita semua taat beragama, tetapi rajin korupsi, tidak bisa meredam korupsi. Apalagi Pilkada, Pileg, Pilpres itu luar biasa. Saya tidak bagaimana mengantisipasinya, tetapi nyatanya sedih sekali,” katanya.
Kenyataan tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga terjadi di negara-negara lain seperti Kenya dan Brasil. Kedua negara tersebut penduduknya dikenal taat beragama, tapi angka korupsinya masih tinggi.
Data-data yang disampaikan oleh Amin Abdullah itu merupakan hasil survei yang dilakukan oleh PEW Research Center yang dirilis pada 2023. Oleh karena itu, masalah ini mendesak untuk direfleksikan dan dicari jawaban.
Dalam paparannya, Amin Abdullah juga membeberkan korupsi yang lebih mengerikan lagi terjadi di Indonesia juga terjadi di lingkungan keagamaan, seperti korupsi pengadaan Al Qur’an sampai dana hibah pembangunan masjid.