MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Muhammadiyah melalui Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu) serta Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, meluncurkan program beasiswa kader dengan total dana Rp. 3,5 miliar. Program ini ditujukan bagi 400 penerima beasiswa yang tersebar di dalam dan luar negeri.
Dalam sambutannya pada acara Orientasi dan Pembinaan AIK Beasiswa Kader Muhammadiyah 2024, Sabtu (14/09), Ketua MPKSDI PP Muhammadiyah, Bachtiar Dwi Kurniawan, menyampaikan rasa syukurnya atas inisiasi program ini.
“Kami mendapatkan amanah untuk meningkatkan dan mengembangkan kapasitas kader Muhammadiyah, baik di dalam maupun luar negeri. Program ini bisa disebut sebagai beasiswa semesta,” ujar Bachtiar.
Beasiswa ini menjangkau penerima dari berbagai daerah di Indonesia, dari barat hingga timur, bahkan hingga kader-kader Muhammadiyah di luar negeri. Bachtiar berharap ke depannya cakupan beasiswa ini bisa semakin luas.
“Mudah-mudahan ke depan lebih banyak lagi, sehingga kader bisa belajar dengan serius dan fokus, serta studinya dilancarkan,” tambahnya.
Bachtiar juga mengingatkan pentingnya kontribusi balik para penerima beasiswa kepada Muhammadiyah setelah menyelesaikan studinya. Ia mengutip pesan KH. Ahmad Dahlan, “Jadilah master, insinyur, dan profesional, lalu kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu.”
Menurut Bachtiar, ‘kembali’ ke Muhammadiyah memiliki dua makna. Pertama, secara fisik, yakni menjadi aktivis penggerak di Muhammadiyah atau Aisyiyah, serta terlibat secara langsung dalam organisasi otonom (Ortom) Muhammadiyah, seperti Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
Selain itu, para penerima beasiswa juga diharapkan turut berkontribusi dalam Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), baik di sektor pendidikan, kesehatan, maupun sosial ekonomi. Keterlibatan ini bukan hanya sebagai pelengkap, melainkan sebagai kekuatan penggerak yang mendorong Muhammadiyah terus berkembang dalam menjalankan misi dakwahnya.
Kedua, ‘kembali’ secara jiwa, yaitu memiliki dan mempertahankan alam pikiran yang sejalan dengan visi dan misi Muhammadiyah. Alam pikiran ini mencakup komitmen terhadap pembaharuan, semangat keikhlasan dalam beramal, dan kesadaran akan tanggung jawab sosial.
Karenanya, akna ‘kembali’ ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah panggilan untuk mengabdikan diri dan berperan aktif dalam mengembangkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang selalu adaptif terhadap perubahan zaman.
“Semoga semua penerima beasiswa mendapatkan keberkahan dan manfaat dari program ini,” tutup Bachtiar.