Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang tangguh dalam menghadapi cobaan. Sejarah mencatat berbagai peristiwa yang menggambarkan betapa luar biasa ketahanan fisik dan mental beliau di tengah badai ujian hidup yang tampak mustahil dihadapi oleh manusia biasa.
Bayangkan seorang lelaki yang sejak lahir tak pernah merasakan dekapan kasih sayang ayahnya. Tak lama setelah itu, ibunya, Aminah, juga meninggalkan dunia ketika ia masih anak-anak. Ia kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, yang juga meninggal tak lama setelah itu, diikuti oleh pamannya, Abu Thalib, yang selama ini menjadi pelindung setianya. Tidak cukup sampai di situ, di tahun yang sama, Nabi juga kehilangan istrinya yang mendukung di kala suka maupun duka, Khadijah RA.
Bukan hanya kehilangan orang-orang tercinta, Nabi juga menyaksikan anak-anaknya meninggal dunia di hadapannya. Lima dari enam anaknya meninggal sebelum beliau wafat. Seolah belum cukup ujian ini, orang-orang yang dulu memanggilnya dengan gelar Al-Amin (Yang Terpercaya) kini berubah menjadi musuh yang mencemarkan nama baiknya, dan mengusirnya dari kota kelahirannya, Makkah.
Ketika akhirnya Nabi Muhammad SAW terpaksa hijrah ke Madinah untuk mencari perlindungan, beliau menghadapi tantangan baru. Kehidupan beliau diwarnai oleh upaya-upaya pembunuhan yang terus menerus, termasuk pembantaian dan mutilasi terhadap anggota keluarga dan sahabat-sahabat dekatnya. Bahkan istri tercintanya, Aisyah RA, difitnah oleh orang-orang yang berniat menghancurkan nama baik keluarga Nabi.
Namun, dalam semua ini, Nabi Muhammad SAW tidak pernah kehilangan harapan, tidak pernah menyerah pada keadaan, dan tetap teguh pada prinsip-prinsip akhlaknya yang luhur. Keteguhannya ini merupakan cerminan dari keimanan yang mendalam dan keyakinan yang kuat bahwa pertolongan Allah selalu dekat bagi mereka yang bersabar.
Apa yang membuat ketabahan Nabi Muhammad SAW ini begitu mengagumkan adalah setia pada kebenaran yang beliau sampaikan. Di saat orang lain mungkin akan menyerah pada kebencian dan balas dendam, beliau justru memilih jalan kasih sayang dan empati, tidak hanya terhadap manusia, tetapi juga terhadap hewan dan alam.
Ini bukanlah kekuatan biasa. Ini adalah kekuatan yang hanya bisa diberikan oleh Allah SWT. Hanya Allah yang bisa menjaga senyumnya tetap cerah, meskipun hati beliau penuh luka. Hanya Allah yang bisa memberinya kekuatan untuk bermain dengan cucu-cucunya di tengah segala duka yang beliau rasakan, dan mengangkat semangat mereka yang mengalami penderitaan jauh lebih ringan dibandingkan dengan apa yang beliau hadapi.
Dalam setiap tahap kehidupan yang penuh tantangan ini, Nabi Muhammad SAW menunjukkan keajaiban spiritual yang membuat siapa pun yang berpikir jernih akan menyadari bahwa beliau pasti mendapat bantuan ilahi yang luar biasa. Seberapa mungkin seseorang yang dikhianati, dilukai, dan diperlakukan tidak adil berkali-kali tetap memilih untuk memaafkan musuh-musuhnya, merangkul orang-orang yang angkuh, dan bahkan berdoa agar keturunannya akan menjadi orang-orang yang bertauhid?
Seperti yang tercermin dalam salah satu peristiwa terberat dalam hidup beliau, ketika beliau dilempari batu hingga berdarah oleh penduduk Thaif. Pada saat itu, malaikat menawarkan untuk menghancurkan mereka yang menyakitinya dengan menimpakan dua gunung ke atas mereka. Namun, apa jawaban Nabi? “Tidak, aku berharap Allah akan membimbing keturunan mereka untuk menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun.” (HR. Bukhari).
Peristiwa di Thaif ini bukan hanya mencerminkan betapa mulianya akhlak Nabi Muhammad SAW, tetapi juga betapa dalamnya keyakinan beliau kepada Allah SWT. Ketika manusia di ambang keputusasaan, Nabi Muhammad SAW selalu percaya bahwa pertolongan Allah tidak pernah jauh.
Ketika beliau dikejar oleh kaum Quraisy hingga bersembunyi di dalam gua bersama sahabat terdekatnya, Abu Bakar RA, beliau tetap tenang meskipun musuh berada tepat di depan pintu gua. Dalam situasi yang bisa membuat siapa saja ketakutan, Nabi dengan tenang berkata kepada Abu Bakar, “Jangan bersedih, Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40).
Para orientalis seperti William Montgomery Watt mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan tokoh yang begitu berintegritas dan tulus dalam keyakinannya. Watt mencatat bahwa kesediaan Nabi SAW untuk menanggung segala bentuk penganiayaan demi mempertahankan keyakinannya merupakan bukti nyata integritas dan kesungguhannya dalam menjalankan risalah kenabian.
Apa yang membuat Nabi Muhammad SAW begitu istimewa di mata sahabat-sahabatnya adalah kepribadian beliau yang seimbang, penuh kasih sayang, dan tegas dalam kebenaran. Para sahabat seperti Abu Bakar RA, Umar bin Khattab RA, dan Ali bin Abi Thalib RA adalah sosok yang terinspirasi oleh keteladanan Nabi dalam setiap aspek kehidupan. Mereka melihat bagaimana Nabi tidak hanya berjuang secara fisik, tetapi juga secara mental dan emosional dalam menghadapi tantangan.
Akhirnya, kisah hidup Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita tentang kekuatan iman, serta kekuatan cinta dan pengorbanan. Dalam setiap tantangan yang dihadapi, beliau selalu mengedepankan prinsip kasih sayang, pengampunan, dan optimisme. Sikap inilah yang membuat beliau dihormati tidak hanya oleh umat Islam, tetapi juga oleh para sejarawan dan pemikir di seluruh dunia. Kisah hidupnya yang penuh keteladanan ini seharusnya menjadi inspirasi bagi kita semua untuk tetap berpegang teguh pada kebenaran, apapun rintangan yang menghadang.
Referensi:
al-Bukhārī, Muḥammad ibn Ismā‘īl.Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Edited by Zuhayr ibn Nāṣir. Beirut: Dār Ṭawq al-Najāh, 2002.
Elshinawy, Mohammad. The Final Prophet Proofs for the Prophethood of Muhammad. Irving: Yaqeen Institute for Islamic Research, 2022.
Watt, William Montgomery. Muhammad at Mecca. Oxford: Clarendon Press, 1953.