إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِيْرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَ نَبِيَ وَلَا رَسُولَ بَعْدَهُ.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّين. اما بعد
قَالَ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الكَرِيمِ : يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
وَقَالَ أَيْضاً : وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Manusia merasa khawatir bila dilanda bencana yang berdampak pada kegurian harta maupun benda. Manusia cenderung merasa bersalah jika suatu bencana telah menimpanya. Allah SWT tidak semata-mata memberikan suatu bencana bagi makhluk-Nya sebagai suatu azab atau murka dari Allah.
Jamaah yang insyallah dirahmati Allah,
Ada tiga konsep bencana yang didatangkan pada manusia; Yang pertama adalah bencana yang menimpa suatu kaum karena tidak taat pada perintah Allah, bencana ini sebagai azab atas perbuatan yang mereka lakukan agar senantiasa kembali ke jalan yang benar.
Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Hajj ayat 45,
فَكَاَيِّنْ مِّنْ قَرْيَةٍ اَهْلَكْنٰهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَاۖ وَبِئْرٍ مُّعَطَّلَةٍ وَّقَصْرٍ مَّشِيْدٍ
“Maka betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan karena (penduduk)nya dalam keadaan zalim, sehingga runtuh bangunan-bangunannya dan (betapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi (ti-dak ada penghuninya).”
Yang kedua adalah bencana yang menimpa kaum muslim yang beriman, bencana ini merupakan ujian bagi hamba-Nya atas keimanan yang dimiliki. Apakah kaum muslim tersebut dapat bersabar atau justru tidak menerima atas ujian yang menimpanya.
Dalam QS. Al Hasyr: 19, Allah SWT berfirman,
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰىهُمْ اَنْفُسَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.”
Yang ketiga adalah bencana yang menimpa masyarakat muslim yang fasik, yang terkadang taat dan tekadang maksiat, bencana ini termasuk teguran dari Allah SWT agar senantiasa kaum tersebut bertaubat dan kembali ke jalan yang dirahmati Allah.
اَفَلَا يَتُوْبُوْنَ اِلَى اللّٰهِ وَيَسْتَغْفِرُوْنَهٗۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampunan kepada-Nya? Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Jamaah yang berbahagia,
Itulah di antaranya tiga musibah dari Allah beserta konsepnya. Maka dari itu, marilah kita bersama-sama muhasabah diri agar Allah SWT ridha atas kehidupan kita di dunia dan insyaallah bisa meraih surga-Nya kelak, Aamiin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الكَرِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالقُرْآنِ الحَكِيمِ, أَقُولُ قَولي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمِ
KHUTBAH KEDUA
الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَأَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ ، أَمَّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أَوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ،
Sebagai penutup khutbah ini, marilah kita senantiasa mengingat bahwa setiap bencana yang Allah turunkan memiliki hikmah di baliknya. Baik itu sebagai peringatan, ujian, maupun teguran, semua adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya agar kita senantiasa kembali kepada-Nya, memperbaiki diri, dan mengokohkan keimanan.
Oleh karena itu, mari kita tingkatkan takwa, kesabaran, serta tawakal dalam menghadapi segala ujian, seraya memohon ampunan dan perlindungan dari segala musibah yang mungkin menimpa kita. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan memberikan kita kekuatan dalam menjalani kehidupan ini dengan penuh keimanan dan kesabaran. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.