Salat merupakan ibadah utama yang tidak hanya menjadi kewajiban, tetapi juga menjadi salah satu cara untuk menghapus dosa. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah RA, Rasulullah SAW memberikan perumpamaan yang menggambarkan betapa pentingnya salat.
Nabi Saw bersabda: “Perumpamaan salat lima waktu seperti sungai yang mengalir deras di depan pintu rumah salah seorang di antara kalian, dia mandi padanya sebanyak lima kali.” (HR. Muslim).
Melalui analogi ini, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa sebagaimana air yang membersihkan kotoran fisik, salat lima waktu berfungsi sebagai pembersih dari dosa-dosa yang kita lakukan sehari-hari. Ibadah ini membentuk disiplin spiritual serta memberikan kesempatan untuk terus memperbaiki diri.
Selain sebagai pembersih dosa, salat juga menjadi kunci utama dalam meraih surga. Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang berangkat ke masjid atau pulang darinya, Allah akan menyiapkan baginya di surga sebuah tempat (sebagai ganjaran) setiap kali ia pergi dan pulang (dari masjid).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas mempertegas bahwa bukan hanya pelaksanaan salat, tetapi langkah menuju masjid untuk menunaikannya pun dihitung sebagai amal kebaikan yang berharga. Dalam setiap langkah, Allah SWT menjanjikan ganjaran berupa tempat di surga bagi hamba-Nya yang memelihara kedisiplinan dalam melaksanakan salat berjamaah.
Namun, di balik keutamaan dan ganjaran besar tersebut, meninggalkan salat memiliki konsekuensi yang serius. Rasulullah SAW memperingatkan bahwa meninggalkan salat dapat menjerumuskan seseorang ke dalam kekufuran.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Buraidah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya janji antara kita dan mereka (orang kafir) adalah salat. Barang siapa yang meninggalkannya, maka sungguh ia telah melakukan kekafiran.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan an-Nasai).
Kesepakatan para ulama menyatakan bahwa seseorang yang meninggalkan salat karena mengingkari kewajibannya, telah terjatuh dalam kekufuran yang besar. Ini menunjukkan betapa salat menjadi penentu utama dalam iman seseorang.
Bagi mereka yang meninggalkan salat bukan karena mengingkari kewajibannya, tetapi karena kemalasan, ancaman neraka tetap mengintai. Dalam surat Al-Muddatstsir ayat 41-43, Allah SWT mengisahkan dialog dengan orang-orang yang berdosa: “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat.”
Dalam ayat di atas jelas bahwa meninggalkan salat karena lalai atau malas pun termasuk dosa yang berat. Bagi yang sering meninggalkan salat, tidak ada jalan lain selain bertaubat, menyesali perbuatannya, dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
Salat, dalam esensinya, bukan hanya ibadah yang menghubungkan hamba dengan Tuhannya, tetapi juga menjadi penjaga diri dari kemaksiatan dan dosa. Kesadaran akan pentingnya salat harus senantiasa dijaga agar terhindar dari ancaman kekufuran dan siksa neraka.
Referensi:
Ghoffar Ismail, dkk, Panduan Kuliah Intensif Al-Islam (KIAI), (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) UMY, 2017), 83-86.