MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Dalam upaya memperkuat pilar ekonomi, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menekankan pentingnya melakukan pembenahan secara menyeluruh, terutama dalam state of mind masyarakat.
Dalam acara cara Business Gathering Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) yang dihadiri 82 perwakilan pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di SM Tower Yogyakarta pada Jumat (27/9), Haedar mengkritisi pandangan sebagian masyarakat Muslim yang masih menganggap sektor bisnis sebagai sesuatu yang “kotor” dan perlu dihindari.
Haedar menegaskan bahwa semua bentuk bisnis itu halal, kecuali yang secara jelas diharamkan, dan mencari laba adalah hal yang wajar asalkan tidak melibatkan riba.
“Pengembangan bisnis Muhammadiyah harus berbeda dengan kapitalisme yang kerap dikritik karena sifat rakusnya. Kapitalisme mencari keuntungan sebesar mungkin dengan cara eksploitatif, ” ujarnya.
Namun demikian, Haedar menawarkan konsep kapitalisme religius sebagai solusi bagi Muhammadiyah. Menurutnya, kapitalisme religius memiliki batasan di mana keuntungan tidak boleh berlebihan, meskipun mencari laba tetap sah. Tujuannya adalah untuk mengembangkan Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) secara etis dan berkelanjutan.
“Jika kita ingin mengembangkan BUMM, maka tujuan utamanya tetap untuk mencari untung, tetapi prosesnya harus mengikuti etika bisnis yang baik, seperti bekerja dengan sungguh-sungguh, disiplin, hemat, efisien, dan rajin,” lanjut Haedar.
Selain itu, Haedar menekankan pentingnya pembenahan birokrasi di dalam organisasi. Menurutnya, birokrasi harus lebih fleksibel dan tidak dibebani regulasi yang justru mempersulit pertumbuhan. “Kalau terlalu banyak aturan, justru akan menghambat. Sistem dan ekosistem harus dibuat lebih cair, agar badan usaha dapat tumbuh dan berkembang secara optimal,” tegasnya.
Haedar juga menyoroti pentingnya kolaborasi dalam jaringan bisnis Muhammadiyah. Menurutnya, membangun sinergi antara Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) menjadi hal yang mutlak. Ia tidak ingin AUM bergerak sendiri-sendiri, meskipun tetap harus ada koordinasi dan dukungan satu sama lain. AUM yang besar diharapkan dapat membantu unit-unit kecil agar memiliki dinamika internal yang kuat dan mampu bertahan secara mandiri.
“Sinergi ini sangat penting agar Muhammadiyah dapat berkembang menjadi konglomerasi besar. AUM besar harus memperhatikan yang kecil, sementara yang kecil perlu mengembangkan potensi internalnya atau inner dynamic,” tutur Haedar.
Dengan pembenahan mentalitas, birokrasi, dan sinergi jaringan, Muhammadiyah berpeluang untuk terus memperkuat sektor ekonomi sebagai salah satu pilar penting Persyarikatan, sambil tetap menjunjung tinggi nilai-nilai etika yang sejalan dengan ajaran Islam.