MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Business Gathering Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) dengan tema “Visi BUMM Emas 2045” digelar pada Jumat (27/09) di SM Tower, Yogyakarta. Acara ini dihadiri oleh sekitar 82 peserta yang berasal dari pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah dan unit bisnis lainnya.
Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhammad Sayuti menyampaikan pentingnya visi Muhammadiyah dalam peningkatan partisipasi umat di sektor ekonomi dan bisnis. Visi ini merupakan amanah Muktamar Muhammadiyah ke-47 pada tahun 2015 di Makassar, yang berfokus pada peningkatan jumlah pelaku bisnis dan institusi yang terlibat.
Salah satu pesan utama dalam acara tersebut adalah pentingnya konsolidasi yang terus-menerus. Sayuti menekankan bahwa acara seperti ini bertujuan untuk mengkonsolidasikan unit-unit bisnis Muhammadiyah, memperkuat gerakan ekonomi di dalam organisasi.
“Konsolidasi tiada henti. Terus melakukan konsolidasi untuk penguatan gerakan Muhammadiyah. Kami tidak berambisi terlalu tinggi, namun jika forum-forum seperti ini terus ada, insyaAllah Muhammadiyah akan semakin kuat,” ungkap Sayuti.
Dalam 79 tahun kemerdekaan Indonesia, Muhammadiyah telah menjadi satu-satunya organisasi yang memiliki banyak perguruan tinggi serta institusi di luar negeri. Potensi ini, menurut Sayuti, harus terus dipelihara agar BUMM dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi umat.
Muhammadiyah, kata Sayuti, juga menjadi satu-satunya organisasi massa (ormas) yang potensial dalam mengelola sektor bisnis, termasuk di masa depan yang mungkin akan melibatkan sektor tambang. “Semoga sukses untuk kemajuan umat,” ujarnya, mengungkapkan harapannya.
Sejalan dengan itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menekankan pentingnya pembenahan dalam state of mind masyarakat. Haedar mengkritisi pandangan sebagian masyarakat Muslim yang masih menganggap sektor bisnis sebagai sesuatu yang “kotor” dan perlu dihindari. Ia menegaskan bahwa semua bentuk bisnis itu halal, kecuali yang secara jelas diharamkan, dan mencari laba adalah hal yang wajar asalkan tidak melibatkan riba.
Haedar juga menyoroti pentingnya kolaborasi dalam jaringan bisnis Muhammadiyah. Menurutnya, membangun sinergi antara Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) menjadi hal yang mutlak. Ia tidak ingin AUM bergerak sendiri-sendiri, meskipun tetap harus ada koordinasi dan dukungan satu sama lain. AUM yang besar diharapkan dapat membantu unit-unit kecil agar memiliki dinamika internal yang kuat dan mampu bertahan secara mandiri.
“Sinergi ini sangat penting agar Muhammadiyah dapat berkembang menjadi konglomerasi besar. AUM besar harus memperhatikan yang kecil, sementara yang kecil perlu mengembangkan potensi internalnya atau inner dynamic,” tutur Haedar.
Dengan adanya forum ini, Muhammadiyah berharap dapat memperkuat sektor bisnisnya, sehingga tidak hanya berdampak pada ekonomi internal organisasi, tetapi juga memberi manfaat besar bagi umat.