MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA — Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan (LP2) Pusat Muhammadiyah, Maskuri, mengungkapkan bahwa jumlah pesantren Muhammadiyah saat ini telah mencapai 444, tersebar di 27 provinsi di seluruh Indonesia. Meskipun menunjukkan pertumbuhan, sayangnya, keberadaan pengajar di pesantren-pesantren tersebut masih menjadi persoalan.
“Dari segi jumlah, capaian ini luar biasa. Namun, keluhan terkait kurangnya pengajar masih banyak datang dari berbagai daerah,” ujar Maskuri dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) pada Selasa (27/08) di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Menanggapi permasalahan ini, LP2 PP Muhammadiyah telah meluncurkan program Pendidikan Ustaz Pesantren Muhammadiyah (PUPM). Program ini bertujuan untuk mengatasi kekurangan ustaz di pesantren Muhammadiyah, dengan melibatkan beberapa kampus Muhammadiyah, seperti Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Universitas Muhammadiyah Bandung, dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Setelah persoalan sumber daya insani menemukan solusinya melalui PUPM, maka pada tahun ini, fokus Rakornas adalah bidang pendayagunaan wakaf dan ekonomi. Karenanya, tema yang diusuing ialah “Membangun Kemandirian Pesantren Muhammadiyah Melalui Pendayagunaan Wakaf dan Pengembangan Ekonomi,” Rakornas ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk memperkuat fondasi ekonomi pesantren Muhammadiyah.
“Pesantren Muhammadiyah harus mandiri terlebih dahulu sebelum bisa memberdayakan masyarakat,” tegas Maskuri.
Rakornas ini juga bertujuan untuk mensosialisasikan kebijakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam pengembangan pesantren, memfasilitasi koordinasi antar lembaga, serta merumuskan strategi pengelolaan wakaf dan ekonomi pesantren yang berkelanjutan. Diharapkan, melalui sinergi antara Majelis Ekonomi, Majelis Pemberdayaan Wakaf, Majelis Pemberdayaan Masyarakat, dan Lembaga Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), pesantren Muhammadiyah dapat mencapai kemandirian ekonomi yang diidamkan.
Rakornas ini merupakan langkah awal yang diharapkan dapat mewujudkan pesantren Muhammadiyah yang lebih berdaya secara ekonomi, sehingga mampu memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan umat dan bangsa.