MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA – Festival Pers dan Literasi Muhammadiyah 2024 di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) resmi ditutup pada Ahad (25/8), agenda ini wujud merawat semangat awal berdirinya Muhammadiyah.
Kesan itu disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Siti Aisyah. Kelahiran Muhammadiyah, termasuk ‘Aisyiyah di dalamnya tidak bisa dijauhkan dari literasi dan pers Islam yang berkembang di masa itu.
“Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah itu juga bagian dari sejarah gerakan literasi ketika Muhammadiyah hadir dengan Kiai Ahmad Dahlan dengan membaca literasi Surat Ali Imran ayat 104 maka lahir Muhammadiyah yang gerakannya juga merupakan gerakan literasi dan ‘Aisyiyah pun juga demikian,” katanya.
Tidak hanya Majalah Suara Muhammadiyah (SM) yang mendapat anugerah Rekor Muri sebagai majalah Islam tertua yang konsisten terbit, Suara ‘Aisyiyah (SA) juga telah mendapat Rekor Muri sebagai Majalah Perempuan Tertua yang Berkesinambungan Terbit.
“Majalah Suara ‘Aisyiyah yang lahir pada tahun 1926 dan mendapatkan rekor muri sebagai media perempuan pertama dan terlama di Indonesia yang tidak pernah putus hingga saat ini,” ungkapnya.
Persyarikatan Muhammadiyah dari 1912 sampai saat ini, kata Siti Aisyah, tidak hanya ada, namun juga dapat dirasakan keberadaannya melalui manfaat yang diberikan dalam berbagai bentuk diantaranya melalui Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
Menyibak perkembangan Islam dari Jazirah Arab sampai ke penjuru dunia, Siti Aisyah menjelaskan bahwa perkembangan Agama Islam tersebut salah satu infrastruktur pendukungnya adalah kuatnya literasi di dunia Islam.
Para ilmuwan memegang peranan penting dalam menyebarkan dan mempromosikan Islam sehingga dikenal luas di dunia. Bahkan tidak hanya dalam urusan keagamaan, tapi di berbagai bidang ilmu pengetahuan.
“Kalau melihat dari sejarah ketika peradaban Islam sampai ke Eropa dan Rusia, kemajuan teknologi itu dikembangkan oleh para intelektual muslim itu juga karena literasi,” ungkapnya.