MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muchlas, memberikan sambutan pada acara peluncuran dan bedah buku ‘Haji Fachrodin: Lokomotif Literasi dan Pers Islam’ yang berlangsung di Grha Suara Muhammadiyah, Senin (12/08).
Dalam sambutannya, Muchlas menekankan pentingnya tradisi literasi dalam sejarah Muhammadiyah, yang salah satunya diwujudkan melalui Suara Muhammadiyah, majalah yang telah eksis sejak tahun 1915.
Muchlas juga mengungkapkan bahwa di Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah, terdapat enam bidang utama yang fokus pada berbagai aspek pengelolaan informasi dan literasi. Di antaranya adalah Pengembangan Pusat Data dan Informasi, Museum, Kearsipan dan Pustaka, Penguatan Media dan Jurnalistik, Transformasi Media Digital, Strategi Media Sosial, serta Komunikasi Publik, Penerbitan, dan Hubungan Antar Lembaga. Acara bedah buku ini, menurutnya, merupakan salah satu bagian dari program-program tersebut.
“Haji Fachrodin adalah salah satu tokoh penting di balik bertahannya Suara Muhammadiyah melintasi berbagai zaman,” ujar Muchlas.
Ia menegaskan bahwa kekuatan literasi di Muhammadiyah tidak terlepas dari kontribusi para tokoh penggeraknya, salah satunya Haji Fachrodin, yang ahir pada tahun 1890 ini dikenal sebagai pionir pers Islam pada masa kolonial.
Dalam kesempatan yang sama, Isngadi M Atmadja, Redaktur Eksekutif Suara Muhammadiyah, menjelaskan bahwa ada dua sosok Fachrodin dalam sejarah Muhammadiyah. Haji Fachrodin yang aktif pada masa kolonial, dan AR Fachrodin yang berperan penting pada masa Orde Baru. Buku yang dibedah ini, menurutnya, berfokus pada Haji Fachrodin sebagai tokoh Pahlawan Nasional yang berperan besar dalam literasi dan pergerakan Islam di Indonesia.
Roni Tobroni, Wakil Ketua MPI PP Muhammadiyah sekaligus penulis buku tersebut, menambahkan bahwa tujuan penulisan buku ini adalah untuk mengenalkan lebih luas sosok Haji Fachrodin, yang selain aktif dalam bidang literasi, juga berperan dalam berbagai sektor lainnya seperti pergerakan nasional, dunia usaha, politik, dan dakwah.
“Haji Fachrodin ini memiliki banyak wajah, ia tidak hanya berkutat pada kegiatan literasi dan pers, tapi juga pada dunia pergerakan, membela kaum buruh, ia juga dikenal sebagai pengusaha, politis, bahkan pendakwah handal,” tutur Roni.
Pembedah buku, Muarif, yang juga seorang pakar sejarah, menekankan pentingnya memperluas kajian tentang Haji Fachrodin. Menurutnya, literasi memiliki makna yang luas, mencakup membaca, menulis, dan mendokumentasikan. “Fachrodin melakukan semuanya,” tegas Muarif.
Muarif mendorong agar pembahasan mengenai tokoh ini lebih diperbanyak dan dilakukan secara komprehensif untuk memperkaya literatur sejarah Islam dan nasionalisme di Indonesia. “Semoga dengan adanya buku ini akan lahir buku-buku lainnya yang membahas sosok Pahlawan Nasional dari Muhammadiyah ini,” ucapnya.