MUHAMMADIYAH.OR.ID, PALESTINA – Muhammadiyah berkomitmen mendukung kemerdekaan Palestina, salah satu langkah yang diambil oleh Muhammadiyah untuk komitmen tersebut melalui peningkatan kapasitas dan bina damai kaum muda Palestina.
Dalam keterangan pers yang diterima redaksi muhammadiyah.or.id pada Sabtu (10/8), kegiatan diselenggarakan oleh Lembaga Hubungan Kerjasama Internasional (LHKI) PP Muhammadiyah dengan Witness-Syahid Center ini berhasil mengumpulkan 25 pemuda Palestina dengan berbagai latar belakang.
Peningkatan kapasitas ini sengaja dilakukan secara inklusif – tidak hanya untuk umat Islam saja, tapi dari berbagai agama dan berbagai latar belakang keahlian karena ingin membangun perdamaian secara efektif dalam menghadapi tantangan konflik dan perang yang masih berkecamuk.
Pelatihan ini sekaligus menunjukkan komitmen yang kuat dari pemimpin muda, termasuk 23 perempuan dan peserta minoritas dari komunitas Kristen, Yahudi-Samaritan, dan penyandang disabilitas.
Secara terpisah, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Syafiq Mughni menyatakan bahwa Muhammadiyah komitmen dan konsisten menentang tindak kolonialisme modern termasuk yang terjadi kepada Rakyat Palestina. Muhammadiyah mendukung Palestina melalui pernyataan dan aksi nyata.
“Tak terhitung berapa dana yang dikeluarkan oleh Muhammadiyah untuk Palestina khususnya dalam bidang pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan aksi humanitarian. Komitmen Muhammadiyah untuk Palestina tak terbantahkan dan tidak hanya dalam retorika,” katanya.
Perlu diketahui, pelatihan peningkatan kapasitas pemuda Palestina ini diselenggarakan pada 22 Juli 2024 di Kota Nablus, Palestina yang berfokus peran kaum muda dalam inisiatif perdamaian. Tidak hanya ini, sebab akan dilakukan pelatihan serupa pada waktu mendatang di Palestina.
Peserta mengikuti sesi tentang dasar-dasar pembangunan perdamaian dan dampak signifikan yang dapat dilakukan kaum muda dalam diplomasi bina damai, resiliensi komunitas, dan pendekatan resolusi konflik nir-kekerasan.
Diskusi dalam pelatihan tersebut menghasilkan pertukaran ide yang produktif tentang cara mengatasi hambatan dalam penciptaan perdamaian seperti perbedaan budaya dan ketidakstabilan politik.
Salah satu peserta, Olfat Suroor, menyatakan “Manfaat dari pelatihan tersebut sangat signifikan karena saya berasal dari kamp pengungsi dan kami perlu meningkatkan perdamaian sipil di kamp-kamp tersebut,” katanya.
Didorong oleh kesuksesan acara ini, Muhammadiyah dan Witness-Syahid Center berencana untuk memperluas upayanya dengan dua lokakarya tambahan pada bulan Agustus yang menargetkan mahasiswa dari berbagai universitas di Tepi Barat.
Target tersebut seperti di Arab American University, Al-Quds Open University, Birzeit University, and Al-Ahliyya College, dengan fokus pada resolusi konflik, dialog multikultural, dan kohesi dalam komunitas.
Pelatihan berikutnya akan melibatkan pemuda Palestina dari 48 wilayah yang diduduki secara ilegal oleh Israel akan berpartisipasi dalam sesi tersebut. Pelatihan ini merupakan langkah maju dalam memberdayakan generasi berikutnya untuk berpartisipasi aktif dalam proses perdamaian, menyoroti pentingnya dialog inklusif dan keterlibatan komunitas.