MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Indonesia pada 2045 akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia didominasi oleh usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan diatas 65 tahun).
Pada Muktamar Muhammadiyah 47 di Makassar wacana ini menjadi pembahasan penting dan dijadikan keputusan guna diarahkan menjadi program untuk menjawab tantangan tersebut.
Hal ini disampaikan Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal di Tabligh Institute, Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagaimana dikutip dari siaran pers Kamis (29/8).
Fathur mengatakan, pada Muktamar Muhammadiyah ke 48 di Solo Jawa Tengah, Muhammadiyah juga mengeluarkan keputusan lebih spesifik tentang anak-anak generasi milenial.
Menurutnya, Muhammadiyah terutama Majelis Tabligh penting untuk menganggap ini secara serius sebab generasi usia produktif tersebut akan menjadi tulang punggung bagi bangsa ini kedepannya.
“Muhammadiyah, terutama Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah diamanahi untuk memperhatikan spiritualitas atau sisi keagamaan anak-anak generasi milenial, termasuk generasi Z dan Alfa”, katanya.
Dalam upaya merespon fenomena itu, Majelis Tabligh PP Muhammadiyah melakukan upaya taktis dengan menghadirkan bidang baru yang fokus untuk menyiapkan generasi emas melalui program inkubasi mubalig – ulama.
“Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menghadirkan bidang baru yaitu Tabligh Global dan Kerjasama Internasional yang dipimpin oleh Ustadz Adi Hidayat yang ditujukan untuk menyiapkan generasi emas melalui program yang disebut sebagai inkubasi kader mubalig-ulama”, jelas Fathur.
Inkubasi kader mubalig-ulama diikhtiarkan oleh Majelis Tabligh dalam dua bentuk program, yaitu inkubasi kader di luar negeri dengan memfasilitasi kuliah di luar negeri dan inkubasi kader yang dipersiapkan langsung secara mandiri oleh Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
“Untuk saat ini inkubasi kader di luar negeri kita fokuskan di S1 dan Dirāsāt ‘Ulya (S-2) di Kulliyatu-d-Dakwah Tripoli Libya. Yang saat ini sudah terealisasi 3 gelombang”, katanya.
Inkubasi kader secara mandiri ini menurut Fathurrahman Kamal sebagai ikhtiar menghidupkan kembali tradisi lama di Persyarikatan dalam melahirkan kader-kader muballigh/mentor milenial dengan mendirikan: “Tabligh Institute” (Persemaian para Mubalig).
Inkubasi kader yang dilakukan sebagai cara Majelis Tabligh PP Muhammadiyah untuk memperkuat aspek kader pada ranah ideologis, substansi pandangan keagamaan Muhammadiyah, dan metodologi dakwah di era digital.
“Mereka diproyeksikan untuk mengisi ruang kosong kegiatan-kegiatan dan ketabligan di seluruh jaringan Majelis Tabligh se Indonesia, terutama masjid-masjid yang juga merupakan Amal Usaha Muhammadiyah”, tutupnya.