MUHAMMADIYAH.OR.ID, REMBANG – Menjelang Pilkada Serentak 2024 yang dijadwalkan pada bulan November mendatang, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir sampaikan kriteria pemimpin yang layak dipilih.
Guru Besar Bidang Ilmu Sosiologi ini menyampaikan, jangan memilih pemimpin yang membangun populisme secara artificial semata. Melainkan pemimpin yang pro-rakyat yang dibuktikan melalui kebijakan yang mensejahterakan, memajukan, dan mencerdaskan rakyat.
Haedar menekankan, rakyat jangan mudah terpikat dengan pemimpin “kembang gula”, yang menampilkan seakan-akan dia berpihak dan hidupnya senasib dengan rakyat, namun begitu kejam dan kebijakannya tidak berpihak ke rakyat.
Di era disrupsi informasi, sosok calon yang akan bertarung di Pilkada mendatang akan mudah disulap – citranya ditampilkan sederhana, berjibaku untuk rakyat sampai rela masuk ke saluran got atau pembuangan, demi menarik simpati rakyat.
Di matanya, pemimpin yang hanya menampilkan citra dan populisme artificial tidak baik untuk dipilih. Sebab mereka seakan-akan bekerja, tapi hasil kerjanya tidak ada, seperti angka kemiskinan di daerah itu masih dan lain sebagainya.
“Mohon jangan senang yang begitu-begitu. Senang yang berbuatlah, yang mensejahterakan rakyat. Karena apa? kalau ini tidak dipotong oleh rakyat sendiri, bakal lama,” tutur Haedar pada Senin (12/8) di ketika kunjungan ke Kabupaten Rembang.
Harapan dan perumpamaan yang disampaikan Haedar ini ditujukan kepada siapapun calon yang akan maju di Pilkada Serentak 2024. Sebab menurutnya pemimpin harus memiliki culture bekerja konkrit atau sedikit bicara banyak bekerja.
“Orang mau memuji ya bersyukur, orang mau mencaci maki ya tidak apa-apa. Tapi kita tulus berbuat yang terbaik untuk rakyat,” katanya.
Dalam mencapai pilkada yang baik, dan demokrasi yang substantif menurut Haedar tidak bisa dilakukan secara sepihak, melainkan harus bersama-sama. Dari elit memberikan contoh yang baik, sementara rakyat tidak boleh mudah tergoda dengan hal-hal yang sifatnya artificial.