MUHAMMADIYAH.OR.ID, MAKASSAR — Ibnu Sina merupakan seorang ilmuwan dan filsuf Muslim ternama. Ketua PP Muhammadiyah Saad Ibrahim menilai bahwa Ibnu Sina memiliki pandangan yang sangat kritis terhadap pemikiran Aristoteles, terutama dalam hal hubungan antara aspek fisik dan psikis.
“Ibnu Sina ini walaupun mengikuti Aristoteles tapi dia juga memiliki pemikiran kritis terhadap filsafat Yunan,” ucap Saad dalam acara Kuliah Umum: Perpaduan Ilmu Pengobatan dan Kesehatan Islam pada Jumat (30/08).
Aristoteles, yang dikenal dengan pandangan materialistiknya, berpendapat bahwa dunia fisik adalah segala-galanya. Menurutnya, kutip Saad, jika tubuh hancur, maka jiwa juga akan binasa. Pandangan ini mencerminkan kepercayaan bahwa jiwa tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan fisik.
Namun, Ibnu Sina, melalui karya-karyanya yang monumental seperti Al-Qanun fi al-Thibb dan Kitab al-Syifa, menawarkan perspektif yang berbeda. Baginya, jiwa adalah entitas yang berdiri sendiri dan memiliki peran yang sangat penting dalam kesehatan tubuh. Ia berkeyakinan bahwa dalam jiwa yang sehat terdapat tubuh yang kuat, sebuah pandangan yang bertolak belakang dengan materialisme Aristoteles.
Fenomena sehari-hari seperti rasa kantuk, ujar Saad, dapat dijadikan contoh dalam memahami hubungan antara jiwa dan tubuh. Secara sekilas, kantuk mungkin tampak sebagai fenomena fisik. Namun, jika ditelaah lebih dalam, rasa kantuk memiliki dimensi psikis yang kuat. Jiwa yang sehat dapat mengendalikan dan bahkan melawan kondisi fisik seperti kantuk, menunjukkan bahwa jiwa memiliki kekuatan yang lebih dominan dibandingkan tubuh.
“Mengantuk bila dilihat secara sekilah ia adalah fenomena fisik, tapi bila ditelaah lebih dalam, ia cenderung fenomena psikis. Jika menguasai jiwa, keadaan kantuk bisa dilawan,” tutur Saad.
Bagi Ibnu Sina, jiwa adalah yang utama, atau “the first.” Ia percaya bahwa jiwa memiliki peran sentral dalam mengatur dan mengarahkan tubuh. Pandangan ini mengukuhkan posisi Ibnu Sina sebagai pemikir besar yang mampu menyatukan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai spiritual Islam. Pandangannya ini terus relevan dan menjadi landasan bagi pengembangan ilmu kedokteran dan psikologi di dunia Islam dan Barat hingga saat ini.