MUHAMMADIYAH.OR.ID, MAKASSAR — Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Makassar mengadakan kajian terhadap dua karya monumental Ibnu Sina, yakni Al-Qanun fi al-Thibb dan al-Syifa. Acara yang berlangsung pada Jumat (30/08) ini bertajuk “Kuliah Umum: Perpaduan Ilmu Pengobatan dan Kesehatan Islam”.
Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Abd. Rakhim Nanda, dalam sambutannya menyampaikan harapan agar kajian ini menjadi pemantik semangat bagi dosen dan mahasiswa. “InsyaAllah, kita harapkan ini bisa menjadi referensi penting bagi yang hendak menyelesaikan studinya, terutama dalam telaah tentang perpaduan ilmu kedokteran dan nilai-nilai Islam,” ujarnya.
Dekan FKIK, Suryani As’ad, menekankan kehebatan Ibnu Sina sebagai ilmuwan yang berhasil memadukan nilai-nilai Islam dengan kesehatan.
“Ibnu Sina tidak hanya paham dalam dunia pengobatan, tetapi juga memiliki kedalaman dalam filsafat etika. Karyanya memberikan dasar-dasar penting dalam isu-isu kedokteran serta analisis filosofis yang mendalam tentang sifat etik dalam menilai kehidupan dan kedokteran,” jelasnya.
Kuliah umum ini juga diisi oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Saad Ibrahim, yang mengaitkan teks-teks Islam, khususnya Al-Quran, dengan penemuan-penemuan ilmiah modern. Ia menegaskan bahwa Islam selalu selangkah lebih maju dalam banyak hal, termasuk teori-teori ilmiah seperti Big Bang.
Ibnu Sina dikenal sebagai seorang figur yang sangat kritis terhadap pemikiran yang bertentangan dengan ajaran Islam, terutama dalam menanggapi filsafat Aristoteles. Meskipun ia mengadopsi banyak konsep dari filsafat Yunani, Ibnu Sina tetap mempertahankan pandangan kritisnya, terutama ketika pemikiran-pemikiran tersebut dianggap tidak sejalan dengan prinsip-prinsip Islam.
“Ibnu Sina ini luar biasa, pada usia 10 tahun sudah hafal Al-Quran. Selain itu, ia juga kritis terhadap filsafat Yunani, khususnya pandangan Aristoteles,” ungkap Saad.
Saad juga mengatakan bahwa Ibnu Sina sering melakukan reinterpretasi dan penyesuaian terhadap filsafat Aristoteles. Pendekatannya yang kritis ini menjadikannya salah satu pemikir besar yang mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan agama dalam kerangka yang harmonis.
Veni Hadju, salah satu penanggap dalam kajian ini, menyoroti bahwa Al-Qanun fi al-Thibb menjadi rujukan standar di berbagai perguruan tinggi dunia. Tidak heran jika Ibnu Sina dianugerahi gelar sebagai Bapak Kedokteran Dunia.
Acara ini diharapkan dapat memperkaya wawasan para akademisi dan mahasiswa dalam mengintegrasikan ilmu kedokteran modern dengan nilai-nilai keislaman, sejalan dengan tradisi intelektual Islam yang dibangun oleh Ibnu Sina.