MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Lembaga Pengembangan Olahraga (LPO) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mendorong institusi pendidikan Muhammadiyah kesadaran literasi fisik bagi peserta didik dan civitas akademiknya.
Ketua LPO PP Muhammadiyah, Gatot Sugiharto menyampaikan penerapan literasi fisik bisa dilakukan melalui Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) yang berkualitas, sehingga literasi fisik dapat berkembang secara menyeluruh.
Menurutnya setiap orang harus memahami apa itu literasi fisik. Gatot menjelaskan literasi fisik mencakup pengetahuan, keterampilan, dan motivasi untuk aktif bergerak seumur hidup. Muhammadiyah diharapkan menerapkan literasi fisik di seluruh jenjang pendidikan.
“Pada jenjang KB-TK literasi fisik dikemas dalam bentuk permainan dan ide pembelajaran sehari-hari,” kata Gatot pada (10/7) Workshop Peningkatan Aktivitas Jasmani dan Mengurangi Perilaku Sedenter pada Siswa Sekolah Dasar Muhammadiyah di UAD.
Sementara itu, pada jenjang SD literasi fisik diterapkan dengan memperlama waktu istirahat untuk aktif secara fisik, memasukkan aktivitas fisik untuk pelajaran non-PJOK, dan mendorong ekstrakurikuler yang banyak melakukan aktivitas fisik.
Selanjutnya pada jenjang SMP hingga SMA literasi fisik dapat diterapkan dengan memfasilitasi perkembangan ekspertis olahraga dalam pembelajaran PJOK dan memperkenalkan pembelajaran aktivitas fisik di luar sekolah melalui ekstrakurikuler.
“Terakhir, pada jenjang perguruan tinggi literasi fisik dapat diterapkan dengan menambah mata kuliah olahraga, memperbaiki fasilitas guna menunjang aktivitas fisik dalam kampus, mengembangkan program studi dan fakultas ilmu keolahragaan, dan mengadakan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berkaitan dengan aktivitas fisik,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, dr. Rachmah Laksmi Ambardini menambahkan, rendahnya aktivitas fisik menyebabkan semakin banyak manusia yang mengalami kelebihan berat badan, bahkan sampai terjadi obesitas.
“Kurangnya aktivitas fisik merupakan kontributor utama terhadap kelebihan berat badan dan kurangnya kebugaran fisik,” ungkap Dini.
Sementara itu, Fitria Dwi Andriyani memaparkan, sesuai dengan panduan WHO supaya usia 5-17 tahun untuk melakukan aktivitas jasmani setidaknya rata-rata 60 menit per hari.
WHO juga menyarankan agar anak dan remaja membatasi perilaku sedenter dengan membatasi jumlah waktu yang dihabiskan untuk duduk di depan layar televisi, gawai, ataupun laptop, untuk keperluan rekreasi.
“Duduk dalam waktu yang lama di depan alat berbasis layar dapat menghilangkan manfaat yang diperoleh dari aktivitas jasmani, sehingga harus diberi jeda sesering mungkin. Oleh karena itu, batasilah waktu duduk yang lama dan gantilah dengan setidaknya aktivitas jasmani yang ringan,” ungkap Fitria.