MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Ketua Lembaga Resiliensi Bencana Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Budi Setiawan, menekankan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan beragama dalam sebuah diskusi buku “Kajian Dunia Barat dan Islam: Visi Ulang Kemanusiaan Universal” karya Sudibyo Markus. Acara ini berlangsung di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, pada Senin (01/07).
Dalam sambutannya, Budi menyatakan bahwa kemanusiaan harus menjadi titik temu bagi semua umat beragama. “Kalau ada agama yang tidak memuliakan nilai-nilai kemanusiaan, patut kita pertanyakan,” tegasnya. Menurut Budi, melalui kemanusiaan, berbagai perbedaan yang ada di masyarakat dapat dilebur dan disatukan.
“Kemanusiaan harus menjadi bidang garap kita semua di Muhammadiyah,” ujar Budi. “Di sini banyak bidang kepakaran, sehingga kita bisa mengungkap nilai-nilai kemanusiaan dalam berbagai perspektif.” Ia menekankan bahwa Muhammadiyah memiliki berbagai ahli di bidang masing-masing yang dapat memberikan pandangan dari sudut yang berbeda mengenai kemanusiaan.
Budi mengingatkan kembali tindakan mulia dari tokoh Muhammadiyah generasi pertama, Kiai Sudja, yang melakukan perjalanan ke Jawa Timur untuk membantu korban bencana alam tanpa memandang latar belakang agama atau identitas mereka.
“Mau Muhammadiyah atau bukan, Islam atau bukan, menolong kemanusiaan tanpa memandang atributnya. Hal ini tidak berarti melepaskan identitas Islam, melainkan justru Islam mendorong untuk melakukan misi kemanusiaan,” jelasnya. Budi menegaskan bahwa misi kemanusiaan adalah inti dari ajaran Islam dan harus selalu diutamakan dalam setiap tindakan.
Ia juga menyinggung masalah kemanusiaan yang terjadi di Gaza dan beberapa daerah lainnya. “Kasus di Gaza dan daerah lain termasuk masalah kemanusiaan. Kita telah membantu dengan apa yang kita bisa. Masalah kemanusiaan ketika berbenturan dengan persoalan politik memang selalu rumit,” ujarnya. Budi mengakui bahwa situasi politik sering kali mempersulit penanganan masalah kemanusiaan, namun Muhammadiyah tetap berkomitmen untuk memberikan bantuan sebisa mungkin.
Budi juga mengajak peserta diskusi untuk membahas kembali buku yang ditulis oleh Sudibyo Markus.
“Buku yang ditulis Pak Dibyo bisa kita bahas ulang. Kita tunggu ide-ide baru yang nanti akan menjadi acuan kita dalam melaksanakan misi kemanusiaan,” tutup Budi.
Acara diskusi ini dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk akademisi, aktivis, dan anggota Muhammadiyah. Dengan semangat yang ditunjukkan dalam diskusi ini, diharapkan Muhammadiyah dan seluruh elemen masyarakat dapat terus bersinergi dalam mengusung misi kemanusiaan yang inklusif dan universal.