MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG — Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) menuntut pemenuhan sejumlah syarat mutlak. Tanpa syarat-syarat ini, impian KHGT akan tetap menjadi impian belaka tanpa akan terwujud. Menurut Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar terdapat enam syarat bagi kesuksesan KHGT.
Pertama, KHGT harus merangkul aspek ibadah dan sipil secara seimbang. Ini menekankan bahwa penjadwalan waktu dalam KHGT tidak boleh hanya mengutamakan ibadah atau sipil saja, melainkan kedua aspek tersebut harus menjadi perhatian utama. Keselarasan antara penentuan waktu ibadah seperti puasa dan hari raya dengan penjadwalan aktivitas sipil-administratif sangat penting untuk menjaga kebermaknaan KHGT secara global.
Syarat kedua menegaskan bahwa KHGT harus berbasis pada siklus bulan kamariah. Ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi Saw secara tegas menunjukkan bahwa penentuan waktu dalam Islam bergantung pada peredaran bulan. Oleh karena itu, KHGT tidak dapat lepas dari siklus bulan kamariah yang memiliki durasi sinodis sekitar 29-30 hari.
Ketiga, KHGT harus memiliki sifat global. Ini menekankan pentingnya mengadopsi sistem satu hari satu tanggal di seluruh dunia dalam KHGT. Namun, tantangan geografis seperti bentuk bumi yang bulat dan variasi keterlihatan hilal di berbagai lokasi menuntut pemikiran baru dalam penerapan KHGT, dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip Islam yang universal.
Syarat keempat mengharuskan terjadinya ijtimak (konjungsi) di seluruh dunia sebagai standar pergantian awal bulan kamariah. Ijtimak adalah saat bulan berada di antara matahari dan bumi, yang menandai akhir satu peredaran bulan dan awal bulan berikutnya. KHGT harus memastikan bahwa umat Muslim di seluruh dunia tidak memasuki bulan baru sebelum terjadinya ijtimak.
Syarat kelima menekankan pentingnya mempertimbangkan baik hisab maupun rukyat dalam KHGT. Pilihan parameter imkan rukyat (tinggi 5 derajat dan elongasi 8 derajat) merupakan kompromi antara kedua metode tersebut, memastikan bahwa KHGT mengakomodasi kebutuhan umat Islam yang masih memegang teguh prinsip-prinsip rukyat dan hisab.
Terakhir, KHGT tidak boleh menunda masuknya awal bulan setelah hilal terlihat atau memenuhi imkan rukyat. Hal ini sesuai dengan ajaran Nabi Saw yang menekankan pentingnya merespons keterlihatan hilal dengan segera. Prinsip matlak global mengikuti wilayah yang telah melihat hilal atau memenuhi imkan rukyat, memastikan konsistensi dalam penentuan awal bulan.
Pandangan Arwin di atas disampaikan dalam acara Seminar Nasional: Sosialisasi Kalender Hijriyah Global Tunggal di Universitas Muhammadiyah Bandung pada Sabtu (11/05). Menurutnya, dengan memenuhi keenam syarat mutlak ini, KHGT memiliki potensi untuk menjadi sarana yang efektif dalam menyatukan umat Islam di seluruh dunia dalam penjadwalan waktu yang konsisten dan akurat.