MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban setiap muslim, dan seharusnya dilakukan dengan niat karena Allah. Indikator keberhasilan dalam menuntut ilmu tidak hanya diukur dari seberapa panjang gelar akademik yang diperoleh atau jabatan yang diraih, tetapi juga dari seberapa dekat kita dengan Allah.
“Semakin bertambah ilmu dan jabatan, seharusnya semakin baik pula akhlak yang ditunjukkan,” ucap Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fajar Rachmadani dalam Khutbah Jumat di Masjid KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Jumat (17/05).
Namun, kenyataan yang ada seringkali berbanding terbalik. Fajar menyayangkan banyaknya pencari ilmu yang telah mengikuti berbagai majelis dan pengajian, tetapi justru memperlihatkan perilaku yang sebaliknya.
“Sekarang itu semakin banyak ngaji semakin garang sama sesama muslim hanya gegara urusan khilafiyah tanpa berpikir langsung mengkafir-kafirkan, membidah-bidahkan,” tuturnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa ilmu yang didapatkan belum sepenuhnya membawa manfaat, terutama dalam hal memperbaiki akhlak dan perilaku.
Ilmu yang benar-benar bermanfaat seharusnya membawa kita pada sikap yang lebih rendah hati, penuh kasih sayang, dan jauh dari sifat angkuh dan sombong. Sikap suka menyalah-nyalahkan orang lain hanya menunjukkan bahwa ilmu yang diperoleh belum meresap dalam hati dan belum diiringi dengan pemahaman yang mendalam tentang akhlak mulia. Seperti yang dikatakan oleh Hasan Al-Bashri, “Sesungguhnya dampak dari kebaikan itu adalah kebaikan yang lain.”
Dalam perjalanan menuntut ilmu, penting untuk selalu mengingat tujuan utama, yaitu mendekatkan diri kepada Allah dan memperbaiki akhlak. “Jangan sampai kita termasuk golongan yang banyak ilmunya tetapi jauh dari Allah, banyak gelarnya tetapi miskin akhlaknya,” ucap Fajar.
Penjelasan Fajar di atas terinspirasi dari penggalan Hadis Nabi Saw tentang para pencari ilmu. Hadis ini memberikan pelajaran penting bahwa niat yang benar adalah kunci dalam menuntut ilmu. Ilmu yang dipelajari dan diajarkan dengan tujuan mencari ridha Allah akan membawa manfaat besar, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Namun, ilmu yang dipelajari hanya untuk mendapatkan pengakuan dan pujian manusia akan berakhir sia-sia dan justru membawa petaka hingga bisa berujung dilemparkan ke dalam neraka.