MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA – Dalam rangka nguri-uri (melestarikan) kebudayaan Jawa, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) melangsungkan pagelaran wayang kulit semalam suntuk bersama dalang Ki Bayu Aji Pamungkas Anom Suroto, Sabtu (29/10).
Digelar di GOR Kampus 2 UMS mulai pukul 19.00 WIB dan terbuka untuk umum, acara ini merupakan salah satu rangkaian acara dari Hari Jadi ke-64 UMS.
Adapun tema yang diambil adalah Lakon Wahyu Cakraningrat, mengingat tema ini dekat dengan Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang akan digelar pada 18-20 November mendatang.
“Muktamar ke-48 yang venuenya di Solo (UMS) ini semoga terinspirasi cerita Wahyu Cakraningrat, yaitu berhasil memilih 13 Tokoh Muhammadiyah yang semakin amanah, teguh pendirian, jujur, penuh keteladanan, memberikan rasa aman, nyaman, dan tenteram, serta memberikan rasa kasih sayang pada warga Muhammadiyah tanpa membeda bedakan satu dengan lainya,” ujar Sekertaris Rektor UMS, Prof. Dr. Anam Sutopo, M. Hum.
“Kejahatan tak pernah mengalahkan kebajikan sangat relevan dengan ajaran Muhammadiyah yang selalau melakukan Amar Makruf Nahi Mungkar,” imbuhnya.
Sementara itu Rektor UMS, Prof. Dr. Sofyan Anif berharap pertunjukan wayang kulit dengan lakon Wahyu Cakraningrat dapat menjadi sebuah inspirasi bagi Muhammadiyah.
“Mudah-mudahan nanti perhelatan wayang ini bisa memberikan inspirasi kepada kita semua, dan tentu yang paling penting adalah kita bisa mensukseskan Muktamar. Semua saja, meskipun bukan warga Muhammadiyah tapi juga kita minta untuk mensukseskan Muktamar ke-48 pada tanggal 18-20 November mendatang,” harap Sofyan Anif.
Pagelaran wayang dimulai dengan diserahkannya satu wayang kulit sosok Raden Abimayu oleh Rektor UMS kepada Ki Bayu. Raden Abimayu sendiri dalam lakon ini berhasil mendapatkan gelar Wahyu Cakraningrat berkat kesabarannya dalam menahan diri atas godaan ketidakadilan yang diberikan kepadanya.
Memukau Mahasiswa Asing
Sementara itu, pagelaran wayang kulit itu menarik banyak perhatian, baik dari internal kampus maupun eksternal kampus. Mahasiswa internasional UMS asal Pakistan Muhammad Abuzar ikut menyaksikan pertunjukan wayang ini menyatakan kekagumannya.
Abuzar mengatakan bahwa baginya wayang merupakan hal baru tetapi dia dapat menikmatinya, meskipun sulit memahaminya secara utuh. Menurutnya wayang kulit merepresentasikan sebuah kebudayaan.
“Ini merupakan hal baru bagi saya, tetapi saya harap saya dapat belajar hal baru dari pertunjukan ini. Setelah menyaksikan wayang ini, saya berkeinginan untuk mencari tahu lewat google berkaitan dengan wayang. Dan ya pertunjukan wayang kulit sangat menarik,” katanya.
Selain itu, salah satu mahasiswa lainnya menyampaikan bahwa dia merasa beruntung karena bisa menonton wayang secara langsung.
“Meskipun saya tidak paham bahasanya, tetapi setidaknya saya bisa tahu suasananya wayang kulit di Jawa itu seperti apa. Saya merasa beruntung bisa nonton wayang kulit ini,” kata Rahmi Fadillah, mahasiswi asal Bandung.
Pagelaran wayang ini dimeriahkan dengan hadirnya sosok Gareng dan Marwoto yang terus-menerus melontarkan lelucon. (afn)