Sabtu, 26 Juli 2025
  • AR
  • EN
  • IN
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
Home Artikel

Renungan Ramadan, Syarat Hidup Bahagia

by timredaksi
3 tahun ago
in Artikel, Hikmah
Reading Time: 5 mins read
A A
Renungan Ramadan, Syarat Hidup Bahagia

Oleh: Sunanto

Salah satu ciri orang sehat adalah hidup bahagia. Namun kata bahagia sendiri sulit didefinisikan. Ada yang mengatakan bahagia itu senang, puas, dan gembira. Bisa jadi bahagia merupakan gabungan dari kata-kata tersebut.

Secara umum bahagia adalah sebuah keadaan ketika seorang merasa puas, senang, dan gembira. Seorang akan bahagia jika apa yang diinginkan menjadi kenyataan atau segala yang diharapkan dapat diraih.

Bisa juga segala yang dibutuhkan dapat dimilikinya. Itulah kebahagiaan yang menandakan keadaan hati manusia puas, senang, dan gembira. Pertanyaannya adalah apakah bahagia hanya berkaitan dengan pemenuhan hasrat pribadi?

MateriTerkait

Status Nasab dan Tanggung Jawab Anak Hasil Zina Ketika Orang Tua Menikah dan Kemudian Bercerai

Khutbah Jumat: Larangan Berbangga Diri dengan Dosa

Bolehkah Menikahi Perempuan dalam Kondisi Hamil?

Dari Crazy Rich sampai Siddharta

Tapi ternyata tidak semua orang yang punya segala-galanya bisa hidup bahagia. Seperti yang kita lihat pada fenomena crazy rich, apa yang diinginkannya dengan mudah didapat, tetapi belum tentu keadaan tersebut membuatnya bahagia. Merlyn Monroe, selebriti terkenal era tahun 70an, dengan mudah memiliki segalanya, kecantikan, dan ketenaran. Namun akhirnya ia mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis.

Berbeda dengan kaum miskin atau orang-orang yang hidup sederhana yang dengan usaha kerasnya akhirnya dia mendapatkan mimpinya. Pada saat itulah dia merasakan kebahagiaan. Artinya kebahagiaan itu terletak pada prosesnya yang sulit tersebut, bukan pada kemudahannya. Semakin menantang, berat, dan sulit, ternyata semakin membuat seseorang bahagia ketika mencapainya.

Siddharta Gautama merupakan anak seorang raja hebat. Hidupnya dipenuhi keindahan. Tinggal di istana ternyata tidak membuatnya bahagia. Akhirnya ia keluar dari istana untuk menjalani hidup prihatin. Dia bergaul dengan si miskin. Menderita seperti kaum papa pada umumnya. Merasakan lapar dan dahaga setiap hari. Titik puncaknya ia menjadi seorang resi, petapa, dan rahib. Pada kondisi itu dia merasakan kebahagiaan sesungguhnya. Merasakan kedekatan dengan Tuhan.

Begitu juga Nabi Saw ketika berumur 25 tahun merupakan puncak kebahagiaannya. Harta, posisi, dan istri sudah diraih semua. Cuma jabatan saja yang belum diraihnya. Namun semua itu tidaklah membuatnya puas. Akhirnya dia lebih suka menyendiri. Merenungkan tentang hakekat hidup. Hingga akhirnya di umur 40 ia mendapatkan puncak kebahagiaan, yakni ketika mengemban misi kenabian.

Banyak sekali contoh dalam kehidupan ini yang membuktikan segala bentuk kemudahan, harta, dan kemewahan ternyata tidak membuat seseorang bahagia. Bahkan terkadang ketika mereka meninggalkan itu semua, kebahagiaan itu baru dirasakan.  

Teladan dari Sesepuh Muhammadiyah

Suatu ketika ada seorang mahasiswa yang lulus ujian dengan cara mencontek. Dia bisa saja bahagia karena kelulusannya, tetapi sesaat setelah dia sadar mengenai caranya lulus, kebahagiaan itu akan hilang selamannya menjadi sebuah penderitaan. Apa yang dapat dibanggakan bagi seorang pendusta dan penipu ketika lulus?

Berbeda dengan seseorang yang lulus ujian karena susah payahnya dalam belajar. Meskipun dia tidak mendapatkan hasil yang maksimal (A), tetapi mungkin hanya (B-), kebahagiaan yang dirasakannya jauh lebih besar ketimbang yang mencontek. Sebab dia tidak mengingkari dirinya sendiri. Ternyata jujur terhadap diri menjadi kunci kebahagiaan juga.

Jadi kebahagiaan tidak mungkin didapat dengan cara menyakiti orang lain. Saya pernah mendapatkan cerita dari salah seorang tokoh Muhammadiyah. Namanya Bapak Dahlan Rais. Beliau pernah berkompetisi untuk maju menjadi Anggota DPD RI dari Jawa Tengah. Singkat cerita dalam kompetisi politik tersebut beliau kalah. Suaranya tidak jauh berbeda dengan salah satu calon yang jadi. Namun hal itu diterimanya dengan lapang dada.

Tidak lama kemudian, setelah beberapa tahun berjalan, tiba-tiba ada seorang laki-laki datang ke rumah beliau dan meminta maaf. Konon kabarnya orang tersebut merasa menderita dan berdosa pada beliau. Sebab telah melakukan kecurangan pada saat kompetisi politik beberapa tahun yang lalu. Dia juga diterpa musibah, anak semata wayang meninggal akibat kecelakaan motor. Dia merasa penderitaan itu akibat kecurangannya menggelapkan suara yang semestinya dimenangkan Pak Dahlan Rais.

Cerita singkat tersebut menandakan bahwa kebahagiaan tidak dapat diaraih di atas penderitaan orang lain. Pemimpin di level manapun dan apapun, ketika menyakiti rakyatnya, pendukungnya, dan konstituennya, sesungguhnya merasakan hal serupa. Mereka terlihat hebat, tetapi tidak pernah merasakan kebahagiaan. Dia hidup dihantui rasa dosa dan bersalah. Hari-harinya dipenuhi dengan penderitaan.

Begitu juga seorang ayah, ketika dia menghidupi keluargannya dengan cara yang tidak halal. Dia memberikan nafkah dari korupsi, menyuap, mencuri, menipu, bahkan mungkin merampok dengan berbagai cara yang elegan. Meskipun terlihat gagah, tetapi batinya sakit. Sebab dia tidak merasakan kebahagiaan itu menghampiri dirinya.

Setidaknya kisah ini memperkuat sesuatu yang tidak benar dalam proses, tidak akan menghasilkan kebahagiaan sama sekali. Hal ini tidak lain karena memang manusia itu jiwanya suci. Tidak mampu menerima segala keburukan yang dilakukan.

Orientasi Kebahagiaan itu Untuk Orang Lain

Jika kebahagiaan dilihat dari segi orientasinya, paling tidak ada dua, yakni: Pertama, yang diorietansikan kepada diri sendiri (ananiyah), dan kedua, yang dioerientasikan kepada orang lain (nahnuniyah). Misal seseorang bekerja keras, lalu kemudian mendapatkan gaji yang besar. Ketika awal bulan saat menerima gaji, dia kemudian membeli semua yang diinginkan dan dicita-citakan. Setelah mampu mendapatkan semua yang diinginkan, apakah dia puas atau bahagia? Teryata tidak.

Orang tersebut ternyata bulan depannya, mulai memikirkan barang-barang lain yang jauh lebih mahal, mewah, yang sebelumnya tidak terpikirkan olehnya. Bahkan sesuatu yang secara normal tidak perlu diperbaiki, direnovasi dan diganti menjadi lebih eksentrik lagi. Orang tersebut setiap bulan merasakan ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri. Semakin banyak gajinya, semakin terasa kekurangan di sana sini. Aku belum punya ini dan itu, pikirnya setiap hari seperti itu. Akhirnya kerjanya semakin semangat. Semakin menggila. Bahkan terkadang tidak perlu memikirkan cara yang halal lagi. Sedikit main kasar dan curang saja tidak mengapa, yang penting cita-cita besarnya tercapai.

Kerjanya setiap hari hanya untuk memenuhi kepuasan dirinya. Dia bekerja hanya untuk memenuhi keinginannya. Bahkan kalau bisa, harta di deposito bisa untuk tujuh turunan. Kalau bisa undang-undang dibeli untuk memperkuat bisnisnya. Pemangku kebijakan dibeli juga, agar dapat memperturutkan bisnisnya. Dalam kerjannya, dia merasa mampu untuk menguasai dunia. Padahal sebaliknya dia malah dikuasai dunia. Dia tidak sadar kalau diperbudak dunia belaka. Barulah dia sadar, di akhir hayatnya tidak memberikan apapun sebagai amal jariyah.

Berbeda dengan seorang penulis. Bagi seorang penulis, kebahagiaan adalah ketika dia dapat menghasilkan sebuah karya. Karyannya tersebut dapat memberikan dampak positif pada orang lain. Begitu juga bagi seorang guru, kebahagiaannya adalah ketika melihat salah seorang muridnya sukses dan jadi orang. Dengan ilmu yang diajarkannya tersebut anak didiknya dapat menghasilkan karya besar. Begitu juga bagi orang tua, kebahagiaannya adalah ketika melihat anaknya dapat hidup mandiri.

Dari sekian contoh, yang perlu disadari adalah orientasi kebahagiaan itu ternyata harus ditujukan kepada orang lain. Bukan pada diri sendiri. Kebahagian yang dioerientasikan kepada orang lain jauh lebih membahagiakan ketimbang kepada diri sendiri.

Orang-orang yang mengabdikan dirinya untuk orang lain, untuk memenuhi hajat hidupnya, maka hidupnya tidak pernah dikekang dunia. Melainkan dunia dunialah yang ada dalam genggamannya. Dia tidak lelah mengurusi dunia. Justru sebaliknya dunia tunduk kepadanya, dunia mengurusi dirinya. Ketika dia mengambil sepantasnya dari dunia, maka dunia akan melayaninya. Namanya akan dikenang di dunia ini, bukan hanya sehari dua hari setelah dia meninggal. Melainkan ribuan tahun masih di kenang oleh dunia ini.

Sementara orang yang mengambil lebih, melampaui batas wajar, dunia tidak begitu suka dengannya. Umurnya begitu singkat. Sepeninggalnya tidak ada lagi yang dikenang. Sehari dua hari, dia akan dilupakan. Oleh anak keturunan dan istri yang dipikirkan cuma harta peninggalannya saja. Begitu para pelayat, hengkang dari area pemakaman, sejak saat itu pula namanya di dunia tidak terdengar lagi.

Itulah gambaran kebahagiaan dan eksistensi manusia. Kebahagiaan yang diorientasikan kepada orang lain, lebih abadi dan nyata. Tidak mungkin, orang yang seperti itu akan menderita. Dia akan selalu bahagia. Sampai kapanpun. Walalhu’alam bisahawab.  

Editor: Fauzan AS

Tags: bahagiaislamramadanrenungan
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Beranggotakan 2000 Orang, Tapak Suci Mesir Jadi Pintu Efektif Dakwah Muhammadiyah

Next Post

Tim Futsal Kampus Muhammadiyah Ini Menangi Medali Perunggu

Baca Juga

Sama-sama Menggunakan Hisab dan Berlaku Global: KHGT dan Kalender Ummul Qura Arab Saudi Tetapkan 1 Muharram 1447 H pada 26 Juni 2025
Berita

Kalender Hijriah Global Tunggal Jadi Solusi Penanggalan Islam Modern

09/07/2025
Merawat Kesehatan Mental melalui Perspektif Al-Qur’an dan Hadis
Berita

Merawat Kesehatan Mental melalui Perspektif Al-Qur’an dan Hadis

08/07/2025
Sejak Awal Berdiri, Muhammadiyah Telah Miliki Etos Ekonomi yang Canggih
Berita

Sejak Awal Berdiri, Muhammadiyah Telah Miliki Etos Ekonomi yang Canggih

13/01/2025
Perubahan Radikal dari Fisikal ke Digital, Tantangan Abad Kedua Muhammadiyah
Berita

Memetik Hikmah dari Sejarah Penetapan Tahun Baru Hijriah

27/07/2024
Next Post
Tim Futsal Kampus Muhammadiyah Ini Menangi Medali Perunggu

Tim Futsal Kampus Muhammadiyah Ini Menangi Medali Perunggu

Semodern Apapun Muhammadiyah, Jati Dirinya tetap Islam

Puasa Ramadan untuk Environmentalisme Muslim, Bisakah?

Polemik Hilangnya Kata Madrasah dari RUU Sisdiknas, Majelis Dikdasmen Minta Peninjauan Ulang

Polemik Hilangnya Kata Madrasah dari RUU Sisdiknas, Majelis Dikdasmen Minta Peninjauan Ulang

BERITA POPULER

  • Cerita Sekretaris PWM Jatim Diminta Pemuka Agama Katolik Mendirikan Kampus Muhammadiyah di Papua Tengah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Status Nasab dan Tanggungjawab Anak Hasil Zina Ketika Orang Tua Tidak Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KOKAM dan Polri Sinergi Wujudkan Ketahanan Pangan Nasional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahasiswa UMJ Viral Usai Jadi Ketua RT: Gen Z Siap Pimpin Masyarakat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammadiyah Buka Seleksi Beasiswa Al-Azhar Mesir 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bolehkah Menikahi Perempuan dalam Kondisi Hamil?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tiga Pesan Haedar Nashir untuk KOKAM

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Sakit Muhammadiyah Berkembang Pesat, Haedar Nashir: Itu Kita Bangun Di Atas Sistem Profesional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Uang Hasil Monetisasi Konten Digital itu Halal?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Majelis

  • Tarjih dan Tajdid
  • Tabligh
  • Diktilitbang
  • Dikdasmen dan PNF
  • Pembinaan Kader dan SDI
  • Pembinaan Kesehatan Umum
  • Peminaan Kesejahteraan Sosial
  • Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
  • Pendayagunaan Wakaf
  • Pemberdayaan Masyarakat
  • Hukum dan HAM
  • Lingkungan Hidup
  • Pustaka dan Informasi

Lembaga

  • Pengembangan Pesantren
  • Pengembangan Cabang Ranting
  • Kajian dan Kemitraan Strategis
  • Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
  • Resiliensi Bencana
  • Amil Zakat, Infak dan Sedekah
  • Pengembang UMKM
  • Hikmah dan Kebijakan Publik
  • Seni Budaya
  • Pengembangan Olahraga
  • Hubungan dan Kerjasama Internasional
  • Dakwah Komunitas
  • Pemeriksa Halal dan KHT
  • Pembinaan Haji dan Umrah
  • Bantuan Hukum dan Advokasi Publik

Biro

  • Pengembangan Organisasi
  • Pengelolaan Keuangan
  • Komunikasi dan Pelayanan Umum

Ortom

  • Aisyiyah
  • Pemuda Muhammadiyah
  • Nasyiatul Aisyiyah
  • Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
  • Ikatan Pelajar Muhammadiyah
  • Tapak Suci Putra Muhammadiyah
  • Hizbul Wathon

Wilayah Sumatra

  • Nanggroe Aceh Darussalam
  • Sumatra Utara
  • Sumatra Selatan
  • Sumatra Barat
  • Bengkulu
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Lampung
  • Jambi
  • Bangka Belitung

Wilayah Kalimantan

  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Utara

Wilayah Jawa

  • D.I. Yogyakarta
  • Banten
  • DKI Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur

Wilayah Bali &

Kepulauan Nusa Tenggara

  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur

Wilayah Sulawesi

  • Gorontalo
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Utara
  • Sulawesi Tenggara
  • Sulawesi Selatan

Wilayah Maluku dan Papua

  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua
  • Papua Barat
  • Papua Barat daya

Cabang Istimewa

  • PCIM Kairo Mesir
  • PCIM Iran
  • PCIM Sudan
  • PCIM Belanda
  • PCIM Jerman
  • PCIM United Kingdom
  • PCIM Libya
  • PCIM Malaysia
  • PCIM Prancis
  • PCIM Amerika Serikat
  • PCIM Jepang
  • PCIM Tunisia
  • PCIM Pakistan
  • PCIM Australia
  • PCIM Rusia
  • PCIM Taiwan
  • PCIM Tunisia
  • PCIM TurkI
  • PCIM Korea Selatan
  • PCIM Tiongkok
  • PCIM Arab Saudi
  • PCIM India
  • PCIM Maroko
  • PCIM Yordania
  • PCIM Yaman
  • PCIM Spanyol
  • PCIM Hongaria
  • PCIM Thailand
  • PCIM Kuwait
  • PCIM New Zealand

Kategori

  • Kabar
  • Opini
  • Hukum Islam
  • Khutbah
  • Media
  • Tokoh

Tentang

  • Sejarah
  • Brand Guideline

Layanan

  • Informasi
  • KTAM

Ekosistem

  • Muhammadiyah ID
  • MASA
  • EventMu
  • BukuMu
  • SehatMu
  • KaderMu
  • LabMu

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak
  • Ketentuan Layanan
© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • AR icon bendera arab
  • EN
  • ID bendera indonesia
  • Home
  • Organisasi
    • Anggota Pimpinan Pusat
    • Keputusan Muktamar Ke-48
      • Risalah Islam Berkemajuan
      • Isu – Isu Strategis Keumatan, Kebangsaan dan Kemanusiaan Universal
      • Keputusan Lengkap
    • Majelis
      • Majelis Tarjih dan Tajdid
      • Majelis Tabligh
      • Majelis Diktilitbang
      • Majelis Dikdasmen dan PNF
      • Majelis Pembinaan Kader dan SDI
      • Majelis Pembinaan Kesehatan Umum
      • Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial
      • Majelis Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
      • Majelis Pendayagunaan Wakaf
      • Majelis Pemberdayaan Masyarakat
      • Majelis Hukum dan HAM
      • Majelis Lingkungan Hidup
      • Majelis Pustaka dan Informasi
    • Lembaga
      • Lembaga Pengembangan Pesantren
      • Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid
      • Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis
      • Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
      • Lembaga Resiliensi Bencana
      • Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah
      • Lembaga Pengembang UMKM
      • Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
      • Lembaga Seni Budaya
      • Lembaga Pengembangan Olahraga
      • Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional
      • Lembaga Dakwah Komunitas
      • Lembaga Pemeriksa Halal dan KHT
      • Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah
      • Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Publik
    • Biro
      • Biro Pengembangan Organisasi
      • Biro Pengelolaan Keuangan
      • Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum
    • Profil
      • AD/ ART Muhammadiyah
      • Sejarah Muhammadiyah
      • Lagu Sang Surya
      • Organisasi Otonom
      • Cabang Istimewa/Luar Negeri
    • Ideologi
      • Muqodimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
      • Masalah Lima
      • Kepribadian Muhammadiyah
      • Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
      • Khittah Muhammadiyah
      • Langkah Muhammadiyah
    • Daftar Anggota
  • Opini
    • Budaya Lokal
    • Filantropi & Kesejahteraan Sosial
    • Pemberdayaan Masyarakat
    • Lingkungan & Kebencanaan
    • Masyarakat Adat
    • Milenial
    • Moderasi Islam
    • Resensi
  • Hikmah
  • Hukum Islam
  • Khutbah
    • Khutbah Jumat
    • Khutbah Gerhana
    • Khutbah Nikah
    • Khutbah Idul Adha
    • Khutbah Idul Fitri
  • Tokoh
  • Kabar
    • Internasional
    • Nasional
    • Wilayah
    • Daerah
    • Ortom
  • Galeri
    • Foto
  • Login

© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah - Cahaya Islam Berkemajuan.