MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG – Belakangan, operasi penanaman atau transplantasi rambut mulai dikenal oleh warga Indonesia. Artis seperti Anang Hermansyah, Raffi Ahmad, Atta Halilintar, Kevin Aprilio, hingga pesepakbola Inggris, Wayne Rooney pernah melakukan transplantasi rambut.
Apakah tanam rambut atau cangkok rambut ini aman secara medis? Dokter Rumah Sakit (RS) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ruby Riana Asparini memberikan jawaban terkait keamanan hingga prosedurnya.
Menurut Ruby, transplantasi rambut merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah kebotakan di kepala hingga penipisan rambut yang disertai kerusakan folikel rambut. Selain bukan operasi besar, tanam rambut menurutnya sangat aman dilakukan pada semua usia. Meskipun begitu, operasi ini hanya bisa dilakukan terbatas di beberapa Rumah Sakit (RS) tertentu.
Beberapa kriteria dalam transplantasi rambut juga harus dipenuhi pasien. Pasien harus memiliki rambut rontok yang cukup, rambut daerah donor yang baik dan kulit kepala yang sehat beserta kesehatan umum yang baik.
Terkait persiapan operasi, pertama, pasien harus menjalani diet khusus selama satu pekan sebelum transplantasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi darah yang keluar selama operasi. Pengecekan fisik dan darah juga diperlukan untuk mengetahui penyakit atau kelainan tertentu.
Terakhir, pasien harus menghentikan konsumsi obat-obatan seperti aspirin, vitamin E dan food supplement. Konsumsi obat pengencer darah juga harus dihentikan selama satu pekan sebelum operasi berlangsung.
Pada proses operasi, dokter biasanya dibantu oleh tim transplantasi yang berjumlah empat sampai lima orang. Kegiatan untuk melakukan operasi ini sekitar empat hingga lima jam dengan keadaan sadar.
Semakin tinggi tingkat kepatuhan pasien untuk melaksanakan instruksi sebelum transplantasi, maka makin sedikit pula darah yang keluar.
“Hal ini juga akan mempercepat proses operasi,” ungkap dosen kelahiran Jakarta tersebut.
Penanaman rambut ini memiliki beberapa efek samping setelah menyelesaikan operasi. Namun efek-efek tersebut hanya berlangsung sementara.
Salah satu efek samping yang dirasakan adalah pembengkakan pada wajah tanpa rasa nyeri. Efek tersebut biasanya mulai terjadi pada hari kedua atau ketiga setelah penanaman dan berlangsung selama lima sampai tujuh hari.
Efek lain yang mungkin akan timbul, yakni memar ringan di sekitar mata. Memar ini akan hilang dalam beberapa hari ke depan. Kemudian juga akan mengalami rasa kebas pada daerah donor. Lalu rasa nyeri ringan pada daerah donor yang menyerupai nyeri setelah operasi kecil.
Setelah menjalani operasi, pasien juga tidak diperkenankan mencuci rambutnya sendiri. Pencucian rambut harus dilakukan oleh salah seorang dari tim transplantasi pada hari kedua, keempat dan kedelapan setelah transplantasi rambut. Pasien baru diperbolehkan mencuci rambutnya sendiri setelah satu pekan setelah operasi dengan menggunakan shampoo antiseptik.
Ruby mengungkapkan, rambut yang dicangkok akan mulai tumbuh secara normal tiga bulan setelah proses penanaman. Rambut itu akan tetap tumbuh normal serta mempunyai sifat yang sama dengan asal dari mana rambut tersebut diambil.
“Misalnya apabila donor berasal dari kepala bagian belakang kepala, maka rambut hasil tanam akan memiliki sifat dan ketahanan yang sama seperti rambut kepala bagian belakang serta tidak akan mengikuti proses kerontokan,” kata Ruby.
Untuk biaya dari prosedur tanam rambut, kata Ruby, ini tergantung dari tingkat kesulitan. Hal ini menyesuaikan banyaknya folikel rambut yang diambil dan pengalaman dokter. Namun pada umumnya, biaya operasi ini berkisar antara Rp 50 sampai 200 juta. (afn)