MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Orang asing yang kemudian menjadi aktivis Muhammadiyah melalui banyak pintu, bisa melalui pemikiran Muhammadiyah yang progresif, keberpihakannya terhadap dhuafa-mustadh’afin, atau bisa karena pernah belajar di lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Demikian disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Pendidikan, dr. Agus Taufiqurrahman pada, Sabtu (26/2) di acara Tabligh Akbar Cabang Ranting Muhammadiyah Expo dan Awards IV 2022.
Menurutnya, meski dikenal sebagai Organisasi Islam berpaham moderat dengan semangat merujuk Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah sebagai identitas yang menonjol, akan tetapi pintu masuk aktivis Muhammadiyah tidak hanya melalui pintu ini. Melainkan mereka mengenal Muhammadiyah melalui banyak pintu.
“Sebagian kita kenal dengan Muhammadiyah karena mengenal guru-guru di sekolah dengan keteladanannya, sebagian lagi mengenal Muhammadiyah karena kiprah dakwahnya Muhammadiyah,” ungkapnya.
Selain itu, dalam pengamatan dr. Agus ada juga orang yang mengenal Muhammadiyah karena kepedulian Muhammadiyah terhadap orang miskin, dhuafa’-mustadh’afin. ‘Pintu’ seperti yang dilewati oleh dr. Soetomo saat mengenal Muhammadiyah. Karena keberpihakan terhadap orang miskin, dr. Soetomo bahkan menyebut Muhammadiyah sebagai gerakan welas asih.
“Ada yang mengenal Persyarikatan Muhammadiyah karena gerakan pendidikannya untuk mencerdaskan anak-anak bansa, dan gerakan pendidikan Muhammadiyah itu diberikan secara inklusif di banyak tempat,” tuturnya.
Inklusivitas pelayanan Muhammadiyah dalam pendidikan, kesehatan dan amal usaha lain juga menjadi pintu yang menarik bagi banyak orang untuk mengenal Muhammadiyah. Di daerah-daerah dengan jumlah muslim sedikit, Muhammadiyah tetap berkiprah memberikan pelayanan pendidikan untuk mencerdaskan anak bangsa tanpa terkecuali.
Sebab, prinsip kerjasama lintas gerakan dan iman bagi Muhammadiyah telah diatur dalam dokumen-dokumen resmi organisasi. Terkait dengan kerjasama antara Muhammadiyah dengan eksternal, prinsipnya adalah setara. tidak ada kata ‘donor’ dan penerima donor (Resipien). Tetapi sebagai partnership atau kerjasama.
Di tengah gelombang pasang informasi, pimpinan, kader, dan anggota Muhammadiyah harus bisa menjaga dan merawat jati diri Keislaman dan Kemuhammadiyahan. Di Muhammadiyah tidak boleh merasa kecil karena jabatan, pimpinan tidak boleh merasa lebih tinggi dari kader maupun anggota yang tidak memiliki jabatan di persyarikatan.