Sabtu, 26 Juli 2025
  • AR
  • EN
  • IN
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
Home Artikel

Tali Pengikat Hidup: Pesan Tertulis Kiai Dahlan Pada Umat Manusia dan Para Pemimpin

by afandi
4 tahun ago
in Artikel, Opini
Reading Time: 11 mins read
A A

Berbeda dengan tokoh Islam seperti Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Ahmad Hassan, dan Syekh Ahmad Syurkati yang karya tulisnya mudah ditemukan, karya tulis pendiri Muhammadiyah Kiai Haji Ahmad Dahlan hampir sulit dilacak, meskipun kabarnya beliau telah menulis beberapa karya.

Kendati langka, buah pikiran dari sosok Kiai Ahmad Dahlan yang dipuji oleh Soekarno sebagai ‘manusia amal’ sejatinya tersebar ke seluruh wilayah Indonesia dalam bentuk amal usaha di berbagai bidang.

Di antara tulisan beliau yang masih terlacak adalah satu buah pikiran beliau berjudul “Tali Pengikat Hidup” atau “Tali Pengikat Umat Manusia”. Beberapa ilmuwan Eropa yang terkesan menerbitkan ulang, misalnya ilmuwan Inggris Charles Khurzman dalam Modernist Islam (2002), “The Unity of Human Life”, dan antropolog Belanda Bertram Schrieke ke dalam bahasa Belanda “Het bindmiddle der menschen.”

“Tali Pengikat Hidup” merupakan transkrip pidato Kiai Ahmad Dahlan dalam Kongres di Yogyakarta tahun 1922 yang kemudian diterbitkan oleh Hoofdbestuur (HB) Majelis Taman Pustaka berjudul “Kesatuan Hidup Manusia”.

MateriTerkait

Status Nasab dan Tanggung Jawab Anak Hasil Zina Ketika Orang Tua Menikah dan Kemudian Bercerai

Khutbah Jumat: Larangan Berbangga Diri dengan Dosa

Bolehkah Menikahi Perempuan dalam Kondisi Hamil?

Berikut tulisan lengkap Kiai Ahmad Dahlan diambil dari buku Perkembangan Pemikiran Muhammadiyah dari Masa ke Masa (1985) yang disunting oleh Sukrianta AR & Abdul Munir Munir Mulkhan.

Tali Pengikat Hidup

Oleh: Kiai Haji Ahmad Dahlan

Tali pengikat hidup manusia adalah suatu pengetahuan yang terlalu amat besar bagi kemanusiaan umumnya, sehingga memenuhi bumi. Oleh karena itu, Tuan-tuan Pembaca diharap mau memikirkan benar-benar dan mengingat-ingat dan jangan tergesa-gesa.

Untuk memimpin suatu kehidupan itu seharusnya dan sepatutnya memakai suatu alat, yaitu Al-Qur’an. Bukankah manusia itu perlu bersatu hati karena beberapa sebab?

Pertama, Sebab manusia, bangsa apa saja sesungguhnya nenek-moyangnya satu, yaitu Nabi Adam dan Ibu Hawa. Jadi, semua manusia itu satu daging dan satu darah.

Kedua, supaya semua manusia dapat hidup senang bersama-sama di dunia. Jika manusia lalai akan tali pengikat ini, maka akan rusak dan merusakkan. Ini suatu kenyataan yang tidak boleh dipungkiri lagi.

Pikirkanlah Pemimpin-Pemimpin!

Sejak Rasul-rasul (Utusan-utusan), sahabat-sahabatnya dan pemimpin kemajuan Islam pada jaman dahulu hingga sekarang, sudah sementara lama pemimpin-pemimpin itu bekerja. Mereka itu orang yang ternama, sebagian sudah mendapat pengajaran di perguruan tinggi. Walau begitu, belum dapat mereka bersatu hati.

Jangan pemimpin-pemimpin terkejut, lihatlah kanan-kiri, di muka dan di belakang dengan baik, bukankah masih tidak karuan? Ingatlah, saya tidak hanya memandang satu bangsa saja, akan tetapi semua bangsa manusia. Meskipun kita melihat hanya satu bangsa belum juga satu hati. Hal itu sesungguhnya tidak enak, akan tetapi lawannya (enak) yakni berbahaya. Apakah sebabnya begitu?

Pertama, kami pemimpin-pemimpin, belum bersatu hati, yang satu mengabaikan yang lain, tolak-menolak pengetahuan, padahal pengetahuan-pengetahuan itu perlu bagi manusia. Jadi, sudah tentu pengetahuan pemimpin-pemimpin itu kurang. Kurangnya pengetahuan itu menjadikan pendek-pikiran (cupet ing pamanggih, Jawa). Jadi, sesungguhnya pemimpin-pemimpin itu masih meraba-raba pada kegelapan. Apakah jadinya? Lalu tumbuh perbantahan antara pemimpin-pemimpin itu (rusak).

Kedua, pemimpin-pemimpin belum memimpin dengan tenaga atau tindakan (lampah-lampah, Jawa). Kebanyakan masih memimpin dengan suara saja. Sesungguhnya mereka baru mencari pengertian dan menaburkan pengertian itu kepada orang banyak, belum memperhatikan tindakan (mrihatosaken lampah, Jawa) bagi dirinya sendiri dan orang banyak. Jadi, pemimpin-pemimpin itu sebagian besar baru memerlukan suara agar supaya kelihatan pendapat baiknya walaupun kelakuannya sendiri masih mengecewakan, yakni rusak dan merusakkan.

Terangnya, pemimpin-pemimpin itu banyak yang dipermainkan hawa nafsunya sendiri tanpa mengerti dan merasa. Misalnya, hawa nafsu mengajak malas dan kikir jika untuk suatu keperluan dan tidak malas dan kikir jika untuk suatu kesenangan. Begitulah hawa nafsu itu mempermainkannya, sehingga hawa nafsu itu menyesatkan kepada penipuan, kebohongan, main gila dan sebagainya. Bukankah hal itu rusak dan merusakkan?

Ketiga, kebanyakan pemimpin-pemimpin belum mempunyai tujuan untuk baik dan enaknya semua manusia. Mereka baru mementingkan kaumnya (golongannya) sendiri, lebih-lebih lagi ada yang hanya mementingkan badannya sendiri, kaumnya pun tidak dipedulikan. Maka, jika badannya sendiri sudah mendapat kesenangan, pada perasaannya sudah berpahala, dan sudah sampai maksudnya. Hal yang demikian itu sudah banyak yang diketahui (cacatnya) sehingga perkumpulan menjadi rusak dan menyebabkan cerai-berainya yang dipimpin; kembali mereka seperti keadaannya sebelum dipimpin, kemudian hati mereka meradang dan jera.

Jalan Persatuan

Pemimpin-pemimpin harus tahu benar kelakuan, keadaan dan adat-istiadat orang yang dipimpin, supaya dapat berbuat dengan mengingat “ukur badan sendiri” dan jangan tergesa-gesa, harus terang dan paham terhadap barang yang diterima atau ditolak, serta jangan dengan jalan paksa. Dengan begitu akan dapat menumbuhkan pembicaraan yang enak, menuju keperluan (tujuan) yang amat penting, yaitu manusia bersatu hati.

Sudah menjadi adat kebiasaan orang, bahwa apa yang sudah dipahami dan dikerjakan menurut pengajaran gurunya atau pergaulan teman-temannya dan menurut pikirannya sendiri akan menjadikan gembira dan senang hatinya. Dan hal itu akan dipegang lahir dan batin, lebih-lebih jika hal itu sudah dijalani oleh nenek-moyangnya. Hal itu akan dikira-kira dan dipercaya mendatangkan kebahagiaan. Siapa yang menyalahinya akan mendapat kecelakaan dan kesusahan. Pemimpin-pemimpin dipersilahkan menengok, apakah sikap yang demikian itu hanya ada pada kaum kita, orang Islam, saja? Tidakkah kaum lain, misalnya Buddha, Kristen dan Yahudi juga demikian keadaannya?

Pemimpin-pemimpin!

Oleh sebab “benar” itu sesungguhnya hanya satu, maka bagaimanakah kita mendapatkan yang “benar” itu agar tidak mendapatkan kesalahan di hadapan Allah Yang Maha Suci.

Begitu pula telah menjadi kebiasaan orang, mereka segan dan tidak mau menerima apa saja yang kelihatan “baru” yang tidak sama dengan apa yang sudah dijalani. Karena menurut perasaannya barang yang baru itu akan menjadikan celaka dan susah, meskipun sudah jelas dan nyata bahwa orang yang mengerjakan dan menjalani barang “baru” itu misalnya, mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan. Yang demikian itu terkecuali orang yang memang banyak dan senang berpikir dan merasa dengan panjang dan dalam.

Apakah kelakuan seperti tersebut di atas dapat disebut baik atau betul? Sudah tentu tidak, sebab orang yang tersebut di atas itu hanya berhukumkan adat kebiasaan dan adat-istiadat, karena adat-istiadat tidak boleh dijadikan hukum untuk menentukan “baik” dan “tidak baik”, “betul” dan “salah”. Yang dapat dijadikan hukum untuk menentukan betul dan salah, baik dan tidak baik hanya hukum yang sah dan sesuai dengan hati yang suci.

Uraian tersebut di atas harus dipikirkan dan dirasakan dengan sungguh-sungguh secara panjang dan dalam perlunya manusia bersatu-hati, sebab di dalamnya tergantung sesuatu yang amat besar, yaitu bahagia dan celaka. Sebab itu, saya sangat berhasrat hati meminta agar pemimpin-pemimpin itu secara bersama-sama mempersatu-hatikan semua manusia. Sebelum semua manusia bersatu hati, tidakkah wajib pemimpin-pemimpin itu bersatu hati lebih dahulu? Sudah barang tentu wajib dan wajib sungguh.

Marilah, segera kita, pemimpin-pemimpin, berkumpul membicarakan kebenaran (haq) itu tanpa memilih-milih bangsa, semuanya saja. Dan jangan sekali-kali puas atau bosan sehingga kebenaran itu terdapat (diketemukan). Sesudah itu lalu kita berasaskan satu, berpengetahuan satu, dan bertenaga satu rupa. Pendeknya, manusia semuanya harus bersatu hati karena adanya permufakatan dengan memakai hukum (wewaton, Jawa) yang sah dengan hati suci dan tidak jera sehingga semua manusia bersatu-hati.

Apakah yang menyebabkan orang mengabaikan atau menolak kebenaran? Disebabkan karena:

1. Bodoh, ini yang banyak sekali,

2. Tidak setuju kepada orang yang ketempatan (membawa) kebenaran,

3. Sudah mempunyai kebiasaan sendiri dari nenek moyangnya,

4.  Khawatir tercerai dengan sanak-saudaranya dan teman-temannya, dan

5. Khawatir kalau berkurang atau kehilangan kemuliaan, pangkat, kebesaran, kesenangannya dan sebagainya.

Sedikit peringatan supaya menjadi pemikiran:

1.  Orang itu perlu dan harus beragama,

2.   Agama itu pada mulanya bercahaya, berkilai-kilauan, akan tetapi makin lama makin suram. Padahal yang suram bukan agamanya, akan tetapi manusianya yang memakai agama,

3.  Orang itu harus menurut aturan dari syarat yang sah dan yang sudah sesuai dengan pikiran yang suci, jangan sampai membuat putusan sendiri,

4.  Orang itu harus dan wajib mencari tambahan pengetahuan, jangan sekali-kali merasa cukup dengan pengetahuannya sendiri, apalagi menolak pengetahuan orang lain,

5.  Orang itu perlu dan wajib menjalankan pengetahuannya yang utama, jangan sampai hanya tinggal pengetahuan saja.

Makhluk Allah

Segala makhluk Allah itu mempunyai kehendak (hajat). Semua kehendak itu mesti ada maksud (tujuan)nya. Dan sampainya (tercapainya) maksud itu pasti dengan jalan.

Sudah nyata bahwa Tuhan Allah telah mengadakan masa (waktu) dan mengadakan jalan untuk menyampaikan (mencapai) segala maksud. Kalau demikian, maka semua maksud (tujuan) makhluk itu pasti tercapai asalkan menurut jalan dan masanya. Sebab segala keadaan itu kehendak Allah, dan Tuhan telah menyediakan segala keadaan yang dimaksud.

Manusia

Bahwa sesungguhnya tiada yang lebih dikehendaki oleh manusia itu selain keselamatan dunia dan akhirat.

Adapun jalannya untuk dapat mencapai barang yang dimaksudkan, manusia memakai akal yang waras, artinya akal yang tidak terkena bahaya. Sifat akal yang waras itu ialah akal yang dapat memilih sembarang perkara dengan teliti dengan perhatian dan dengan pertimbangan. Sesudah dipilih lalu ditempatkan dalam keteguhan hati.

Akal

Watak akal itu menerima segala pengetahuan dan memang pengetahuan itulah yang menjadi kebutuhan akal, sebab akal itu seperti biji yang terbenam di dalam bumi. Agar biji itu dapt tumbuh menjadi pohon yang besar, tentu perlu disiram secara ajek dan dipenuhi kebutuhan lainnya. Demikian juga akal manusia, niscaya tidak dapat bertambah sampai kepada kesempurnaannya, apabila tidak diberi siraman dengan pengetahuan. Dan semuanya itu mesti sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Kuasa.

Pendidikan Akal

Sehabis-habisnya pendidikan akal ialah dengan Ilmu Manthiq (Pembicaraan yang cocok dengan kenyataan), semua ilmu pembicaraan harus dengan belajar, sebab tidak ada manusia yang mengetahui berbagai nama dan bahasa, tanpa ada yang mengajarnya. Demikian juga yang mengajar itu dapat mengerti dari guru-gurunya, dan demikian seterusnya.

Maka dari itu, hal di atas menunjukkan bahwa manusia tidak berdaya mengetahui asal pengetahuan kecuali orang yang mendapat petunjuk dari Tuhan Yang Mengetahui dan Bijaksana.

Adapun manusia yang bisa lebih dari pokoknya pengajaran sesungguhnya hanya sebagaimana orang yang menemukan lebarnya lobang cincin, lalu mendapatkan berlian, lalu menemukan berlian dengan lobangnya dan menjadi pakaian yang ‘peni’ (indah). Demikian juga bagi orang yang bisa berbicara dengan tajam dan tepat, hal itu hanyalah sanggul-bersanggulnya pengetahuan-pengetahuan lainnya.

Jadi orang yang bisa berbuat demikian itu sesungguhnya tidak mengherankan. Akan tetapi jika ada orang yang dapat menerima pembicaraan yang baik yang datang dari orang lain lalu senang membicarakannya dengan orang-orang lain, sesungguhnya hal yang demikian itu bukan orang yang lemah walaupun orang itu tidak dapat menambah sebab tidak ada suatu perbuatan yang lebih baik daripada menghidup-hidupkan perkataan orang yang bijaksana.

Kesempurnaan Akal

Untuk hidupnya akal yang sempurna dan agar dapat tetap sebagai akal harus terkumpul enam perkara:

Pertama, memilih berbagai perkara harus dengan belas kasihan. Manusia tidak akan sampai kepada keutamaan apabila tidak mempunyai belas kasihan, sebab watak orang yang tidak mempunyai belas kasihan itu segala perbuatan yang dilakukannya karena kesenangan yang akhirnya bosan dan terus sia-sia.

Kedua, harus bersungguh-sungguh mencari, sebab keutamaan dunia dan akhirat itu tidak akan dapat tercapai apabila tidak dicari dengan daya upaya dan ikhtiar, dengan pengorbanan harta-benda, kekuatan dan pikiran.

Ketiga, harus dengan terang benderang dalam memilihnya, sebab adanya suatu petunjuk itu kebersamaan dengan adanya kesesatan (penasaran) dan barang yang baik itu pasti berpasangan dengan yang buruk. Oleh karena itu, kebanyakan orang yang mencari barang yang dikehendaki, akhirnya mendapatkan barang yang mestinya ditolak, sebab dalam mencarinya, ia hanya ikut-ikutan dan tidak mengetahui kenyataannya atau hanya karena adat-istiadat saja.

Keempat, harus mengitikadkan kebaikan barang yang dipilih, agar tetap teguh dalam hati, yang akhirnya bisa benar dan betul dan tetap pekerjaannya.

Kelima, harus baik dalam memeliharanya. Artinya, sesudah mendapatkan barang yang dicari, harus dipelihara dengan baik, sebab sifat manusia itu, tidak jauh dari lupa dan lena.

Keenam, harus dapat menempatkan. Artinya, segala pengetahuan itu tidak bisa menjadi manfaat apabila tidak diperbuat yang sementara.

Kebutuhan Manusia

Semua manusia pasti mempunyai kebutuhan, sebab hidup manusia di dunia tidak ditempatkan di atas tempat kaya dan hina, akan tetapi manusia dihidupkan di tempat kebutuhan dan kepayahan. Oleh karena itu, manusia harus mengerti benar akan tempat kebutuhannya.

Sesungguhnya pengajaran yang berguna dalam mengisi akal itu lebih dibutuhkan oleh manusia daripada makanan yang mengisi  perutnya, sebab pengajaran itu lebih cepat menambah besarnya akal daripada makanan yang membesarkan badan.

Dan mencari harta benda dunia itu tidak lebih payah dari mencari pengetahuan yang berguna dalam memperbaiki perbuatan dan kelakuan, sebab apabila dipikir dan diteliti, manusia itu banyak yang hanya ngawur (membuta-tuli) daripada yang memang setiti, hati-hati dan mengerti.

Dan orang yang mengerti itu lebih banyak daripada orang yang menjalankan pengertiannya. Maka dari itu orang yang mempunyai akal yang sempurna, harus melihat dan meneliti dirinya sendiri di manakah dirinya sendiri itu.

Orang yang Mempunyai Akal

Akal manusia itu kalau terperosok dalam bahaya sesungguhnya sudah mempunyai bagian hati suci, yaitu mempunyai dasar tidak suka dan cinta pada keluhuran dunia. Oleh karena itu, orang yang mempunyai akal harus menjaga dari bahaya yang merusak kesucian hati.

Tidak ada yang berguna tingkatnya pangkat budiman, kecuali hati yang suci. Dan tidak ada manusia yang dapat meraih keluhuran dunia dan akhirat, melainkan orang yang mempunyai sifat budiman.

Oleh karena itu, barangsiapa ingin mengejar menjadi orang yang berpangkat budiman, hendaklah menyediakan dirinya kepada jalannya budiman, yaitu tahan dan kuat mengalahkan hawa nafsunya. Sebab watak orang yang senantiasa mengalahkan hawa nafsunya itu tentu tidak lengah akan perkara keluhuran dunia yang bisa menyambung kepada keluhuran aklhirat, dan segala usaha dan perbuatannya itu dikerjakan dengan keteguhan hati dan tidak dikalahkan oleh pembicaraan dan kehendak supaya mendapatkan yang enak dan kesenangan dirinya sendiri.

Oleh karena itu, sudahlah nyata bagi orang yang menginginkan dan menghendaki keluhuran dunia dan akhirat, bahwa tidaklah pantas apabila perbuatannya dikerjakan dengan segampangnya saja dan atau iri hati. Berbeda sekali dengan yang mempunyai tujuan keluhuran hanya di dalam dunia. Barangkali bisa terdapat usaha dan pekerjaan yang sedang dikerjakan segampangnya dan seenaknya saja, malah yang sebagian banyak dapat berhasil dengan pendapatnya sendiri saja.

Perbedaan Pintar dengan Bodoh

Kata pintar dan bodoh itu ialah suatu bahasa yang artinya berbeda sebaliknya , akan tetapi sebagian banyak manusia itu sama saja antara yang pintar dengan yang bodoh, yakni senang kepada barang yang disetujui dan sengit kepada barang yang tidak disetujui. Lagi pula dalam beberapa hal yang diputuskan oleh yang pintar dan pandai itu bisa juga diputuskan oleh orang yang bodoh. Oleh karena itu, orang yang mempunyai akal yang sempurna harus mengerti perbedaan antara yang pintar dan yang bodoh.

Sesungguhnya perbedaan antara yang pintar dan yang bodoh itu akan terlihat berkumpul antara yang benar dan yang salah. Di situlah akan terlihat kemantapan orang pintar dan goyahnya orang yang bodoh.

Adapun perbedaan pintar dan bodoh itu ada tiga. Antara lain, orang yang pintar itu pasti mengerti barang yang akan menjadikan senang dan susah, orang yang bodoh tidak mengerti.

Orang yang pintar itu sudah barang tentu sewaktu-waktu berikhtiar mencari jalan yang menuju kepada kesenangan dan menyingkir dari lingkungan yang akan menuju kepada kesusahan yang akan diderita. Akan tetapi orang yang pintar yang melalaikan petunjuk Tuhan Allah, tidak takut kepadaNya, dan menuruti ajakan nafsu dengan pelan-pelan ia akan terjerumus ke lingkungan kesusahan karena kealpaannya. (afn)

ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Abdul Mu’ti Bangun Optimisme Mahasiswa Muhammadiyah Hadapi Tantangan Global

Next Post

Pendidikan Integratif Muhammadiyah dan Peran ‘Aisyiyah Menyukseskannya

Baca Juga

Haedar Ingatkan Ketimpangan Ekonomi Umat Islam Perlu Perhatian Serius
Berita

Haedar Ingatkan Ketimpangan Ekonomi Umat Islam Perlu Perhatian Serius

26/07/2025
Muhammadiyah dan Baznas Jalin Kolaborasi Strategis Majukan Pendidikan Islam
Berita

Muhammadiyah dan Baznas Jalin Kolaborasi Strategis Majukan Pendidikan Islam

26/07/2025
Menghidupkan Semangat Al-Ma’un, Muhammadiyah Serukan Aksi Nyata Entaskan Kemiskinan
Berita

Menghidupkan Semangat Al-Ma’un, Muhammadiyah Serukan Aksi Nyata Entaskan Kemiskinan

25/07/2025
Berita

Cerita Sekretaris PWM Jatim Diminta Pemuka Agama Katolik Mendirikan Kampus Muhammadiyah di Papua Tengah

25/07/2025
Next Post

Pendidikan Integratif Muhammadiyah dan Peran 'Aisyiyah Menyukseskannya

Vaksinasi untuk Semua: Satu Tahun Muhammadiyah Selenggarakan Vaksinasi

Tiga Sejarah Penting Internasionalisasi Muhammadiyah Bidang Pendidikan Tahun 2021

Tiga Sejarah Penting Internasionalisasi Muhammadiyah Bidang Pendidikan Tahun 2021

BERITA POPULER

  • Cerita Sekretaris PWM Jatim Diminta Pemuka Agama Katolik Mendirikan Kampus Muhammadiyah di Papua Tengah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Status Nasab dan Tanggungjawab Anak Hasil Zina Ketika Orang Tua Tidak Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KOKAM dan Polri Sinergi Wujudkan Ketahanan Pangan Nasional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahasiswa UMJ Viral Usai Jadi Ketua RT: Gen Z Siap Pimpin Masyarakat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammadiyah Buka Seleksi Beasiswa Al-Azhar Mesir 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bolehkah Menikahi Perempuan dalam Kondisi Hamil?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tiga Pesan Haedar Nashir untuk KOKAM

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Sakit Muhammadiyah Berkembang Pesat, Haedar Nashir: Itu Kita Bangun Di Atas Sistem Profesional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Uang Hasil Monetisasi Konten Digital itu Halal?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Majelis

  • Tarjih dan Tajdid
  • Tabligh
  • Diktilitbang
  • Dikdasmen dan PNF
  • Pembinaan Kader dan SDI
  • Pembinaan Kesehatan Umum
  • Peminaan Kesejahteraan Sosial
  • Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
  • Pendayagunaan Wakaf
  • Pemberdayaan Masyarakat
  • Hukum dan HAM
  • Lingkungan Hidup
  • Pustaka dan Informasi

Lembaga

  • Pengembangan Pesantren
  • Pengembangan Cabang Ranting
  • Kajian dan Kemitraan Strategis
  • Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
  • Resiliensi Bencana
  • Amil Zakat, Infak dan Sedekah
  • Pengembang UMKM
  • Hikmah dan Kebijakan Publik
  • Seni Budaya
  • Pengembangan Olahraga
  • Hubungan dan Kerjasama Internasional
  • Dakwah Komunitas
  • Pemeriksa Halal dan KHT
  • Pembinaan Haji dan Umrah
  • Bantuan Hukum dan Advokasi Publik

Biro

  • Pengembangan Organisasi
  • Pengelolaan Keuangan
  • Komunikasi dan Pelayanan Umum

Ortom

  • Aisyiyah
  • Pemuda Muhammadiyah
  • Nasyiatul Aisyiyah
  • Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
  • Ikatan Pelajar Muhammadiyah
  • Tapak Suci Putra Muhammadiyah
  • Hizbul Wathon

Wilayah Sumatra

  • Nanggroe Aceh Darussalam
  • Sumatra Utara
  • Sumatra Selatan
  • Sumatra Barat
  • Bengkulu
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Lampung
  • Jambi
  • Bangka Belitung

Wilayah Kalimantan

  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Utara

Wilayah Jawa

  • D.I. Yogyakarta
  • Banten
  • DKI Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur

Wilayah Bali &

Kepulauan Nusa Tenggara

  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur

Wilayah Sulawesi

  • Gorontalo
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Utara
  • Sulawesi Tenggara
  • Sulawesi Selatan

Wilayah Maluku dan Papua

  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua
  • Papua Barat
  • Papua Barat daya

Cabang Istimewa

  • PCIM Kairo Mesir
  • PCIM Iran
  • PCIM Sudan
  • PCIM Belanda
  • PCIM Jerman
  • PCIM United Kingdom
  • PCIM Libya
  • PCIM Malaysia
  • PCIM Prancis
  • PCIM Amerika Serikat
  • PCIM Jepang
  • PCIM Tunisia
  • PCIM Pakistan
  • PCIM Australia
  • PCIM Rusia
  • PCIM Taiwan
  • PCIM Tunisia
  • PCIM TurkI
  • PCIM Korea Selatan
  • PCIM Tiongkok
  • PCIM Arab Saudi
  • PCIM India
  • PCIM Maroko
  • PCIM Yordania
  • PCIM Yaman
  • PCIM Spanyol
  • PCIM Hongaria
  • PCIM Thailand
  • PCIM Kuwait
  • PCIM New Zealand

Kategori

  • Kabar
  • Opini
  • Hukum Islam
  • Khutbah
  • Media
  • Tokoh

Tentang

  • Sejarah
  • Brand Guideline

Layanan

  • Informasi
  • KTAM

Ekosistem

  • Muhammadiyah ID
  • MASA
  • EventMu
  • BukuMu
  • SehatMu
  • KaderMu
  • LabMu

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak
  • Ketentuan Layanan
© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • AR icon bendera arab
  • EN
  • ID bendera indonesia
  • Home
  • Organisasi
    • Anggota Pimpinan Pusat
    • Keputusan Muktamar Ke-48
      • Risalah Islam Berkemajuan
      • Isu – Isu Strategis Keumatan, Kebangsaan dan Kemanusiaan Universal
      • Keputusan Lengkap
    • Majelis
      • Majelis Tarjih dan Tajdid
      • Majelis Tabligh
      • Majelis Diktilitbang
      • Majelis Dikdasmen dan PNF
      • Majelis Pembinaan Kader dan SDI
      • Majelis Pembinaan Kesehatan Umum
      • Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial
      • Majelis Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
      • Majelis Pendayagunaan Wakaf
      • Majelis Pemberdayaan Masyarakat
      • Majelis Hukum dan HAM
      • Majelis Lingkungan Hidup
      • Majelis Pustaka dan Informasi
    • Lembaga
      • Lembaga Pengembangan Pesantren
      • Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid
      • Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis
      • Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
      • Lembaga Resiliensi Bencana
      • Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah
      • Lembaga Pengembang UMKM
      • Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
      • Lembaga Seni Budaya
      • Lembaga Pengembangan Olahraga
      • Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional
      • Lembaga Dakwah Komunitas
      • Lembaga Pemeriksa Halal dan KHT
      • Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah
      • Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Publik
    • Biro
      • Biro Pengembangan Organisasi
      • Biro Pengelolaan Keuangan
      • Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum
    • Profil
      • AD/ ART Muhammadiyah
      • Sejarah Muhammadiyah
      • Lagu Sang Surya
      • Organisasi Otonom
      • Cabang Istimewa/Luar Negeri
    • Ideologi
      • Muqodimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
      • Masalah Lima
      • Kepribadian Muhammadiyah
      • Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
      • Khittah Muhammadiyah
      • Langkah Muhammadiyah
    • Daftar Anggota
  • Opini
    • Budaya Lokal
    • Filantropi & Kesejahteraan Sosial
    • Pemberdayaan Masyarakat
    • Lingkungan & Kebencanaan
    • Masyarakat Adat
    • Milenial
    • Moderasi Islam
    • Resensi
  • Hikmah
  • Hukum Islam
  • Khutbah
    • Khutbah Jumat
    • Khutbah Gerhana
    • Khutbah Nikah
    • Khutbah Idul Adha
    • Khutbah Idul Fitri
  • Tokoh
  • Kabar
    • Internasional
    • Nasional
    • Wilayah
    • Daerah
    • Ortom
  • Galeri
    • Foto
  • Login

© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah - Cahaya Islam Berkemajuan.