MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Dalam Milad Muhammadiyah ke-109, Haedar Nashir kembali mengingatkan akan pentingnya membangun optimisme hadapi Covid-19. Tanpa optimisme, kondisi Indonesia akan terus berdampak buruk baik di bidang kesehatan, sosial, ekonomi, dan kejiwaan. Meski akhir-akhir ini mulai mengalami penurunan, namun semua pihak harus tetap waspada dan seksama. Pandemi ini belum dapat dipastikan kapan berakhir.
“Alhamdulillah kondisi Covid-19 di negeri ini mulai melandai di banding negara-negara lain. Indonesia termasuk negara yang berhasil menekan kasus Covid. Keberhasilan tersebut buah dari kesungguhan pemerintah dan peran kekuatan-kekuatan masyarakat antara lain Muhammadiyah yang sejak awal konsisten bergerak gigih menangani pandemi,” ucap Ketua Umum PP Muhammadiyah ini dalam acara Milad Muhammadiyah ke-109 pada Kamis (18/11).
Haedar menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus bangkit dari pandemi dan sigap menyelesaikan masalah-masalah negeri. Indonesia memiliki potensi dan peluang yang positif untuk bangkit dari pandemi dan menyelesaikan persoalan negeri. Banyak potensi anak negeri yang hebat dan berprestasi di dalam negeri maupun mancanegara. Kekayaan alam dan budaya Indonesia sangatlah kaya sebagai anugerah Tuhan. Indonesia tahun ini bahkan memperoleh kepercayaan dunia di mana Presiden Joko Widodo dimandati memimpin Presidensi G20 (Group of Twenty) tahun 2021-2022.
“Muhammadiyah menyampaikan apresiasi dan selamat atas pencapaian yang positif dan konstruktif di ranah global tersebut. Harapannya kepercayaan dari G20 tersebut dijadikan modal penting membangun optimisme dan peluang positif agar Indonesia makin berkiprah proaktif di tingkat global sekaligus melakukan konsolidasi nasional untuk bangkit dan bergerak dinamis menjadi negara berkemajuan,” harap pria kelahiran Bandung, 25 Februari 1958 ini.
Ajak Semua Pihak Bergandengan Tangan
Haedar mengajak seluruh elemen masyarakat untuk segera menyelesaikan pandemi dan masalah negeri secara simultan dan bersama-sama. Indonesia akan gagal bangkit, jika semua pihak lebih mengutamakan kepentingan diri, kroni, golongan, dan kepentingan sendiri-sendiri. Indonesia akan gagal maju manakala para pihak bercerai-berai dan silang-sengketa tak berkesudahan dalam sangkar-besi keangkuhan kuasa dan egoisme kelompok yang merah menyala.
“Indonesia harus dibawa maju bersama dalam semangat persatuan Indonesia dan kepribadian bangsa. Kemajuan dan keunggulan Indonesia haruslah memiliki fondasi yang kokoh berlandaskan konstitusi, dasar negara Pancasila, serta nilai-nilai luhur agama dan kebudayaan yang hidup dan mendarah-daging dalam jatidiri bangsa. Indonesia dengan nilai luhur serta potensi dan kekuatan yang dimilikimya harus mampu menjawab tantangan zaman di tengah dinamika perubahan yang kompleks saat ini dan ke depan,” tegas Haedar.
Selain bergandengan tangan, Haedar mengingatkan agar segala ikhtiar yang bersifat rasional-ilmiah dan spiritual-rohaniah harus terus dilakukan sebagai jalan jihad untuk mengakhiri pandemi ini. Pasalnya, sikap optimis disertai ikhtiar yang bersungguh-sungguh ini agar mampu mengubah keadaan yang buruk dari wabah Corona ke situasi yang baik. Sebagaimana Firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (Q.S. Al-Ra’du: 11).
“Optimisme dalam wujud tekad dan ikhtiar untuk berubah juga menjadi niscaya dalam memecahkan persoalan-persoalan umat dan bangsa. Seberat apapun masalah yang dihadapi bangsa Indonesia jika pemerintah serta semua komponen bangsa berkomitmen kuat, bersatu, dan melangkah bersama secara serius dan terencana maka akan terdapat jalan keluar dari kesulitan,” ucap Haedar.