MUHAMMADIYAH.ID, PAREPARE – Hampir setiap kelompok Islam dalam kegiatan dakwahnya memiliki mimpi untuk mengembalikan peradaban umat manusia kepada kejayaan peradaban Islam yang pernah terjadi sekian abad yang lampau.
Bagi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, mimpi itu dianggap seperti peribahasa “jauh panggang dari api” jika umat Islam enggan untuk menerima kritik dan enggan melakukan refleksi mendalam pada keadaan dirinya sendiri.
Dalam Pengajian Bulanan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan bertajuk “Peta Jalan Peradaban Umat Islam Indonesia,” Sabtu (6/11) Haedar menganggap umat Islam belum memiliki kesiapan untuk membangun peradaban sebagaimana Nabi Muhammad membangun Al Madinah Al Munawarah dan membebaskan masyarakatnya dari sifat jahiliyah.
Haedar kemudian menyebut beberapa unsur dari keluhuran peradaban Islam seperti memuliakan perempuan, menghargai ilmu pengetahuan, hingga cara bermasyarakat yang penuh keadaban baik antar sesama umat Islam sendiri atau dengan umat yang berbeda pemikiran.
“Tidak usah jauh-jauh. Kita kaum muslim masih merendahkan perempuan tidak? Bahkan poligami saja sering jadi bahan ceramah yang semacam permainan (objektivikasi perempuan) oleh para khatib. Jangan-jangan kita masih jahiliyah pandangannya padahal perempuan tidak untuk itu. Atau memandang perempuan masih rendah bahwa yang masuk surga itu adalah laki-laki misalkan. Ini pertanyaan untuk kita. Nabi mengubah (masyarakat jahiliyah) itu tidak gampang,” kritik Haedar.
Peradaban Islam yang tinggi juga tidak bisa dipisahkan dari peran ulama di berbagai bidang seperti filsafat, fisika, matematika dan berbagai cabang ilmu lain di samping ilmu agama yang dulu dikuasai oleh para ulama besar.
“Sekarang umat Islam Indonesia kalau mau maju mau tidak mengakui adanya filsafat dalam Islam yang sebagian dalam tubuh umat Islam dan sebagian Muhammadiyah juga ada yang mengharamkan filsafat dan ilmu kalam padahal pada zaman itu (Dinasti Ummayah dan Abbasiyah) sangat maju sekali,” imbuhnya.
Keadaan umat Islam yang lemah dalam sisi pandangan alam (worldview), tingginya fanatisme golongan hingga keengganan merawat warisan unsur-unsur peradaban Islam itu sendiri menurut Haedar menjadikan usaha menghadirkan peradaban Islam memerlukan waktu yang lebih lama.
“Kematian peradaban Islam itu seringkali dibangun oleh umat Islam sendiri,” tegasnya.