Minggu, 27 Juli 2025
  • AR
  • EN
  • IN
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
Home Artikel

Ke Mana Angin Bertiup

by adam
4 tahun ago
in Artikel, Moderasi Islam
Reading Time: 5 mins read
A A

Oleh: Prof Haedar Nashir Ketua Umum PP Muhammadiyah

Dunia Barat era modern memiliki serpihan wajah ekstrem anti-Tuhan dan agama. “Kekristenan pada kenyataannya telah lama lenyap tidak hanya dari nalar, tetapi dari kehidupan umat manusia,” tulis Ludwig Andreas von Feuerbach, tahun 1839.

Filsuf Jerman itu lebih jauh menulis, “Tuhan tidak lebih dari proyeksi luar dari hakikat batin manusia sendiri.” Friedrich Wilhelm Nietzsche lebih ekstrem. Bukan hanya agama, “Tuhan telah mati,” tulis Nietzsche.

Melalui karyanya, Also Sprach Zarathustra, tahun 1883, filsuf kelahiran Prusia itu dikenal sebagai “Sang Pembunuh Tuhan”. Ateisme modern memperoleh pijakan kuat pada filsafat eksistensialisme yang dipeloporinya.

MateriTerkait

Status Nasab dan Tanggung Jawab Anak Hasil Zina Ketika Orang Tua Menikah dan Kemudian Bercerai

Khutbah Jumat: Larangan Berbangga Diri dengan Dosa

Bolehkah Menikahi Perempuan dalam Kondisi Hamil?

Feuerbach dan Nietzsche adalah filsuf paling menonjol dari mata rantai ateisme dan agnotisme di Eropa Barat era Renaisans. Mikhail Bakunin tidak kalah ekstrem. “Pemikiran tentang Tuhan mengimplikasikan turunnya derajat akal manusia,” tegasnya. Dengan angkuh, tokoh politik beraliran anarkisme kelahiran Moskwa ini melalui karyanya, God and the State, tahun 1916, menulis, “Jika Tuhan benar-benar ada, maka perlu untuk menghapusnya.”

Wajah peradaban Barat modern lahir dalam dialektika kutub ekstrem. Pada Abad Tengah, agama Kristen begitu hegemonik, yang membelenggu kebebasan manusia dan antisains. Lahirlah humanisme sekuler yang bernafsu besar mengakhiri era teisme dengan ateisme serta menggeser agama dengan agnotisme.

Peradaban Barat itu kemudian membuana melalui—istilah Anthony Giddens—Juggernaut, yaitu kereta raksasa bernama modernisme yang menggilas apa pun yang dilewatinya di setiap penjuru negeri!

Angin liberal-sekuler

Arus ateisme dan agnotisme, sebagaimana modernisme mulai masuk ke Indonesia sejak awal abad ke-20. Marxisme dan komunisme ikut hadir melalui sosok Henk Sneevliet bersama kaum sosialis Hindia Belanda yang membentuk Serikat Pekerja Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) serta memelopori gerakan Partai Komunis Asia Tenggara.

Pasca-Indonesia merdeka, dengan tokoh DN Aidit dan kawan-kawan, Partai Komunis Indonesia (PKI) sempat berjaya hingga dibubarkan pascatragedi G-30-S/PKI 1965. Pascareformasi, suara PKI tidak bersalah dan tidak terlibat kudeta 1965 makin terbuka di ruang publik, termasuk dari elite politik, intelektual, dan pejabat negara.

Pemikiran dan gerakan ideologi ateisme, agnotisme, dan komunisme terus hidup dan tidak mati. Sejak reformasi, bertumbuh komunitas ateis dan agnostik di negeri ini. Mereka memperoleh ruang kebebasan atas nama hak asasi manusia hasil amendemen UUD 1945 yang sangat liberal.

Menurut Mahfud MD ketika menjabat ketua Mahkamah Konstitusi, ateisme dan komunisme boleh hidup sebagai pilihan hak asasi manusia sejauh tidak mengganggu kebebasan pihak lain (Kompas, 10/7/2012). Hingga Januari 2014, terdapat 961 orang yang mengaku ateis di negeri ini, yang terdaftar dalam Atheist Alliance International.

Pandangan yang mendekonstruksi agama juga lahir dari sebagian intelektual dan aktivis Islam yang pemikirannya cenderung liberal. Kebebasan berpikir seperti ini ikut membuka ruang bagi pikiran-pikiran nihilisme ala ateisme dan agnostisisme pada masa reformasi.

Bila Indonesia ingin maju, tirulah Singapura atau Barat di mana agama terbatas urusan pribadi dan domestik serta tidak masuk ke ranah publik dan negara. Pelajaran agama dan jihad perlu ditinjau ulang.

Doa semua agama perlu dikumandangkan mengikuti paham pluralis aliran sinkretisme, sintesisme, dan relativisme. Angin sekularisme dan liberalisme makin berembus seolah memperoleh ruang leluasa di tengah isu berkepanjangan tentang awas radikalisme Islam.

Pada titik ini terjadi irisan pemikiran dan kepentingan tentang waspada radikalisme-ekstremisme agama (Islam) dengan arus pemikiran liberal-sekuler yang prokebebasan, hak asasi manusia, dan demokrasi yang bergerak dinamis di negeri ini.

Dalam konteks ini, menarik analisis Schmid (2013) yang memandang, baik radikalisme maupun ekstremisme, keduanya memiliki konsep relasional yang menggunakan tolok ukur Barat. Poin referensi standar yang digunakan untuk menilai radikalisme dan ekstremisme adalah nilai-nilai inti Barat, seperti demokrasi, perlindungan minoritas, pluralisme, pemisahan negara dan agama, persamaan di depan hukum, kesetaraan gender, serta kebebasan berpikir dan berekspresi.

Genre Radikalisme

Waspada tentang ancaman radikalisme Islam yang terus digelorakan lebih dari satu dasawarsa boleh jadi membuka ruang leluasa bagi bertumbuhnya pemikiran liberal-sekuler yang membawa aura fobia agama di Indonesia mutakhir. Pihak yang dirugikan tentu umat Islam. Tumbuh imaji kuat bahwa Islam dan umat Islam adalah sumber radikalisme, lebih khusus terorisme.

Menurut Derya (2018), pada konteks global, tidak jarang label radikal itu menyatu dengan kecenderungan Islamofobia, sehingga menyebabkan penaksiran berlebihan terhadap terorisme Islam yang kemudian menempatkan kaum Muslim secara umum di bawah kategori yang terus dicurigai.

Bersamaan dengan itu, hingga batas tertentu memang terdapat arus radikalisme-ekstremisme di sebagian tubuh umat beragama, termasuk umat Islam. Islam dipahami secara ekstrem dan melahirkan orientasi yang keras, intoleran, dan berbuah kekerasan. Islam politik berhaluan ideologi keras juga bertemali dengan arus ini.

Terorisme atas nama agama terjadi sebagaimana ditunjukkan Imam Samudra dan kawan-kawan pada tragedi Bom Bali 2002 maupun peristiwa-peristiwa serupa sesudahnya. Mereka yang menganut teori konspirasi secara apologis mengabaikan fakta sosial tersebut, padahal sejatinya memang nyata.

Di negeri ini, meski mulai ada koreksi oleh sebagian pejabat yang mulai berhati-hati dalam memberi pernyataan tentang radikalisme agar tidak mengarah pada stigma Islam radikal, label Islam radikal itu sudah meluas. Lebih-lebih karena masih ada tokoh agama yang gemar melontarkan tudingan radikal ke tubuh sesama umat. Plus sikap dan pola gerak sebagian kelompok Islam sendiri yang berpaham ekstrem, keras, dan intoleran.

Semoga tidak ada pihak yang melakukan politisasi dan mengkomoditaskan isu-isu panas tersebut sebagai alat tukar kepentingan sesaat. Harapannya, semua pihak mesti berusaha agar masalah dan isu radikalisme dikonstruksi dan dipecahkan secara objektif, adil, dan saksama.

Demi kepentingan bangsa yang lebih besar dan strategis, semestinya kewaspadaan dan kebijakan menghadapi ancaman radikalisme itu harus diletakkan secara objektif, adil, jujur, dan transparan. Objeknya harus ditujukan pada semua paham dan gerakan radikal-ekstrem dari seluruh arus.

Tidak boleh hanya ditujukan pada radikalisme-ekstremisme agama, lebih khusus Islam. Jika pola sepihak ini terus dipertahankan, selain tidak adil dan tidak memecahkan masalah secara tepat sasaran, pada saat yang sama justru akan menyuburkan radikalisme-ekstremisme lain di luar radikalisme agama.

Ketika frasa agama luput dari peta jalan pendidikan, kemudian muncul kontroversi tokoh Islam tidak masuk dalam Kamus Sejarah Indonesia, sementara tokoh lainnya justru dicantumkan tanpa alpa. Adakah fenomena tersebut merupakan suatu kealpaan biasa dan kebetulan semata? Kata Erving Goffman, kehidupan itu seperti dramaturgi, antara latar depan (front stage) dan latar belakang (back stage) mesti dilihat cermat bagaimana pertunjukan yang sesungguhnya. Perlu dibaca dengan saksama ke arah mana angin bertiup!

Paradigma dan konstruksi radikalisme yang bias dan politis harus segera diakhiri jika Indonesia ingin bebas dari segala bentuk radikalisme-ekstremisme yang mengancam keindonesiaan. Perspektif moderat dan strategi moderasi niscaya menjadi pilihan utama.

Jika terdapat ancaman terhadap eksistensi Negara Indonesia dari arus radikalisme-ekstremisme agama maka jangan diberi ruang bertumbuhnya radikalisme-ekstremisme lainnya, seperti ultranasionalisme, komunisme, sekularisme, liberalisme, dan ideologi ekstrem lainnya, yang bertentangan dengan Pancasila.

Pilihan utamanya hanya satu: jadikan Indonesia sebagai negara Pancasila yang moderat dan dikelola dengan moderasi sejalan konstitusi. Indonesia tentu dapat belajar membangun kehidupan berkemajuan dari Barat dan dari belahan dunia mana pun layaknya setiap bangsa belajar mozaik peradaban.

Tetapi, Indonesia tidak dapat dirancang-bangun persis sama dengan model peradaban lain, lebih-lebih yang memiliki sejarah traumatik, yang menihilkan Tuhan dan agama. Paham anti-Tuhan, antiagama, komunisme, liberalisme, dan sekularisme sebagaimana ideologi radikalisme-ekstremisme agama tidaklah sejalan dengan jati diri bangsa Indonesia dan sistem negara Pancasila!

Tulisan ini sebelumnya telah diterbitkan di halaman Republika pada Sabtu (24/4)

Tags: headlineliberalradikalismesekuler
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Vaksinasi Lintas Iman dari Muhammadiyah Terus Berlanjut

Next Post

Distribusi Zakat Fitrah Boleh Dilakukan Sepanjang Tahun

Baca Juga

Haedar Nashir Terima Penghargaan Bintang LVRI, Serukan Komitmen dan Nilai Keindonesiaan bagi Generasi Muda
Berita

Haedar Nashir Terima Penghargaan Bintang LVRI, Serukan Komitmen dan Nilai Keindonesiaan bagi Generasi Muda

10/07/2025
Muhammadiyah Resmi Luncurkan Kalender Hijriah Global Tunggal
Berita

Muhammadiyah Resmi Luncurkan Kalender Hijriah Global Tunggal

25/06/2025
Apa Saja Syarat Validitas Kalender Islam Global?
Berita

Menjawab Kritik terhadap Kalender Hijriah Global Tunggal: Hilal di Bawah Ufuk

19/06/2025
Haedar Nashir Terima Penghargaan Tokoh Perbukuan Islam 2025
Berita

Haedar Nashir Terima Penghargaan Tokoh Perbukuan Islam 2025

18/06/2025
Next Post

Distribusi Zakat Fitrah Boleh Dilakukan Sepanjang Tahun

Jangan Biarkan Puasamu Berakhir Sia-sia

Prinsip-Prinsip Pokok dalam Penyusunan Kalender Islam Global

BERITA POPULER

  • Cerita Sekretaris PWM Jatim Diminta Pemuka Agama Katolik Mendirikan Kampus Muhammadiyah di Papua Tengah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Status Nasab dan Tanggungjawab Anak Hasil Zina Ketika Orang Tua Tidak Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KOKAM dan Polri Sinergi Wujudkan Ketahanan Pangan Nasional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahasiswa UMJ Viral Usai Jadi Ketua RT: Gen Z Siap Pimpin Masyarakat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bolehkah Menikahi Perempuan dalam Kondisi Hamil?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammadiyah Buka Seleksi Beasiswa Al-Azhar Mesir 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tiga Pesan Haedar Nashir untuk KOKAM

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemenhut RI dan Muhammadiyah Sinergikan Riset dan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammadiyah Bakal Mendirikan Universitas di Provinsi Papua Selatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Majelis

  • Tarjih dan Tajdid
  • Tabligh
  • Diktilitbang
  • Dikdasmen dan PNF
  • Pembinaan Kader dan SDI
  • Pembinaan Kesehatan Umum
  • Peminaan Kesejahteraan Sosial
  • Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
  • Pendayagunaan Wakaf
  • Pemberdayaan Masyarakat
  • Hukum dan HAM
  • Lingkungan Hidup
  • Pustaka dan Informasi

Lembaga

  • Pengembangan Pesantren
  • Pengembangan Cabang Ranting
  • Kajian dan Kemitraan Strategis
  • Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
  • Resiliensi Bencana
  • Amil Zakat, Infak dan Sedekah
  • Pengembang UMKM
  • Hikmah dan Kebijakan Publik
  • Seni Budaya
  • Pengembangan Olahraga
  • Hubungan dan Kerjasama Internasional
  • Dakwah Komunitas
  • Pemeriksa Halal dan KHT
  • Pembinaan Haji dan Umrah
  • Bantuan Hukum dan Advokasi Publik

Biro

  • Pengembangan Organisasi
  • Pengelolaan Keuangan
  • Komunikasi dan Pelayanan Umum

Ortom

  • Aisyiyah
  • Pemuda Muhammadiyah
  • Nasyiatul Aisyiyah
  • Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
  • Ikatan Pelajar Muhammadiyah
  • Tapak Suci Putra Muhammadiyah
  • Hizbul Wathon

Wilayah Sumatra

  • Nanggroe Aceh Darussalam
  • Sumatra Utara
  • Sumatra Selatan
  • Sumatra Barat
  • Bengkulu
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Lampung
  • Jambi
  • Bangka Belitung

Wilayah Kalimantan

  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Utara

Wilayah Jawa

  • D.I. Yogyakarta
  • Banten
  • DKI Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur

Wilayah Bali &

Kepulauan Nusa Tenggara

  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur

Wilayah Sulawesi

  • Gorontalo
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Utara
  • Sulawesi Tenggara
  • Sulawesi Selatan

Wilayah Maluku dan Papua

  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua
  • Papua Barat
  • Papua Barat daya

Cabang Istimewa

  • PCIM Kairo Mesir
  • PCIM Iran
  • PCIM Sudan
  • PCIM Belanda
  • PCIM Jerman
  • PCIM United Kingdom
  • PCIM Libya
  • PCIM Malaysia
  • PCIM Prancis
  • PCIM Amerika Serikat
  • PCIM Jepang
  • PCIM Tunisia
  • PCIM Pakistan
  • PCIM Australia
  • PCIM Rusia
  • PCIM Taiwan
  • PCIM Tunisia
  • PCIM TurkI
  • PCIM Korea Selatan
  • PCIM Tiongkok
  • PCIM Arab Saudi
  • PCIM India
  • PCIM Maroko
  • PCIM Yordania
  • PCIM Yaman
  • PCIM Spanyol
  • PCIM Hongaria
  • PCIM Thailand
  • PCIM Kuwait
  • PCIM New Zealand

Kategori

  • Kabar
  • Opini
  • Hukum Islam
  • Khutbah
  • Media
  • Tokoh

Tentang

  • Sejarah
  • Brand Guideline

Layanan

  • Informasi
  • KTAM

Ekosistem

  • Muhammadiyah ID
  • MASA
  • EventMu
  • BukuMu
  • SehatMu
  • KaderMu
  • LabMu

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak
  • Ketentuan Layanan
© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • AR icon bendera arab
  • EN
  • ID bendera indonesia
  • Home
  • Organisasi
    • Anggota Pimpinan Pusat
    • Keputusan Muktamar Ke-48
      • Risalah Islam Berkemajuan
      • Isu – Isu Strategis Keumatan, Kebangsaan dan Kemanusiaan Universal
      • Keputusan Lengkap
    • Majelis
      • Majelis Tarjih dan Tajdid
      • Majelis Tabligh
      • Majelis Diktilitbang
      • Majelis Dikdasmen dan PNF
      • Majelis Pembinaan Kader dan SDI
      • Majelis Pembinaan Kesehatan Umum
      • Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial
      • Majelis Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
      • Majelis Pendayagunaan Wakaf
      • Majelis Pemberdayaan Masyarakat
      • Majelis Hukum dan HAM
      • Majelis Lingkungan Hidup
      • Majelis Pustaka dan Informasi
    • Lembaga
      • Lembaga Pengembangan Pesantren
      • Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid
      • Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis
      • Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
      • Lembaga Resiliensi Bencana
      • Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah
      • Lembaga Pengembang UMKM
      • Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
      • Lembaga Seni Budaya
      • Lembaga Pengembangan Olahraga
      • Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional
      • Lembaga Dakwah Komunitas
      • Lembaga Pemeriksa Halal dan KHT
      • Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah
      • Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Publik
    • Biro
      • Biro Pengembangan Organisasi
      • Biro Pengelolaan Keuangan
      • Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum
    • Profil
      • AD/ ART Muhammadiyah
      • Sejarah Muhammadiyah
      • Lagu Sang Surya
      • Organisasi Otonom
      • Cabang Istimewa/Luar Negeri
    • Ideologi
      • Muqodimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
      • Masalah Lima
      • Kepribadian Muhammadiyah
      • Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
      • Khittah Muhammadiyah
      • Langkah Muhammadiyah
    • Daftar Anggota
  • Opini
    • Budaya Lokal
    • Filantropi & Kesejahteraan Sosial
    • Pemberdayaan Masyarakat
    • Lingkungan & Kebencanaan
    • Masyarakat Adat
    • Milenial
    • Moderasi Islam
    • Resensi
  • Hikmah
  • Hukum Islam
  • Khutbah
    • Khutbah Jumat
    • Khutbah Gerhana
    • Khutbah Nikah
    • Khutbah Idul Adha
    • Khutbah Idul Fitri
  • Tokoh
  • Kabar
    • Internasional
    • Nasional
    • Wilayah
    • Daerah
    • Ortom
  • Galeri
    • Foto
  • Login

© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah - Cahaya Islam Berkemajuan.