Minggu, 6 Juli 2025
  • AR
  • EN
  • IN
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
Home Aqidah

Mukhlis Pribadi Ikhlas

by Redaksi Muhammadiyah
5 tahun ago
in Aqidah, Hukum Islam
Reading Time: 5 mins read
A A
Keikhlasan seseorang tidak dapat diketahui orang lain, sekalipun ada di antara mereka yang telah banyak beramal dan mengatakan melalui lisannya bahwa dirinya betul-betul ikhlas. Sebab, ikhlas merupakan perbuatan hati, sedangkan hati yang paling tahu adalah Allah SWT. Dengan demikian, seseorang yang ingin menjadi mukhlis harus mengawali niatnya untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT.

Kata mukhlis merupakan bentuk isim fail yang terambil dari kata akhlasha– yukhlishu–ikhlaashan–mukhlishun, yang berarti orang yang ikhlas. Kata mukhlis terambil dari kata khalasha yang berarti bersih, jernih, atau murni. Dengan demikian, kata mukhlis dapat kita pahami sebagai orang yang berhati bersih, jernih atau murni (hanya mengharap ridha Allah SWT) dalam melakukan seluruh amalnya.

Orang yang mukhlis selalu menjaga setiap amal perbuatan yang dilakukannya murni untuk mendapatkan ridha-Nya semata, dan tidak tercampur sedikitpun dengan harapan untuk mendapatkan pujian atau balasan dari selain Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

قُلۡ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحۡيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ

Katakanlah: “sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” [QS. al-An’aam: 162].

Setiap mukmin yang ingin menjadi mukhlis harus memiliki modal dasar yang berupa tauhid uluhiyyah yang benar. Modal ini merupakan suatu prioritas, mengingat sendi utama sikap ikhlas adalah bertauhid kepada Allah dengan bersih dan murni. Oleh karena itu, seseorang akan sulit menjadi mukhlis apabila belum memiliki dasar-dasar bertauhid yang benar.

MateriTerkait

Dalil-dalil Disyariatkannya Puasa Tasu‘a dan ‘Asyura

Prinsip Ittihād al-Maṭāli‘ untuk Kalender Hijriah Sesuai Syariat dan Sains

Kapan Pelaksanaan Puasa Tasua dan Asyura?

Uraian di atas tidak hanya menggambarkan bahwa mukhlis harus dijadikan sebagai bagian dari kepribadian seorang mukmin. Tetapi lebih dari itu, mukhlis juga merupakan indikator kekuatan iman seorang mukmin kepada Allah SWT. Lantas, apakah kita sudah menjadi seorang yang mukhlis? Untuk menjawab pertanyaan ini, terdapat beberapa hal yang bisa digunakan sebagai indikator bahwa seseorang telah mukhlis, yaitu:

  1. Tatkala ada orang lain yang memuji atau merendahkan amal perbuatan yang telah atau sedang dilakukan, maka hati kita tidak sedikitpun merasa terganggu. Hal ini disebabkan karena adanya kemantapan hati, bahwa apa yang telah atau sedang kita lakukan sudah sesuai dengan syariat Islam, dan cukup Allah SWT sajalah yang membalas amal perbuatan tersebut;
  2. Kita selalu termotivasi untuk berbuat yang terbaik dan optimal. Motivasi ini didasarkan oleh keinginan untuk meningkatkan kualitas diri, di mana semakin baik prestasi amal yang dilakukan, maka Allah SWT akan membalasnya lebih baik lagi;
  3. Jika amal perbuatan yang kita lakukan terasa berat dan banyak hambatan, maka hanya kepada Allah-lah kita memohon bantuan dan mendekatkan diri. Dengan demikian, kita tidak selalu berkeluh-kesah, apalagi sampai berputus-asa;
  4. Kita selalu terdorong untuk berbuat banyak amal kebajikan. Dorongan ini didasari oleh keyakinan bahwa setiap amal kebaikan yang dilakukan akan dapat melahirkan amal kebaikan yang lainnya. Dengan demikian, indikator pribadi yang mukhlis dalam hal ini adalah tumbuhnya sikap kecanduan untuk selalu beramal kebaikan.

Beberapa indikator tersebut di atas sejatinya dapat diringkas bahwa pribadi yang mukhlis akan senantiasa teguh pendirian dan kuat hatinya karena Allah SWT, selalu memberikan yang terbaik, tidak pernah berkeluh-kesah, dan terdorong untuk banyak berbuat amal kebajikan. Dalam kehidupan sehari-hari, pribadi demikian itu jelas akan membawa dampak yang baik terhadap diri dan lingkungan. Di dalam buku “Kuliah Akhlaq”, Profesor Yunahar Ilyas menguraikan dampak dari pribadi yang mukhlis:

  1. Seseorang tidak akan pernah merasa sombong ketika berhasil. Seorang hamba yang mukhlis sadar betul bahwa keberhasilan yang diperolehnya hanyalah pemberian dari Allah SWT;
  2. Seseorang yang gagal dalam usahanya tidak akan pernah berputus- Hamba yang mukhlis menyadari bahwa kegagalan itu adalah kehendak Allah SWT, yang memiliki hikmah kebaikan bagi dirinya yang belum bisa ia pahami pada saat kegagalan itu terjadi. Selain itu, kegagalan tersebut juga disadari sebagai sebuah ujian bagi dirinya;
  3. Seseorang tidak lupa diri di saat menerima pujian, dan tidak mundur karena Seorang hamba yang mukhlis merasa bahwa pujian yang diharapkan hanyalah dari Allah SWT, dan yang paling ditakutkan adalah mendapatkan kemurkaan dari-Nya;
  4. Seorang hamba yang mukhlis selalu bersemangat dalam beramal.

Begitu besar dampak yang akan diperoleh dan diberikan oleh seorang hamba yang mukhlis. Untuk itu, menjadi penting bagi kita agar selalu dan terus-menerus mengupayakan diri menjadi seorang yang mukhlis. Lantas, apa yang bisa dilakukan agar kita menjadi seorang hamba yang mukhlis? Di bawah ini terdapat dua upaya yang bisa dilakukan untuk mendidik diri kita menjadi seorang hamba yang mukhlis.

  1. Kunci untuk menjadi seorang hamba yang mukhlis terletak pada kata ikhlas. Mengingat, ikhlas adalah penentu di dalam kita berislam. Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Untuk menjadi mukhlis, maka hal mendasar yang perlu diperbaiki adalah keimanan kita kepada Allah SWT.

Seseorang yang lemah imannya kepada Allah bisa dipastikan amat sulit untuk beramal dengan ikhlas. Walaupun melalui lisannya ia berkata ikhlas dalam melakukan amal perbuatan, namun selalu saja muncul rasa keragu-raguan, dan ketidak-tulusan. Bahkan ia sering merasa kecewa terhadap setiap amal perbuatan yang telah dilakukan, tetapi tidak mendapatkan respons yang sesuai harapan.

Keikhlasan seseorang tidak dapat diketahui orang lain, sekalipun ada di antara mereka yang telah banyak beramal dan mengatakan melalui lisannya bahwa dirinya betul-betul ikhlas. Sebab, ikhlas merupakan perbuatan hati, sedangkan hati yang paling tahu adalah Allah SWT. Dengan demikian, seseorang yang ingin menjadi mukhlis harus mengawali niatnya untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT.

Jangan sekali-kali mengeluarkan kata-kata agar didengar orang lain bahwa apa yang kita lakukan adalah ikhlas. Jika masih perlu meyakinkan orang lain bahwa perbuatan tersebut didasarkan keihklasan, maka sebenarnya kita tidak meyakini bahwa cukuplah Allah SWT yang tahu tentang apa maksud dari perbuatan itu. Artinya, kita masih minta perhatian kepada selain Allah. Situasi ini akan lebih menciptakan ketidak-ikhlasan kita dalam beramal.

  1. Mengenal Allah SWT melalui al-asma was-shifat. Hal ini dapat lebih mendorong kita menjadi seorang yang mukhlis. Allah SWT memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang menunjukkan ke-Mahasempurnaan-Nya. Mengenal Allah SWT melalui al-asma was-shifat dengan mengkajinya dari al-Qur’an dan as-Sunnah akan memunculkan rasa takut, kagum, cinta serta memenuhi panggilan-Nya.

Orang yang mengenal Allah SWT dengan baik dapat dipastikan bahwa amal perbuatannya adalah yang terbaik. Ia sadar betul bahwa setiap amal perbuatan yang dilakukannya akan mendapatkan balasan yang tiada bandingannya. Hal inilah yang membedakan harapan seseorang jika amal perbuatannya ditujukan kepada selain Allah. Jika amal tersebut ditujukan untuk mengharap balasan dari manusia, maka hal itu belum tentu dibalas. Bahkan, balasan yang akan diberikan orang lain belum tentu sesuai dengan harapan, dan mungkin juga dapat menyakitkan perasaan.

Oleh sebab itu, marilah kita coba merenung dengan mengingat kembali setiap amal yang telah dilakukan. Bandingkan jika amal tersebut ditujukan untuk mengharap pujian dan balasan manusia dengan mengharap balasan dan ridha Allah SWT. Adakah rasa kecewa yang muncul pada hati kita ketika berharap balasan amal dari manusia? Pernahkah kita kecewa setelah beramal dengan mengharap ridha Allah? Kalau yang berkembang dalam hati adalah rasa puas bila berbuat amal dengan mengharap ridha Allah SWT, dan betapa seringnya kita kecewa terhadap respon orang-orang sekitar terhadap amal perbuatan kita, maka doronglah semangat diri kita, bahwa berbuat amal dengan mengharap ridha Allah SWT adalah yang terbaik bagi kita [ ]

Narasumber Artikel ini: Syahrir

Sumber Artikel : http://tuntunanislam.id

ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Harta Kunci Kebahagiaan

Next Post

Anjuran Berbuat Ihsan

Baca Juga

Milad Lazismu ke-23: Komitmen Menebar Manfaat untuk Kesejahteraan Umat dan Semesta
Berita

Milad Lazismu ke-23: Komitmen Menebar Manfaat untuk Kesejahteraan Umat dan Semesta

05/07/2025
Apakah Akal Manusia Cukup untuk Mengetahui Baik dan Buruk?
Berita

Empat Golongan Manusia dalam Pandangan Rasulullah

05/07/2025
Bergabunglah dalam Konferensi Mufasir Muhammadiyah III
Berita

Bergabunglah dalam Konferensi Mufasir Muhammadiyah III

05/07/2025
Wamen Stella Christie Dorong UM Kendari Kembangkan Riset Unggulan Berbasis Potensi Lokal
Berita

Wamen Stella Christie Dorong UM Kendari Kembangkan Riset Unggulan Berbasis Potensi Lokal

05/07/2025
Next Post

Anjuran Berbuat Ihsan

Berderma Menjaga Marwah

Surga Haji Mabrur

BERITA POPULER

  • Puasa Tasua dan Asyura Jatuh Pada Tanggal 27 dan 28 Juli 2023, Begini Keutamaannya!

    Kapan Pelaksanaan Puasa Tasua dan Asyura?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puasa Asyura dalam Riwayat Hadits Ibnu Abbas dan Aisyah RA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inggris Alami Krisis Layanan Lansia, Muhammadiyah Ambil Peluang Dakwah dan Kontribusi Global

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Amalan-amalan bagi Muslimah pada bulan Muharram

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammadiyah Rencanakan Pembangunan Masjid dan Sekolah di Jepang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dalil-dalil Disyariatkannya Puasa Tasu‘a dan ‘Asyura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alumni Kampus Muhammadiyah Ini Berhasil Diterima Magister di Harvard University

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sama-sama Menggunakan Hisab dan Berlaku Global: KHGT dan Kalender Ummul Qura Arab Saudi Tetapkan 1 Muharram 1447 H pada 26 Juni 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Asal Usul Puasa Tasua dan Asyura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Majelis

  • Tarjih dan Tajdid
  • Tabligh
  • Diktilitbang
  • Dikdasmen dan PNF
  • Pembinaan Kader dan SDI
  • Pembinaan Kesehatan Umum
  • Peminaan Kesejahteraan Sosial
  • Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
  • Pendayagunaan Wakaf
  • Pemberdayaan Masyarakat
  • Hukum dan HAM
  • Lingkungan Hidup
  • Pustaka dan Informasi

Lembaga

  • Pengembangan Pesantren
  • Pengembangan Cabang Ranting
  • Kajian dan Kemitraan Strategis
  • Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
  • Resiliensi Bencana
  • Amil Zakat, Infak dan Sedekah
  • Pengembang UMKM
  • Hikmah dan Kebijakan Publik
  • Seni Budaya
  • Pengembangan Olahraga
  • Hubungan dan Kerjasama Internasional
  • Dakwah Komunitas
  • Pemeriksa Halal dan KHT
  • Pembinaan Haji dan Umrah
  • Bantuan Hukum dan Advokasi Publik

Biro

  • Pengembangan Organisasi
  • Pengelolaan Keuangan
  • Komunikasi dan Pelayanan Umum

Ortom

  • Aisyiyah
  • Pemuda Muhammadiyah
  • Nasyiatul Aisyiyah
  • Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
  • Ikatan Pelajar Muhammadiyah
  • Tapak Suci Putra Muhammadiyah
  • Hizbul Wathon

Wilayah Sumatra

  • Nanggroe Aceh Darussalam
  • Sumatra Utara
  • Sumatra Selatan
  • Sumatra Barat
  • Bengkulu
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Lampung
  • Jambi
  • Bangka Belitung

Wilayah Kalimantan

  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Utara

Wilayah Jawa

  • D.I. Yogyakarta
  • Banten
  • DKI Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur

Wilayah Bali &

Kepulauan Nusa Tenggara

  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur

Wilayah Sulawesi

  • Gorontalo
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Utara
  • Sulawesi Tenggara
  • Sulawesi Selatan

Wilayah Maluku dan Papua

  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua
  • Papua Barat
  • Papua Barat daya

Cabang Istimewa

  • PCIM Kairo Mesir
  • PCIM Iran
  • PCIM Sudan
  • PCIM Belanda
  • PCIM Jerman
  • PCIM United Kingdom
  • PCIM Libya
  • PCIM Malaysia
  • PCIM Prancis
  • PCIM Amerika Serikat
  • PCIM Jepang
  • PCIM Tunisia
  • PCIM Pakistan
  • PCIM Australia
  • PCIM Rusia
  • PCIM Taiwan
  • PCIM Tunisia
  • PCIM TurkI
  • PCIM Korea Selatan
  • PCIM Tiongkok
  • PCIM Arab Saudi
  • PCIM India
  • PCIM Maroko
  • PCIM Yordania
  • PCIM Yaman
  • PCIM Spanyol
  • PCIM Hongaria
  • PCIM Thailand
  • PCIM Kuwait
  • PCIM New Zealand

Kategori

  • Kabar
  • Opini
  • Hukum Islam
  • Khutbah
  • Media
  • Tokoh

Tentang

  • Sejarah
  • Brand Guideline

Layanan

  • Informasi
  • KTAM

Ekosistem

  • Muhammadiyah ID
  • MASA
  • EventMu
  • BukuMu
  • SehatMu
  • KaderMu
  • LabMu

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak
  • Ketentuan Layanan
© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah
Login with M-ID

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • AR icon bendera arab
  • EN
  • ID bendera indonesia
  • Home
  • Organisasi
    • Anggota Pimpinan Pusat
    • Keputusan Muktamar Ke-48
      • Risalah Islam Berkemajuan
      • Isu – Isu Strategis Keumatan, Kebangsaan dan Kemanusiaan Universal
      • Keputusan Lengkap
    • Majelis
      • Majelis Tarjih dan Tajdid
      • Majelis Tabligh
      • Majelis Diktilitbang
      • Majelis Dikdasmen dan PNF
      • Majelis Pembinaan Kader dan SDI
      • Majelis Pembinaan Kesehatan Umum
      • Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial
      • Majelis Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
      • Majelis Pendayagunaan Wakaf
      • Majelis Pemberdayaan Masyarakat
      • Majelis Hukum dan HAM
      • Majelis Lingkungan Hidup
      • Majelis Pustaka dan Informasi
    • Lembaga
      • Lembaga Pengembangan Pesantren
      • Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid
      • Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis
      • Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
      • Lembaga Resiliensi Bencana
      • Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah
      • Lembaga Pengembang UMKM
      • Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
      • Lembaga Seni Budaya
      • Lembaga Pengembangan Olahraga
      • Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional
      • Lembaga Dakwah Komunitas
      • Lembaga Pemeriksa Halal dan KHT
      • Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah
      • Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Publik
    • Biro
      • Biro Pengembangan Organisasi
      • Biro Pengelolaan Keuangan
      • Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum
    • Profil
      • AD/ ART Muhammadiyah
      • Sejarah Muhammadiyah
      • Lagu Sang Surya
      • Organisasi Otonom
      • Cabang Istimewa/Luar Negeri
    • Ideologi
      • Muqodimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
      • Masalah Lima
      • Kepribadian Muhammadiyah
      • Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
      • Khittah Muhammadiyah
      • Langkah Muhammadiyah
    • Daftar Anggota
  • Opini
    • Budaya Lokal
    • Filantropi & Kesejahteraan Sosial
    • Pemberdayaan Masyarakat
    • Lingkungan & Kebencanaan
    • Masyarakat Adat
    • Milenial
    • Moderasi Islam
    • Resensi
  • Hikmah
  • Hukum Islam
  • Khutbah
    • Khutbah Jumat
    • Khutbah Gerhana
    • Khutbah Nikah
    • Khutbah Idul Adha
    • Khutbah Idul Fitri
  • Tokoh
  • Kabar
    • Internasional
    • Nasional
    • Wilayah
    • Daerah
    • Ortom
  • Galeri
    • Foto
  • Login

© 2024 Persyarikatan Muhammadiyah - Cahaya Islam Berkemajuan.