MUHAMMADIYAH.OR.ID, NUSA DUA — Mewakili Persyarikatan Muhammadiyah dalam Forum Religion of Twenty (R20) di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali, Kamis (3/11), mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Imam Addaruqutni menegaskan bahwa Muhammadiyah mempromosikan nilai-nilai Islam yang berkemajuan, toleran, inklusif dan rahmatan lil alamin melalui Amal Usaha, salah satunya bidang pendidikan.
Imam lalu mengisahkan dedikasi Muhammadiyah dalam membangun negeri lewat penyediaan akses pendidikan yang terbuka untuk siapa saja tanpa diskriminasi.
“Kami telah menjalankan dedikasi dalam visi dan misi kami hingga sekarang ada lebih dari 200 universitas (Muhammadiyah) di seluruh Indonesia, mengakomodasi 1.000-an siswa nonmuslim untuk mengejar pendidikan mereka,” kata Imam.
Dia pun juga mengisahkan sebaran universitas Muhammadiyah yang juga menjangkau kawasan Indonesia tengah dan timur, termasuk wilayah-wilayah yang secara demografis bukan didominasi oleh umat muslim. Karena sifat inklusif itu, kata Imam ketika kerusuhan 1998 terjadi, kampus-kampus Muhammadiyah di Papua justru dijaga dan dilindungi oleh saudara-saudari Kristen.
“Termasuk, di Nusa Tenggara, kampus-kampus Muhammadiyah dijuluki sebagai ‘Universitas Kristen Muhammadiyah’,” ujarnya disambung gelak tawa partisipan.
Karena itu, Imam menyayangkan jika ada anggapan yang menuduh bahwa Muhammadiyah beraliran fundamentalis atau radikal. Menurutnya, Muhammadiyah tak pernah sekalipun terbersit untuk mengubah sistem negara.
Bahkan Muhammadiyah menegaskan komitmen nasionalisme lewat dokumen resmi Negara Pancasila Darul Ahdi wa Syahadah.
“Muhammadiyah menyatakan itu salah paham karena di Indonesia kita tidak pernah, selama 100 tahunan Muhammadiyah berdedikasi dalam visi dan misinya tidak pernah berpikir menerima agenda yang mengganti sistem negara kita,” tutur Imam.
“Kita perlu perbaiki kesalahpahaman, Muhammadiyah sebagai pendiri negara ini tidak pernah ingin mengubah landasan negara,” tegasnya.Imam tampil hari ini bersama sejumlah tokoh agama dari negara lain, seperti Rabbi Silvina Chemen, Elder Gary E. Stevenson, Bishop Matthew Hassan Kukah, Ulil Abshar Abdallah dan Prof. Ahmet Kuru.R20 digelar Nahdlatul Ulama (NU) bersama Liga Muslim Dunia atau Muslim World League (MWL) di Nusa Dua, Bali, pada 2-3 November 2022 sebagai bagian dari ajang G20. Forum ini digelar untuk membahas bagaimana konflik berbasis agama harus berakhir dan bagaimana agama bisa menjadi solusi bagi krisis global. NU mengklaim ada 338 partisipan yang terkonfirmasi hadir pada perhelatan R20, yang berasal dari 32 negara. Sebanyak 124 berasal dari luar negeri. Forum tersebut juga akan menghadirkan 45 pembicara dari lima benua. (afn)