MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Emergency Medical Tem (EMT) Muhammadiyah yang berjumlah lima personil telah kembali ke Indonesia usai menjalankan tugas kemanusiaan di Pakistan selama tiga pekan sebagai utusan Republik Indonesia bersama BNPB, TNI, Polri, Kementerian Kesehatan dan Universitas Andalas.
EMT Muhammadiyah menjadi satu-satunya utusan yang berasal dari organisasi nonpemerintah dalam misi ini. Dalam siaran pers yang diterima redaksi muhammadiyah.or.id, Jumat (4/11). Tim yang terdiri dari dr. Eva Delsi selaku koordinator, dr. Aslinar (spesialis anak), perawat Purwani, Siti Suryani dan Titik Ambarsari mendarat di Indonesia, Rabu (2/11/2022).
Dokter Eva Delsi mengatakan tidak ada banyak kendala berarti dalam menjalankan tugas di Pakistan. Para personil medis yang sudah malang melintang di berbagai respon kebencanaan baik dalam negeri maupun luar negeri itu sukses menjalankan misi kemanusiaan berupa layanan kesehatan bagi warga Pakistan terdampak banjir besar di negara tersebut.
“Satu-satunya kendala adalah masalah bahasa karena tempat kami bertugas ini di Propinsi Sind yang warganya berbicara dengan bahasa Sind,” katanya.
Namun kendala tersebut, menurut Eva bisa teratasi berkat koordinasi yang bagus antara berbagai pihak yaitu Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Pakistan, KJRI Karachi dan para pelajar Indonesia di Karachi yang terus mendampingi tim.
“Alhamdulillah juga dibantu, difasilitasi dari dinas kesehatan setempat dan army (personil angkatan darat Pakistan) yang ikut terus mendampingi, menjaga kami kemana-mana saat bertugas,” imbuh Eva.
Pengiriman EMT Muhammadiyah ke Pakistan ini merupakan bagian dari kiprah kemanusiaan Muhammadiyah di kancah internasional. Menurut Rahmawati Husein, Wakil Ketua MDMC PP Muhammadiyah, mengungkapkan catatan perjalanan kiprah Muhammadiyah untuk kemanusiaan internasional, Jum’at (28/10) lalu.
“Jadi Muhammadiyah banyak terlibat di berbagai bidang salah satunya adalah dalam misi perdamaian. Pada awal konflik bangsa Moro, Doktor Sudibyo Markus aktif dalam membantu membuat perjanjian perdamaian. Juga di Thailand,” katanya.
Sementara bantuan kemanusiaan yang bersifat lebih terhadap respon bencana maupun konflik menurut Rahmawati Husein itu dilakukan semenjak adanya Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), sebelum itu lebih banyak di dalam proses perdamaiannya.
Untuk bantuan kemanusiaan secara terstruktur dilakukan pada saat membantu Filipina, topan Haiyan. “Di Filipina kita secara mandiri memberikan layanan kesehatan yang dipimpin dokter corona, hampir 1 bulan itu di sana,” imbuh Rahmawati Husein.
Menurutnya, misi kemanusiaan Muhammadiyah selanjutnya adalah di Nepal, Myanmar dan Bangladesh. Di Nepal tim kemanusiaan Muhammadiyah bergabung bersama dengan tim dari pemerintah Indonesia.
Sedangkan di Myanmar dan Bangladesh Muhammadiyah tergabung dalam aliansi kemanusiaan bersama beberapa lembaga kemanusiaan dari Indonesia lainnya.
Untuk misi kemanusiaan ke Pakistan ini, menurut Rahmawati Husein, Muhammadiyah ditunjuk sebagai satu-satunya ormas dari Indonesia yang tergabung dalam tim karena punya EMT yang sudah masuk klasifikasi standar internasional dari WHO.