MUHAMMADIYAH.OR.ID, MEDAN—Guru Besar UIN Sumatera Utara (Sumut), Prof. Syahrin Harahap sebut Muhammadiyah sebagai organisasi Islam penjaga garda terdepan Republik Indonesia dari sekularisme.
Dalam paparannya, Prof. Syahrin menyebut bahwa banyak negara yang awalnya menganut berdasar agama, namun karena intervensi Barat, mereka berubah menjadi sekuler. Ia menyebut Turki menjadi salah satunya, dan Mesir menjadi di sisi lain yang masih kukuh menjadikan agama sebagai dasar negaranya.
Sementara itu dalam konteks keindonesiaan, di tengah serbuan paham atau ideologi sekuler, Prof. Syahrin menyebut serbuan itu dihalau oleh Muhammadiyah. Bahkan dia menyebut Muhammadiyah berada di garda terdepan menjaga republik ini.
“Dalam konteks Indonesia, Muhammadiyah adalah ormas Islam yang menjadi garda terdepan menjaga republik ini tidak menjadi sepenuhnya sekuler,” ucapnya pada (22/7) di acara Seminar Nasional Lembaga Hukum dan Kajian Publik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (LHKP PWM) Sumut.
Melihat peta pemikiran di Indonesia, menurutnya Muhammadiyah bisa memainkan peran sebagai pemasok pemikiran dan gagasan melalui kajian serius, mendalam dan regular tentang demokrasi dan kemajuan Indonesia.
“Muhammadiyah tidak boleh berhenti memasok pemikiran-pemikiran politik positif dan konstruktif terhadap bangsa ini,” harapnya.
Sementara itu, menyongsong tahun politik 2024 Muhammadiyah diminta untuk melakukan pendidikan nasionalis religious kepada generasi muda. Hal itu diharapkan supaya perpolitikan 2024 mendatang maslahat dan menjadikan perpolitikan Indonesia yang bermartabat.
Muhammadiyah juga bisa menempatkan diri sebagai ‘penjaga’ laku politik bangsan, dan menginggatkan bisa tidak sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan. “Cara demikian merupakan bagian dari pengamalan ajaran Islam sehingga sama cepatnya membawa penekunnya ke dalam surga,” jelas Prof Syahrin.
Guru Besar UIN Sumut ini yakin Muhammadiyah bisa memainkan peran-peran tersebut, sebab Muhammadiyah memiliki gaya politik yang khas, yaitu hikmatul siyasah atau high politic.
