MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Memasuki era digital sekarang ini membawa tantangan dakwah tersendiri bagi Muhammadiyah. Terlebih, Muhammadiyah memiliki objek dakwah dari berbagai generasi. Maka, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi tantangan tersebut.
Jika dilihat dari pengguna perangkat digital sekarang tentunya lebih didominasi oleh generasi milenial juga generasi pasca milenial meliputi Gen Z dan Alpha. Maka, sekarang ini perlu memikirkan untuk membuat konten media sosial yang beragam untuk masuk ke berbagai generasi karena tentunya mereka tiap generasi itu memiliki model atau minat pada konten dan ruang media yang berbeda.
“Bisa dikatakan mereka yang sadar bahwa perubahan zamannya sudah ada kemudian mereka yang membuat konten, membuat platform (media yang untuk menyebarkan konten), dan mereka yang juga paham perubahan cara hidup di media sosial. Mereka memanfaatkan itu untuk berkarya bahkan menghasilkan profesi baru,” jelas Arif Nur Kholis, Manajer Pusat Syiar Dakwah Digital (PSDM) PP Muhammadiyah, Ahad (7/2).
Pada kontek Muhammadiyah yang menjadi representasi gerakan dakwah Islam maka kontennya secara normatif harus bernuansa Islam, sementara itu di Muhammadiyah narasumber untuk ini masih didominasi generasi X sedangkan generasi millennialnya menjadi pembuat kontennya. Menurut Arif, hal inilah yang masih perlu dikuatkan lebih tinggi lagi.
Generasi milenial Muhammadiyah saat direpresentasikan melalui Nasyiatul Aisyiyah dan Pemuda Muhammadiyah. Sudah beberapa dari anak-anak muda Muhammadiyah mengupayakan membuat konten seperti podcast, kajian, dan lainnya bahkan ada yang sampai sudah di monetisasi.
Namun, kata Arif, yang perlu terus dikembangkan adalah menjembatani antara sumber yakni generasi X dengan para milenial yang membuat kontennya.
“Sederhananya kalau di Muhammadiyah narasumbernya bapak-bapak yang mau direkam kemudian yang bikin teman-teman di web, di piyungan atau lainnya mereka membuat platformnya atau youtubenya untuk kontennya. Ketika dikirim ke milenial dan pasca milenial yang dalam Muhammadiyah pasca milenial itu berarti anak IPM dan IMM katakanlah itu tidak mudah sesuainya,” jelas Arif, dalam program Lensamu Podcast.
Sesuai dengan Objek Dakwah
Akan lebih bagus kedepan, menurutnya jika lebih banyak mendengarkan kawan-kawan milenial dan pasca milenial itu maunya apa kemudian nanti kawan-kawan konten kreator itu yang mengakomodasi kemudian narasumbernya bisa disesuaikan. Faktanya, sekarang media sosial banyak didominasi gen Y (milenial) dan Gen Z.
“Yang menarik, ketika masuk ke dalam dunia digital berbeda dengan masuk ke dunia sebelumnya. Dunia sebelumnya itu pendengar tidak punya jejak digital. Kalau sekarang facebook sekarang jejak digitalnya jelas. Dulu mungkin TV kita nggak tau di tonton atau tidak, sekarang fakta begitu ketika upload di media sosial jejak mereka dilihat,” terangnya.
Arif mengimbau konten-konten kreator di Muhammadiyah secara umum lebih banyak mendengarkan, membaca, mengamati konten apa saja yang lebih diminati oleh objek dakwah tadi yang kemudian coba difasilitasi oleh teman-teman konten kreator narasumbernya disesuaikan.
Hal ini penting dilakukan karena sudah adanya perubahan kultur dan paradigma dari membangun suatu konten. Artinya Persyarikatan butuh strategi besar juga membangun sistem bagaimana perubahan abad baru ini bisa dinikmati lebih nyaman.