MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Pandemi Covid-19 yang masih melanda tanah air saat ini telah membuat banyak dampak sektoral termasuk ketersediaan pangan kebutuhan rumah tangga. Lebih-lebih dengan adanya pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) sebagai langkah efektif memutus rantai penyebaran Covid-19 membuat sejumlah masyarakat kesulitan mengakses kebutuhan pangan.
Permasalahan ini membuat Muhammadiyah lewat Progam Gerakan Ketahanan Pangan (Getapak) mencoba menghadirkan Minisayur yaitu produksi ikan dan sayuran di halaman rumah. Progam ini ditujukan kepada para fasilitator Getapak yang ada di wilayah dan daerah yang konsen dalam gerakan ketahanan pangan selama pandemi Covid-19.
Suadi, Pengurus MPM PP Muhammadiyah sebagai pemateri dalam fasilitator tersebut mengatakan, pemanfaatan lahan pekarangan yang sedang menjadi konsen MPM saat ini untuk mendukung ketersidaan pangan rumahan adalah metode Minasayur dengan Budikdamber dan Mikrohidroponik.
Budikdamber (budidaya ikan dalam ember) adalah cara membudidayakan ikan dan sayuran dalam satu ember yang merupakan sistem akuaponik (polkultur ikan dan sayuran). Budidaya ini dinilai lebih efisien dibanding metode akuaponik yang selama ini membutuhkan listrik, lahan yang luas, biaya mahal serta rumit.
“Tetapi Budikdamber ini kebalikan dari cara yang akuaponik yang rumit. Karena target dari Budikdamber ini bisa menjadi sistem budidaya ikan dan sayur untuk keperluan koonsumsi rumah tangga,” papar Suadi dalam Pelatihan Fasilitator Getapak, pada Ahad (17/1).
Teknik ini dinilai sederhana karena Budikdamber hanya mempersiapkan media budidayanya yaitu berupa ember yang diisi air. Tetapi dalam proses pengisian air sebelum ditabur benih ikan air perlu diendapkan terlebih dahulu minimal 3 hari.
Setelah air dipastikan kandungan kaporitnya mengendap mulailah penebaran benih ikan lele selanjutnya menyiapkan media tanam diatas embernya dengan melingkar. Adapapun tanaman yang cocok dalam Budikdamber ini biasanya berupa kangkung.
“Dalam proses penebaran benih, hal yang perlu perlu diperhatikan adalah menghitung jumlah benih ikan dan menimbag sebelum ditebar. Ini dilakukan supaya bisa mengukur soal pakan yang dipakai dengan kalkulasi hasil panennya,” kata Suadi dalam paparan tambahannya.
Tahap selanjutanya adalah pemindahkan hasil semai pada masing-masing netpot kangkung dan setelah itu barulah tahap pemeliharaan dengan memberi pakai pagi dan sore hari. Serta mengganti air apabila sudah ada tanda-tanda warna terlihat dan bau.
Dari pengalaman yang sudah dilakukan Pengurus MPM PP Muhammadiyah tersebut, proses pemeliharaan memakan waktu sekitar 10 pekan sudah siap untuk dipanen dengan hasil panen lele ukuran 150-200 gram. Sementara sayuran 3 minggu sudah bisa memanannnya beberapa kali, khusunya kangkung. (Andi)
Hits: 2