MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Di usia yang ke-58 tahun pada 31 Juli 2021, perguruan silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah telah tersebar di lebih dari 14 negara dunia. Meskipun telah berdiaspora, Tapak Suci diharapkan terus menanamkan kesadaran kosmopolitanisme.
Sebagai perguruan beladiri milik Muhammadiyah, kesadaran kosmopolitanisme yang dimaksud itu lebih-lebih adalah semangat dan kepercayaan diri untuk terlibat membawa kemajuan dunia sebagaimana telah ditunjukkan oleh peradaban Islam.
“Sejarah peradaban Islam juga menunjukkan bahwa Islam itu melintas batas emmbangun peradaban maju di bidang ilmu pengetahuan, cara hidup dan relasi antar bangsa antar negara yang terus bersifat membuana,” pesan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, Sabtu (31/7).
Kesadaran kosmopolitan menurut Haedar sebenarnya adalah ajaran Islam sebagaimana terangkum dalam konteks ayat ke-13 Surat Al Hujurat yang menuliskan tentang tujuan Allah menciptakan berbagai bangsa manusia.
“Bahwa keberbangsaan, perbedaan negara, perbedaan suku bangsa ras dan golongan semuanya untuk saling mengenal, saling berinteraksi dan saling bekerjasama membangun peradaban yang luhur dan utama. Maka dalam keadaan dan orientasi seperti ini kader dan pimpinan Tapak Suci harus terus belajar, belajar dan belajar. Membaca, membaca, membaca dan membaca. Memperluas cakrawala berpikir karena tidak mungkin kita bisa mengglobal kalau pemikirian kita terbatas, kalau pemikiran kita lokal, kalau pemikiran kita dangkal,” pesan Haedar.
“Kita harus berwawasan luas, berwawasan kosmopolit yang bersifat kemanusiaan semesta bahkan Islam mengajarkan kita dan risalah utamanya adalah wa ma arsalnaka ila rahmatan lil alamin. Risalah Islam itu tidak lain untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Hadirkan peran global itu untuk menebar serbak kebaikan yang melintasi bagi kehidupan bangsa-bangsa seluruhnya,” jelasnya.
“Maka kader pimpinan Tapak Suci dan warga Muhammadiyah tidak lagi terjebak pada sikap anti terhadap bangsa dan negara lain, juga anti terhadap golongan lain, tapi kita terus membangun li ta’arafu dengan berdasar pada prinsip-prinsip kehidupan kita di mana nilai-nilai agama ada yang harus kita pertahankan dalam dimensi akidah, ibadah dan iman takwa. Tetap perluas pergaulan yang bersifat muamalah melintas batas dan negara,” tutupnya.