MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA— Sejak pandemi Covid-19 melanda, dunia pendidikan terpaksa memindahkan proses belajar mengajar dari sekolah ke rumah, tak terkecuali Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM). Tak terasa, sudah lebih dari setengah tahun kegiatan belajar dari rumah dilaksanakan.
Wakil Mudir PUTM Mohamad Muhajir mengatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dari pembelajaran daring ini. Pola daring yang menggabungkan antara teknologi elektronik dan teknologi berbasis internet ini, berdampak pada kurang kondusifnya proses belajar-mengajar. Majemuknya tempat tinggal thalabah PUTM juga menjadi kausa dari kendala pembelajaran ini.
“Kendala jaringan sinyal internet karena thalabah PUTM sangat majemuk asal daerahnya, terutama yang dari pelosok. Belum lagi perangkat laptop atau handphone yang panas ketika pembelajaran via zoom dengan melihat besaran SKS yang ada,” keluh Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah ini kepada tim redaksi Muhammadiyah.or.id pada Selasa (05/10).
Sementara itu, respon mayoritas thalabah PUTM dengan pembelajaran daring ini, lanjut Muhajir, umumnya kurang apresiatif, lebih-lebih bagi mereka yang tinggal di kawasan Waktu Indonesia Timur (WIT). Semua thalabah juga berharap bisa hadir di PUTM, sehingga merasakan afmoster secara langsung bagaimana hidup di lingkungan asrama, pendidikan ibadah, akhlak, bermu’amalah, dan muraja’ah.
Setelah hampir satu setengah tahun berkutat dengan pandemi, saat ini PUTM mulai sibuk berdeliberasi soal modus pembelajaran, luring ataukah daring. Segenap pengurus di PUTM seperti satu suara bahwa pembelajaran sebaiknya dilaksanakan luring demi efektivitas proses belajar-mengajar. Tentu saja itu disertai catatan pertimbangan protokol kesehatan, vaksinasi, dan berkonsultasi secara intensif dengan MCCC.
“Untuk kalender tahun akademik saat ini, PUTM sedikit demi sedikit sudah mulai melakukan pembelajaran luring, di antaranya memanggil dan mendatangkan thalabah semester 7 untuk persiapan penyusunan tugas akhir seperti risalah dan skripsi. Ini hasil evaluasi dari tahun kemarin,” kata dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Ke depan, PUTM akan menerapkan sistem pembelajaran berbasis hybrid. Semua kegiatan kampus, seperti belajar-mengajar dilakukan secara kombinasi fisik dengan teknologi. Muhajir menggambarkan bahwa thalabah PUTM hadir di kelas sebagaimana pembelajaran konvensional, sementara dosen yang mengajar akan memanfaatkan teknologi internet.
“Masukan PUTM untuk PP Muhammadiyah adalah soal infrastruktur. Kami sungguh sangat membutuhkan sekali sarana gedung ini yang representatif demi kenyamanan pembelajaran yang ideal. Keterbatasan kelas ini diharapkan segera ada solusinya agar semuanya berjalan dengan baik,” saran sekaligus tutup Muhajir.