MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Di tengah terpaan era disrupsi yang penuh dengan kejutan dan ketidakpastian, keluarga memiliki peran pokok dalam mendidik generasi muda agar memiliki religiusitas atau kematangan beragama berdasarkan prinsip-prinsip pokok ajaran Islam.
“Keluarga harus (menciptakan lingkungan ideal) membantu anak untuk bisa berhijrah keyakinan, hijrah pemikiran, hijrah perasaan, hingga hijrah sulukiyah atau perilaku,” kata Khoiruddin Bashori, Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Pondok Pesantren Muhammadiyah (LP3M) PP Muhammadiyah.
Dalam Pengajian Ramadan 1443 H, Kamis (7/4) dirinya mengutip ayat 129 Surat Al-Baqarah tentang kualifikasi Rasul. Ayat ini menurut Khoiruddin menyimpan lima kata kunci sebagai sarana untuk mengembangkan religiusitas di dalam keluarga.
Unsur pertama adalah tilawah, yakni kebiasaan membaca Alquran beserta berbagai macam buku-buku lain. Kedua adalah ta’lim, yakni mengajari anak dengan cara yang inspiratif. Ketiga adalah kitabah, yakni pembiasaan tradisi menuliskan gagasan dari pikiran yang muncul pada proses sebelumnya.
Keempat adalah hikmah, yaitu mengambil pelajaran terbaik dari realitas yang ada. Kelima adalah tazkiyah atau upaya membersihkan hati. Jika lima hal ini dilakukan, Khoiruddin percaya akan lahir generasi penerus yang kokoh menghadapi disrupsi selaras dengan Surat Al-Anbiya ayat 105.
“Anak-anak seperti ini akan jadi petarung sejati yang siap menghadapi segala sesuatu, baik dan buruk dengan keridhaan,” tuturnya mengutip makna Radhiyatan Mardhiyah dalam Surat Al-Fajr ayat 28. Lebih lanjut, mereka juga berani karena istiqamah dalam kebenaran sehingga muncul sifat seperti dalam Surat Fussilat ayat 30.
Karena pranata keluarga telah terbentuk ideal, maka selanjutnya adalah anak-anak itu tumbuh sebagai anak yang religius namun produktif dan peduli sehingga mendukung dirinya memaknai kehadirannya di bumi sebagai seorang khalifah.
“Karena itu maka kalau kita mengaku sebagai khalifah kok tidak punya kreasi apapun, itu berarti menyalahi tugasnya sebagai khalifah,” kata Khoiruddin. Anak-anak ini bahkan bisa memiliki tiga sifat Rasulullah sebagaimana tersirat dalam hadis Muslim no.4226, yakni baik hati, berani, dan dermawan.
Jika semua unsur itu sudah terpenuhi, maka tidak mustahil dari sebuah keluarga itu akan lahir generasi dengan sifat Qawwamina sebagaimana dalam Surat Al-Maidah ayat ke-8. Khoiruddin lalu mengutip penafsiran Buya Hamka terhadap makna dari kata Qawwamina ini.
“Qawwamina menurutnya berkepala tegak, memiliki harga diri penuh, berjiwa besar karena hati bertauhid, tidak tampak merundukkan diri selain kepada Allah semata. Pribadi demikian selalu bersifat lemah lembut tapi teguh dalam memegang prinsip-prinsip kebenaran. Tidak terombang-ambing oleh hembusan angin peradaban dan tidak terhuyung ketika ditempa musibah dan tidak pongah ketika mendapat keuntungan,” ringkasnya. (afn)