MUHAMMADIYAH.OR.ID, LAMONGAN– Wakil Driektur Medis RS Muhammadiyah Lamongan (RSML), dr Anas Mahfud menegaskan, bahwa tuduhan setiap pasien yang datang berobat ke rumah sakit, terlebih rumah sakit Muhammadiyah akan dicovidkan itu merupakan tuduhan yang tidak berdasar.
Menurutnya, kegaduhan ini muncul akibat misinformasi yang terus bergulir di masyarakat. Menyampaikan data jenis-jenis penyakit pasien yang terdiagnosis saat berobat melalui pintu IGD RSML, pada tahun 2020 penyakit pneumonia unspecified atau radang paru-paru yang besar kemungkinan disebabkan oleh virus masuk 10 besar kasus penyakit pasien dan langsung menempati peringkat pertama.
Padahal di tahun 2019 jenis kasus penyakit ini tidak masuk 10 besar. Di tahun 2019 peringkat pertama kasus penyakit yang diidap pasien adalah diabetes mellitus (DM), selanjutnya Observasi febris, nausea-vomiting, kecelakaan, stroke, anemia, periksa kehamilan resiko tinggi, dyspepsia, hipertensi, dan di peringkat 10 adalah cidera kepala.
“Jadi yang dulu berpuluh tahun tidak ada pneumonia di sepuluh besar, di tahun 2020 di rangking satu. Peneumoni masuk sepuluh besar dan penyebabnya adalah virus,” ucap dr Anas.
Saat dikonfirmasi reporter muhammadiyah.or.id pada (4/7), dr Anas menjelaskan, setelah melalui rangkaian deteksi medis, virus penyebab pneumonia yang banyak diidap pasien itu mengarah kepada SARS-CoV-2 atau covid-19. Berkaca dari data tersebut, dr Anas menyebut bahwa lonjakan kasus covid-19 ini bukan gelombang 2 atau 3, tapi gelombang 1 yang belum selesai.
Hal itu diperkuat dengan data pada semester awal tahun 2021, di mana pneumonia unspecified masih menduduki peringkat pertama di 10 besar penyakit pasien yang berobat melalui pintu IGD RSML dengan total 1252 kasus. Ia mempediksi, 6 bulan kedepan kasus masih akan banyak, sehingga rumah sakit memiliki tanggung jawab moril untuk menyiapkan bed perawatan yang cukup untuk menampung.
“Problem besar utama sekarang adalah banyak penderita tidak kebagian bed perawatan. Banyak sekali kasus isoman yang kita terima di sini keburu jelek,” imbuhnya.
Terkait dengan varian baru virus covid-19, menurut dokter spesialis anastesi ini, bahwa yang perlu dikhawatirkan adalah kekuatan transmisinya atau kecepatan penularan. Selain itu, yang dikhawatirkan juga terkait dengan sarana-prasarana rumah sakit yang belum tentu bisa mendeteksi jenis varian baru tersebut.
“Intinya itu saya pikir semua rumah sakit, semua dokter itu secara kepintaran tidak mau menulis sesuatu yang salah. Bahkan diagnosis kepada seorang penjahat pun inginnya menulis yang benar. Termasuk dengan insiden covid ini,” ucap dr Anas.