MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Situasi pandemi dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia. Hal ini juga dirasakan Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI). Melihat kebutuhan yang meningkat, KPCDI Cabang Bogor, Bekasi, dan Depok tergerak untuk mengajukan permohonan bantuan kerja sama dengan Lazismu berupa modal usaha pada Selasa (22/9) di Kantor Lazismu PP Muhammadiyah, Jakarta.
Manajer Program Pilar Kesehatan Lazismu PP Muhammadiyah, Falhan Nian Akbar menjelaskan bahwa ada 18 orang yang akan mendapatkan bantuan dari Lazismu. “Program yang telah diajukan untuk 18 orang berupa bantuan ekonomi,” jelasnya.
Falhan juga menambahkan bahwa tidak hanya membantu dari sisi ekonomi, Lazismu pun juga akan membantu dari segi kesehatan. “Insya Allah kita bantu semua dan kemungkinan program lain seperti kesehatan. Lazismu akan mendukung program KPCDI baik dukungan kesehatan maupun ekonomi,” imbuhnya setelah menemui tiga orang perwakilan KPCDI di kantor Lazismu PP Muhammadiyah guna membahas kerja sama yang akan dijalin.
Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) didirikan dengan keprihatinan anggotanya, yaitu para pasien yang mengalami gagal ginjal dan harus ditangani dengan terapi cuci darah yang rutin. Organisasi ini berdiri pada tanggal 15 Maret 2015 dan kelembagaan komunitas ini sudah memperoleh pengesahan sebagai badan hukum dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada 29 Mei 2017.
Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) didirikan dengan keprihatinan anggotanya, yaitu para pasien yang mengalami gagal ginjal dan harus ditangani dengan terapi cuci darah yang rutin. Organisasi ini berdiri pada tanggal 15 Maret 2015 dan kelembagaan komunitas ini sudah memperoleh pengesahan sebagai badan hukum dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada 29 Mei 2017.
Evert Therick, Ketua KPCDI Cabang Bogor mengemukakan bahwa para penyintas sejatinya masih memiliki semangat untuk bekerja meski harus banting kemudi dari pekerjaan awal untuk menyesuaikan dengan kemampuan fisik dan keahlian mereka.
“Di antara teman-teman ini itu masih banyak yang mempunyai semangat untuk tetap berkarya, tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan kehidupan mereka, kebutuhan keluarga mereka. Mereka ini akhirnya mulai membuka usaha kecil-kecilan. Macam-macam, ada yang bikin es cendol, jualan baju, ada yang bikin bawang goreng, ada yang bikin empek-empek, ada yang di bidang percetakan dan lain-lain sesuai dengan kemampuan mereka, sesuai dengan skill yang mereka punyai,” ungkapnya.