Oleh: Muhammad Adam Ilham Mizani
(Pengajar SMK Muhammadiyah 5 Surakarta)
Merayakan hari lahir Muhammadiyah sangatlah membahagiakan. Bagai sukacita seorang Ibu menerima berkah lahir seorang anak. Semua warga Muhammadiyah berkhidmat atas kebahagiaan ini. Milad 108 Muhammadiyah tahun menunjukkan perjalanan waktu yang tidak sebentar. Artinya Muhammadiyah telah berbakti lama bagi ibu pertiwi. Mencurahkan segala amal dan doa untuk memajukan dan memuliakan nama agama dan bangsa. Begitulah sebagai saya merefleksikan makna milad kali ini. Sebagai seorang guru Muhammadiyah, ini adalah kebahagiaan dan perenungan bahwa perjuangan belum usai. Masih banyak yang akan dilakukan Muhammadiyah.
Muhammadiyah adalah “anak” dari “ibu pertiwi.” Muhammadiyah adalah anak kandung spirit berkemajuan umat Islam bangsa ini. Sebagai “anak,” Muhammadiyah membaktikan pikiran, tenaga dan kekuataan demi kemajuan bangsa. Begitulah cara “anak” berbakti pada “ibu.” Bahkan tatkala badai krisis kesehatan seperti saat ini pun, Muhammadiyah tidak boleh gentar. Sebagai “anak,” Muhammadiyah terpanggil mencurahkan energinya untuk menyelamatkan bangsanya. Tanpa memandang perbedaan politik, agama, suku, ras dan etnik. Apalah arti semua itu bagi Muhammadiyah kecuali bahwa kita semua diikat sebagai anak bangsa. Harus bahu membahu, bergotong royong, berkolaborasi dan saling memperkuat.
Terobosan Perayaan Milad
Semarak perayaan milad 108 kali ini agak berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Kita wajib menerapkan protokol kesehatan. Oleh karenanya perjumpaan fisik sangat terbatas. Jika pun ada, dilakukan dengan penuh pertimbangan. Bagaimana pun Muhammadiyah merupakan garda terdepan upaya mitigasi menghadap Covid-19. Tapi menarik bahwa Muhammadiyah tidak kehilangan strategi untuk merayakan milad kali ini. Mari kita perhatikan beberapa model kegiatan semarak milad Muhammadiyah. Berawal dari kawasan perguruan tinggi muhammadiyah, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), salah satu perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia yang juga menjadi tempat perkaderan muhammadiyah, ikut mengadakan resepsi milad Muhammadiyah secara virtual. Sambutan dari berbagai kalangan tokoh dan pemimpin mewarnai kegagahan dan kedewasaan Muhammadiyah di mata publik. Tidak hanya perguruan tinggi saja yang merayakan. Organisasi Otonom juga tidak kalah hebat, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Universitas Muhammadiyah Surakarta ( HW UMS) yang bekerjasama dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan Tapak Suci berhasil membentangkan bendera merah putih berukuran 15 x 9 Meter persegi. Tentu semua semarak milad itu sebagai bentuk rasa syukur dan kecintaan. Ada hal yang menarik dalam milad di masa pandemi ini, yang menurut penulis itu menjadi ciri khas Muhammadiyah, yakni budaya diskusi dan menulis. Berbagai kalangan termasuk akademisi, tokoh, cendekiawan dan aktivis meramaikan linimasa sosial media membahas berbagai tema diskusi aktual Muhammadiyah. Opini-opini tulisan para kader menghiasi media massa cetak hingga daring, perlombaan menulis dengan pundian hadiah menarik juga tidak ketinggalan meramaikan milad Muhammadiyah.
Betapa berwarnanya semarak Milad 108 kali ini. Mensyukuri berkah usia panjang tanpa kehilangan makna dan relevansi. Aktivitas yang penuh warna warni. Bagi saya ini membuktikan bahwa para kader Muhammadiyah tetap bekerja keras dan penuh semangat menghidupkan aktivitas dalam kondisi apapun. Selain itu, kultur literasi berupa budaya diskusi, membaca, menulis tetap lestari dan tumbuh subur. Subtansi adanya warna-warni dalam semarak milad ini adalah untuk meningkatkan rasa syukur dan kepedulian tinggi menjaga eksistensi dakwah Muhammadiyah.
Editor: Fauzan AS
Hits: 12