MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam acara mengenang sewindu wafatnya Taufiq Kiemas Ketua MPR RI tahun 2009-2013 mengatakan bahwa almarhum Taufiq Kiemas telah memberi contoh bagi warga bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Almarhum dikenal sebagai sosok yang ramah dan pergaluannya melintas batas dan sangat peduli dan empati terhadap kaum muda,” tutur Haedar pada Selasa (8/6).
Bagi keluarga besar Muhammadiyah, lanjut Haedar, almarhum bukan sosok yang asing.
“Beliau selalu bersama kami bersilaturahmi merajut hubungan personal dan kebangsaan yang sangat penting dan bermakna bagi kehidupan di negeri tercinta ini,” imbuh Haedar.
Haedar mengenal almarhum sebagai figur yang mempunyai kekuatan mempersatukan semangat kebangsaan dan keislaman serta keagamaan.
“Almarhum dengan pikiran yang memiliki tautan langsung dengan semangat pendiri bangsa mampu menerjemahkan ide dasar filosofi dan visi kebangsaan yang telah diletakkan oleh Bung Karno,” jelas Haedar.
Almarhum Taufiq Kiemas juga telah memberi teladan bagi kaum muslim khususnya dalam mengintegrasikan keislaman dan keindonesiaan, juga bagi kaum nasionalis bagaimana menyatukan pandangan kebangsaan, keagamaan, dan kemajemukan yang menjadi kekayaan bangsa tercinta ini.
“Almarhum bersama Ibu Megawati tentu menghayati betul warisan pemikiran dan perjuangan Bung Karno dan Ibu fatmawati sebagai peletak dasar negeri tercinta ini,” tutur Haedar.
Haedar juga mengatakan, ketika Bung Karno pidato 1 juni 1945 mengatakan dan mengenalkan konsep kebangsaan kepada kaum muslimin termasuk kepada Ki Bagus yang pada saat itu merupakan Ketua PP Muhammadiyah dan juga menjadi anggota BPUPK bahwa kebangsaan yang dikenalkan adalah kebangsan yang luas, dan Bung Karno mengatakan “saya pun seorang muslim, saya islam,” begitu juga dengan Ki Bagus sebagai anggota BPUPK yang memperkenalkan islam, beliau mengatakan bahwa “saya Indonesia tulen, tapi saya muslim yang ingin Indonesia itu menjadi negara yang maju, makmur, dan jaya.
Haedar menegaskan bahwa, lewat sejarah itu maka dapat ditemukan titik pangkal semangat keislaman dan keindonesiaan yang menyatu dan diteladankan oleh Bung Karno, Ki Bagus, dan para pendiri negeri tercinta ini.
“Dan dari titik sejarah ini, almarhum Taufiq Kiemas mampu menjadi jembatan pemersatu keislaman, keagamaan dan keindonesiaan. Mudah-mudahan kita semua dapat belajar dari jiwa kenegarawanan yang sangat penting bagi masa depan Indonesia. Dan ini lah makna penting memperingati 8 tahun wafatnya almarhum Taufik Kiemas, baik bagi keluarga, maupun bagi kita seluruh komponen bangsa,” tutup Haedar.