MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah mengungkapnya pentingnya Persyarikatan menyiapkan kader-kader Ulama untuk menyongsong masa depan. Pasalnya, tujuan utama Muhammadiyah adalah mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Tanpa kehadiran ulama, sulit bagi Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tersebut.
“Meski pengkaderan tidak menjamin bahwa seseorang akan jadi ulama, karena ulama itu bawaan, semacam takdir. Sementara itu fungsi pendidikan merupakan lorong yang harus dilalui sebelum menjadi ulama di masyarakat. Karenanya perlu dilakukan pengkaderan,” tutur Syamsul Anwar dalam acara Baitul Arqam yang diselenggarakan PUTM pada Ahad (08/08).
Selain itu, Muhammadiyah merupakan gerakan amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid yang sumber ajarannya dari al-Quran dan al-Sunah. Dalam pengkajian akan teks-teks keagamaan, merespon persoalan kontemporer, dan menentukan keputusan organisasi membutuhkan peran ulama. Syamsul bahkan menyatakan bahwa aneh kiranya bila gerakan Islam tapi minus ulama di dalamnya.
Ulama dapat berperan sebagai katalisator gerak pembaruan Muhammadiyah. Karenanya, Persyarikatan perlu meningkatkan kuantitas ulama sehingga diharapkan pada setiap cabang Muhammadiyah ada minimal seorang ulama yang bisa menjadi sumber rujukan warga baik aspek ruhiyah maupun ilmiyah.
“Karena gerakan Islam itu membutuhkan ulama, dan ulama itu perlu dikader. Karenanya, dijalankanlah satu program penting dalam Muhammadiyah yang ditugaskan kepada Majelis Tarjih untuk melakukan pengkaderan ulama,” ungkap Syamsul.
Guru Besar Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga ini turut mengungkapkan bahwa secara historis, Muhammadiyah merupakan gerakan keulamaan. Hal tersebut dibuktikan dengan pendiri Muhammadiyah, Kh. Ahmad Dahlan, adalah seorang ulama yang menempuh pendidikan agama dari lingkungan keluarganya sampai ke negeri Mekkah.