MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Tahun 2020, sekelompok petani Klaten didampingi Majelis Pemberdayaan Masyarakat dan Majelis Ekonomi Klaten berkomunikasi dengan Lazismu Pusat. Para petani itu membutuhkan penguatan ketahanan pangan dan memperkuat perannya di sektor pertanian.
Ketua Lazimu Pusat Hilman Latief mengatakan bahwa ada belasan hektar lahan yang bisa diujicobakan untuk pemberdayaan petani untuk memproduksi beras Rojolele. Komoditas padi satu ini sudah menjadi unggulan daerah sejak dulu namun nasibnya masih membutuhkan perhatian.
“Skema disepakati. Majelis Pemberdayaan Masyarakat dan Majelis Ekonomi bekerjasama dengan petani. Lazismu pun menyediakan dana operasional dan mencarikan pasarnya,” kata Hilman pada Selasa (30/03).
Selama petani itu menanam, Hilman mencari pasar yang menjanjikan agar produksi beras para petani tersebut menemukan konsumennya secara tepat. Kemudian ia menghubungi Majelis Ekonomi Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
“Alhamdulillah UMY berkomitmen membeli 10 ton sebulan. Mudah-mudahan Amal Usaha Muhammadiyah lain dalam bentuk Perguruan Tinggi, Rumah Sakit dan sekolah-sekolah atau pesantren juga punya kebijakan yang sama, yaitu memberli produk dari binaan Muhammadiyah,” kata Hilman.
Guru Besar UMY ini berharap jika ada 10 Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Jawa memesan 10 ton beras rojolele, dan 20 rumah sakit PKU masing-masing memboyong 20 ton beras rojolele, jumlahnya bisa signifikan untuk memberdayakan petani dalam cakupan lebih luas dan melibatkan petani dari kabupaten-kabupaten lain.
Sinergi antar AUM dalam penguatan peran petani lokal ini disebut dengan “Philanthropreneurship”. Hilman menyadari bahwa praktek mewujudkan dan membangun ekosistem bisnis pertanian berbasis filantropi ini tidaklah mudah, meskipun demikian harus tetap diupayakan demi kejayaan persyarikatan dan petani lokal.
Hits: 0