Oleh: Delfian Thanta*
Pagi itu, ahad 16 April 2022, pukul 09.05 WIB kabar duka datang melalui informasi grup aplikasi percakapan WhatsApp. Sekretaris Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mengabari bahwa H. Herson Mayulu, SIP telah wafat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kencana Jakarta. Tak lama setelah itu, di media sosial juga ramai ucapan belasungkawa orang-orang yang berbagi kenangan bersama almarhum.
H. Herson Mayulu dikenal luas sebagai seorang politikus muslim yang berdedikasi, Bupati Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) dua periode (2010-2015 dan 2016-2018) dan anggota DPR-RI (2019-2022). Selama masa hidupnya ia telah mendukung perkembangan Islam di Bolaang Mongondow Selatan. Meski berlatar sebagai seorang Nadhliyin, H. Herson Mayulu juga membangun hubungan baik dengan Muhammadiyah. Obituari sederhana ini akan menggambarkan sosok H. Herson Mayulu dalam kenangan seorang aktivis Muhammadiyah.
Dekat dengan Muhammadiyah
H. Herson Mayulu merupakan satu di antara banyak tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki hubungan dekat dengan Muhammadiyah. Khususnya di di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan karena almarhum sendiri merupakan Bupati selama dua periode. Ketika wafat, H. Herson Mayulu masih tercatat sebagai Rais Syuriah PCNU Kabupaten Bolsel.
H. Herson Mayulu memang contoh seorang pemimpin dari kalangan muslim yang sangat moderat. Pergaulannya merentang tidak saja dengan warga muslim dari NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam dan Jamaah Tabligh, tapi juga warga Nasrani.
Bagi H. Herson Mayulu, semua warga negara harus diperlakukan setara dan tanpa membeda-bedakan. Apalagi ia memegang posisi sebagai Kepala Daerah. Sebagai seorang muslim yang moderat ia harus mampu merangkul semua kalangan tanpa terkecuali. Maka tidak salah, ia pernah mendapat julukan sebagai tokoh toleransi.
“Perut NU, Otak Muhammadiyah”
Sejak tahun 2010, tepatnya ketika H. Herson Mayulu menjadi Bupati Bolaang Mongondow Selatan, almarhum semasa hidup selalu hadir dalam kegiatan-kegiatan persyarikatan Muhammadiyah. Bukan hanya sekedar hadir sebagai seorang Kepala Daerah. Ia juga tak pernah luput memberikan dukungan materil dan moril pada Persyarikatan Muhammadiyah.
Pernah suatu saat ketika H. Herson Mayulu memberikan sambutan di pengajian Muhammadiyah ia berseloroh, “Saya ini perut NU, tapi otak Saya Muhammadiyah.” Pernyataan itu sontak mengundang gelak tawa hadirin pengajian.
Meski NU, Salat Id Ikut Muhammadiyah
H. Herson Mayulu mungkin adalah satu sekian sedikit Bupati yang menggelar Salat Id mengikuti keputusan Muhammadiyah. Alkisah pada tahun 2011, saat terjadi perbedaan penetapan tanggal 1 Syawal antara pemerintah dan Muhammadiyah, H. Herson Mayulu selaku Bupati Bolaang Mongondow justru memilih ikut keputusan Muhammadiyah. Kebijakan H. Herson Mayulu ini memang cukup mencengangkan.
Lazimnya, seorang Kepala Daerah akan mengikuti keputusan Kementrian Agama. Tapi anehnya, kebijakan yang diambil H. Herson Mayulu tidak menimbulkan perdebatan. Salat Id kemudian digelar dengan penuh khidmat.
Dukungan Besar kepada Muhammadiyah Bolsel
H. Herson Mayulu mendukung Muhammadiyah dengan total terutama kepada para aktivis mudanya. Pada tahun 2018, Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Utara (PWPM Sulut) menyelenggarakan Musyawarah Wilayah di Kabupaten Bolaang Mongondow. Ketika itu, H. Herson Mayulu sebagai Bupati tidak tanggung-tanggung memfasilitasi perhelatan penting organisasi otonom Muhammadiyah tersebut. Perhelatan Musywil PWPM Sulut 2018 tersebut hingga kini terus dikenang sebagai salah satu Musywil dengan pengelolaan terbaik.
H. Herson Mayulu pun sangat percaya dengan Muhammadiyah. Ia tercatat pernah memberikan hibah tanah untuk Persyarikatan. Tak terhitung juga bantuan untuk lembaga pendidikan Muhammadiyah, masjid, kegiatan-kegiatan dakwah persyarikatan dan ortom-ortomnya di Sulawesi Utara.
Jamaludin Lamato Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bolaang Mongondow berkata, “Beliau (H. Herson Mayulu) adalah sahabat, senior, teman diskusi bahkan sudah saya anggap sebagai orangtua sendiri [..] Atas andil dan dukungannya Saya bisa menjadi Ketua Muhammadiyah Bolsel” kenangnya dalam unggahan di sosial media Facebook.
Seorang Nahdliyin yang Mengamalkan Moderatisme Muhammadiyah
Saya sendiri punya banyak pengalaman personal dengan H. Herson Mayulu. Saya ingat betul pada tahun 2018 ketika kami menemani almarhum mengisi ceramah tausiyah untuk peringatan tujuh hari wafat seorang kenalannya di Bolaang Mongondow Utara. Tausiyah itu ternyata juga dirangkaikan dengan tahlilan. Saya dan beberapa teman lain yang ada dalam rombongan H. Herson Mayulu tentu tak enak hati kalau harus pamit meninggalkan acara.
H. Herson Mayulu yang paham dengan gerak-gerik gelisah kami langsung paham. Ia jelas mengerti mengapa kami merasa kikuk jelang tahlilan akan digelar. Almarhum tersenyum pada kami dan kemudian berkata pada tuan rumah, “dorang ini Muhammadiyah, jadi tidak bisa ikut tahlilan, dorang pe makanan bungkus akang jo” (mereka ini warga Muhammadiyah, tidak bisa ikut tahlilan, jadi makanan milik mereka dibungkuskan saja).
Mendengar perkataan H. Herson Mayulu kami kaget. Memang ada rasa sungkan dan lancang pada tuan rumah karena kami tak bisa ikut tahlilan. Tapi berkat sikap moderat dan toleran H. Herson Mayulu yang ditampilkan secara langsung itu, kami juga merasa lega. Meksi masih ada rasa kikuk dan tak enak hati di hadapan keluarga yang duka, saya langsung menjabat tangan mereka dan menitipkan amplop. H. Herson Mayulu yang melihat tingkah aneh kami, hanya bisa tersenyum. Kami pun pulang membawa tas berisi nasi berkat tahlilan.
Bakti dan Jasa dalam Kenangan Muhammadiyah Bolsel
Seperti seluruh masyarakat Sulawesi Utara, Bolaang Mongondow Raya dan khususnya Bolaang Mongondow Selatan, Muhammadiyah Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) sangat kehilangan dengan kepergian H. Herson Mayulu. Peran sosial dan kemasyarakatan almarhum sangat besar. Almahurm adalah Ketua Dewan Mesjid Indonesia Sulut dan Ketua LPTQ Sulut ini.
H. Herson Mayulu mengajarkan pada kami aktivis muda Muhammadiyah untuk merenungkan praktik teologi al-Ma’un. Almarhum menunjukkan langsung pada kami ajaran KH. Ahmad Dahlan yang penting itu melalui dukungannya pada pembangunan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Prinsip hidup almarhum sebagai seorang muslim adalah khoirunnas anfauhum linas yang berarti sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Inilah pegangan hidup seorang H. Herson Mayulu dalam bermuamalah dengan siapa saja tanpa terkecuali.
Secara fisik almarhum boleh saja tiada lagi di dunia untuk selamanya. Tapi semangat untuk memperjuangkan aspirasi, kepentingan masyarakat serta membantu mereka yang membutuhkan akan terus hidup. Semoga generasi muda Muhammadiyah dan NU mampu meneruskan perjuangan almarhum demi mewujudkan masyarakat yang berkemajuan dan dirahmati Allah Swt. Semoga Allah Swt memberikan almarhum balasan pahala dan mengampuni dosa-dosanya.
*Penulis adalah Ketua PDPM Bolaang Mongondow Selatan
Editor: Fauzan AS