MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Pandemi Covid-19 memunculkan kekhawatiran bagi relawan kebencanaan. Sebab, interaksi dan kontak fisik tidak mungkin dihindari dalam penanggulangan bencana.
Lembaga penanggulangan bencana Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) pun mulai menggunakan sistem pencegahan berlapis agar para relawan tetap mampu menjalankan aksi kemanusiaannya.
“Di MDMC ada penanganan yang jelas sebelum berangkat,” tutur Meiky Fredianto, dokter ortopedi RS PKU Gamping yang turun menjadi relawan di Sulawesi Barat.
Dalam Covid Talk Muhammadiyah on TV, Selasa (26/1) Meiky menuturkan bahwa para relawan diharuskan menjalani tes Covid-19 terlebih dahulu. Relawan dengan komorbid juga tidak diberangkatkan.
Di lokasi bencana, MDMC menurutnya juga menyediakan tenda khusus sebagai rujukan pertama jika terjadi kasus relawan yang tertular Covid-19.
Menurut Meiky, tantangan bagi para relawan untuk gempa bumi Sulawesi Barat cukup berlapis. Apalagi, dari 120 orang yang dites Covid-19, 56 di antaranya Corona.
“Itu salah satu gambaran ngerinya Corona di sana,” jelasnya. Akan tetapi Meiky bersyukur karena Muhammadiyah memiliki koordinasi dan sistem penanggulangan yang baik.
Di Sulawesi Barat, menurut Meiky hingga saat ini sedikitnya ada 174 relawan Muhammadiyah yang tersebar di Binanga, Tapalang, Ulumanda dan wilayah terdampak lain di Sulawesi Barat.
“Tim kita sangat lengkap. Tidak hanya bawa ortopedi saja, tapi bawa lengkap. Semua kebutuhan yang dibutuhkan di lapangan kita punya klasternya sendiri sehingga saling mendukung,” imbuhnya.
Menyambung Meiky, dokter spesialis anestesi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Joko Murdiyanto menyaksikan sendiri semangat para relawan Muhammadiyah tetap menggebu di tengah pandemi.
“Karena kita semua sangat yakin para relawan itu, kita ke sana bismillah bukan karena apa-apa. Karena Allah saja. Kalau kita menolong umatnya Allah, saya yakin Allah akan menolong kami semua,” tambahnya. (afn)
Hits: 476