MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA– Di saat yang lain belum ada yang berbicara tentang inklusifitas, kerjasama lintas iman dan kerja-kerja sosial tanpa sekat SARA. Muhammadiyah bukan hanya berbicara, tapi sudah melakukan itu sejak tahun 1923.
Merujuk dokumen resmi Bagian Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO), pada tahun 1923 telah menancapkan dasar inklusifitas yang menjadi azas gerakan sosial Muhammadiyah.
Menurut Agus Syamsudin, Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah, pernyataan Muhammadiyah tersebut diinsyafi oleh kadernya. Misalnya dr. Soetomo, yang pada tahun 1924 sehari sebelum meresmikan Poliklinik Muhammadiyah di Surabaya.
“Sebagai ketua beliau mengatakan di rapat sehari sebelumnya, besok pagi akan kita buka poliklinik ini, siapa juga baik orang Eropa, Jawa, baik Cina maupun Bangsa Arab boleh datang kemari akan ditolong Muhammadiyah dengan cuma-cuma, asalkan betul miskin,” ucap Agus menirukan dr. Soetomo
Oleh karena itu ini menjadi platform bagi Muhammadiyah dalam memberi pertolongan betul-betul tidak ada pamrih yang lain. Agus menegaskan, pertolongan yang diberikan Muhammadiyah selain ajaran Agama Islam juga murni atas dasar kemanusiaan.
Ketua MCCC PP Muhammadiyah ini melanjutkan, konsekuensi dari itu dalam konteks pandemi covid-19 ini dengan mendirikan MCCC. Sebagai lembaga ad hoc yang bekerja lintas majelis, lembaga dan ortom Muhammadiyah. Lembaga ad hoc ini bukan hanya bergerakn di Pusat, tapi sampai level terbawah.
“Kalau kita lihat, respon Muhammadiyah ini salah satu repson yang paling lengkap sebenarnya. Kenapa ? karena kita mulai dari bidang advokasi dan kerjasama, kemudian ada pelayanan kesehatan terkait dengan rumah sakit dan bidang kesehatan masyarakat,” ungkapnya
Meski leading sector nya ada di bidang kesehatan, MCCC juga mengarap bidang lain seperti sosial-ekonomi, penggalangan dana dan jaringan persyarikatan. Ia menegaskan, tidak ada lembaga lain selengkap Muhammadiyah dalam merespon pandemi ini, selain pemerintah.
“Tentu saja pemerintah punya dengan seluruh budgetnya, sementara kalau kita di sini (Muhammadiyah) itu sifatnya relawan, voluntarism, sifatnya adalah untuk kita beribadah kepada Allah SWT,” urainya